Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

solit4ireAvatar border
TS
solit4ire
Jokowi buka kembali 'luka lama' seputar Pembantaian 1965 ... Manfaatnya apa?
Jokowi buka kembali 'luka lama' seputar Pembantaian 1965 ... Manfaatnya apa?


Jokowi Perintahkan Menko Polhukam Cari Kuburan Massal PKI
Senin, 25 April 2016 - 12:26 wib

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggil Menteri Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan.

Dalam pertemuannya tersebut, Luhut mengaku berbicara mengenai kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat yang terjadi di tahun 1965.

"Tadi laporan mengenai masalah HAM, PKI (Partai Komunis Indonesia) dan HAM segala macam," ujar Luhut kata Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/4/2016).

Dalam pertemuan tersebut diakui Luhut, Presiden Jokowi memerintahkan kepadanya untuk mencari kuburan massal para korban PKI pada tahun 1965. Pasalnya, Presiden Jokowi mendapat kabat jika ada kuburan massal tersebut.

"Presiden tadi memberitahu bahwa memang disuruh cari aja kalau ada kuburan massalnya itu. Jadi selama ini berpuluh-puluh tahun kita selalu dicekoki bahwa sekian ratus ribu yang mati. Padahal sampai hari ini belum pernah kita menemukan satu kuburan massal," katanya.

Karenanya, Luhut mengaku apabila ada lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mengetahui letak kuburan massal tersebut, dia menginginkan agar segera diberitahukan. Pasalnya agar kebenaran mengenai pelanggaran HAM juga bisa terkuak.

"Sampaikan dari Menko Polhukam," katanya.
http://news.okezone.com/read/2016/04...ran-massal-pki

Jokowi buka kembali 'luka lama' seputar Pembantaian 1965 ... Manfaatnya apa?


Kalangan DPR (dari PDIP khususnya) Dukung Keinginan Jokowi Cari Kuburan Massal PKI
Senin, 25 April 2016 - 18:16 wib

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan untuk mencari kuburan massal korban Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam Tragedi 1965.

Anggota Komisi III DPR RI Masinton Pasaribu mengatakan, pemerintah memang sepantasnya menyelusuri keberadaan makam massal tersebut. Apalagi kata Masinton banyak informasi yang membenarkan hal ini.

"Perlu ditelusuri sih oleh negara. Informasi yang ada selama ini kan semacam informasi yang seliweran. Tapi di beberapa tempat kan memang fakta itu ada," kata Masinton saat dihubungi, di Jakarta, Senin (25/4/2016).

Mantan aktivis tahun '98 itu pun tak menampik jika rezim Orde Baru milik Soeharto menutup-nutupi fakta sejarah yang ada. (Baca juga: Jokowi Perintahkan Menko Polhukam Cari Kuburan Massal PKI)

"Maka kemauan dari pemerintah untuk menelusuri itu harus didukung, karena apa pun ini adalah berkaitan dengan sejarah bangsa kita," sebut politikus PDI Perjuangan itu.

Dari hasil itu, nantinya ditentukan salah atau tidaknya negara kepada para korban tragedi tersebut. Jika sudah begitu baru diputuskan soal permintaan maaf dari negara.

"Kalau memang nanti fakta-fakta itu terungkap dan juga korban-korbannya ada, kemudian ternyata memang kita mengalami masalah sejarah kelam karena perbedaan politik kemudian diperlakukan tidak manusiawi, bahkan dibunuh. Dalam konteks ini negara memang harus mengakui itu," tuntasnya.
http://news.okezone.com/read/2016/04...ran-massal-pki


Kisah Kuburan Massal Korban G30S di Semarang
Jumat, 25/09/2015 07:21 WIB

Jokowi buka kembali 'luka lama' seputar Pembantaian 1965 ... Manfaatnya apa?
Kisah Kuburan Massal Korban G30S di SemarangNisan yang dibangun di atas lokasi kuburan massal korban G30S di hutan Plumbon, Kelurahan Wonosari, Mangkang, Semarang, Jawa Tengah. (CNN Indonesia/Damar Sinuko).

Jakarta, CNN Indonesia -- Ada kuburan massal yang ditemukan para pegiat hak asasi manusia di Semarang, Jawa Tengah. Kuburan massal tersebut diyakini berisi jenazah mereka yang dituduh terlibat dalam Partai Komunis Indonesia. Ada yang menyebut kuburan massal itu berupa dua sumur berisi 24 jenazah. Dua sumur itu berada di Hutan Plumbon, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Mangkang, Semarang, Jawa Tengah.

Keberadaan kuburan massal ini sempat ditutup-tutupi oleh warga sekitar karena rasa takut mereka pada rezim Orde Baru. Oleh karena itu warga tak membuat batu nisan di atasnya, hanya batu yang disusun melingkar dan ditanami pohon jarak di atasnya.

Bentuk kuburan massal ini berupa dua lubang sumur berdiameter sekitar 1,5 meter. Kuburan massal ini oleh beberapa warga sempat digunakan sebagai tempat mencari peruntungan nomor judi togel.

Sukar (81), warga Desa Plumbon, adalah salah satu saksi yang mengerti benar tentang kuburan massal di hutan desanya itu. Bahkan kala itu, dia yang diminta petugas untuk menutup lubang kuburan tersebut dengan tanah.

"Mereka dibawa ke sini dengan mata tertutup dan diikat tali, tersambung satu dengan yang lain", ujar pria yang akrab dipanggil Mbah Sukar ini. Mereka kemudian ditembak mati satu per satu begitu sampai di Hutan Plumbon.

"Saya sempat lihat benar meski disuruh berada di radius 20 meteran. Mereka ditembak satu per satu, kemudian langsung dimasukkan ke kuburan yang sama", kata Mbah Sukar.

Penuturan Mbah Sukar tak berbeda dengan Mbah Supar (66), warga setempat yang saat itu juga diminta aparat untuk menimbun sejumlah mayat dengan tanah. Menurut Mbah Supar, pada dua lubang tersebut, ada sekitar 24 jasad di mana salah satunya adalah wanita bernama Moetiah, asal Kendal.

"Awalnya tiga lubang, terus diubah menjadi dua lubang. Ada sekitar 24 jenazah. Salah satunya adalah wanita dan saya dengar namanya Moetiah", kata Mbah Supar kepada CNN Indonesia.

Yunantyo Adi, aktivis kemanusiaan dan penggiat HAM dari Perkumpulan Masyarakat Semarang, mengaku sudah tiga tahun mencari jejak kuburan massal tragedi 65 yang ada di Semarang. Dia pun berhasil mengidentifikasi nama-nama yang jenazahnya diduga dikubur di Hutan Plumbon tersebut.

"Tiga tahun kami mencari, bertanya ke sana ke sini hingga kemudian kami ketahui keberadaannya di alas Plumbon", ujar Yunantyo.

Ia mengaku sempat kesulitan karena warga sempat tertutup, tak mau banyak bicara soal kuburan massal di desa mereka. Warga takut jika apa yang mereka ucapkan tentang kuburan massal itu bisa berimbas urusan dengan petugas militer.

"Stigma warga ini berhubungan dengan PKI yang dilarang oleh aparat. Padahal kami tidak menyentuh ranah itu, hanya kemanusiaan", ujar Yunantyo.

Bersama sejumlah rekannya, usai mendapati lokasi kuburan massal tersebut, Yunantyo kemudian mendatangi Kepolisian, TNI dan Pemerintah untuk mengungkapkan misi kemanusiaannya.

"Kami tidak mengutak-atik ideologi, tidak membangunkan rasa dendam. Kami hanya ingin identifikasi dan memberikan pemakaman yang layak terhadap mereka yang dikubur di situ", kata Yunantyo.

Keinginan para aktivis ini pun akhirnya direspon Pemerintah Kota Semarang dengan memberikan nisan di atas kuburan massal tersebut. Sembilan nama yang terukir di nisan itu.

"Kami paham dan maklum, pembongkaran kuburan massal ini bisa memakan biaya tidak sedikit karena harus melibatkan forensik untuk proses identifikasi dan perizinan yang rumit", kata Yunantyo.

Kini kuburan massal Plumbon menjadi daya tarik masyarakat yang penasaran dan ingin mengetahui sejarah peristiwa yang sebenarnya terjadi kala itu.
http://www.cnnindonesia.com/nasional...s-di-semarang/


Fakta seputar pengkhianatan PKI kepada Ibu Pertiwi hingga 2 kali ...
Quote:


-----------------------------------------

Pak Jokowi ... rakyat itu taunya kalau sampeyan blusukan dan menyerukan ... kerja ... kerja ... kerja ... Dan mereka pun manut pemimpinnya bekerja keras. Sekarang ini meski ekonomi kita sedang terpuruk setelah sampeyan jadi Presiden 2 tahun lalu, rakyat tetap optimis dan sabar menghadapi semua cobaan resesi ekonomi itu. Mereka tetap tegar. Meski mereka banyak yang terpuruk dan jatuh miskin gara-gara resesi ekonomi kali ini, yang buruh kena di PHK, di pensiun dini, atau bisnisnya terpuruk hancur, tapi adakah rakyat itu mengemis ke Pemerintahnya untuk diberi pekerjaan dan makan? Yaa, nggak juga bukan? Mereka bekerja sendiri mencari kebutuhannya sehari-hari. Hanya satu harapan kepada pemimpin dan elit di negeri ini, yaitu suasana aman tentreram, dan jauh dari perpecahan sesama anak bangsa, Serta konflik horizontal maupun vertikal seperti yang mereka saksikan hampir setiap hari dalam tayangan acara-acara televisi di TV-one atau Metro-tv miliknya Bakrie dan Surya Paloh itu misalnya, tak menjadi kenyataan.

Lalu apa manfaatnya sampeyan mau membuka-buka kembali "luka lama" yang sudah terjadi 50 tahun yang lalu itu? Bukannya itu bagian daripada sejarah bangsa ini hingga sampai hari ini? Karena peristiwa pahit seperti itulah, kini kita menjadi salah satu negara Demokrasi terbesar di dunia, setelah berbagai koreksi telah kita lakukan dengan korban harta dan nyawa yang tak sedikit. Kini keberhasilan kita membangun iklim Demokrasi itu, sudah dipuji-puji AS dan MEE, bukan? Hanya di Indonesia, anak petani, anak Kyai, pedagang meubel, atau anak guru, punya kesempatan untuk bisa menjadi Presiden. Sesuatu yang tak mungkin pernah terjadi dalam sejarah demokrasi di AS atau India, dua negara demokrasi terbesar lainnya di dunia. Dan, menariknya, di era sampeyan inilah pujian itu diberikan, padahal kalo mau jujur, sampeyan baru 2 tahun menjadi Presiden. bukan? Belum banyak jasa yang sampeyan berikan untuk membangun kehidupan bernegara dan berbangsa di negara ini.

Jadi, janganlah persatuan dan kesatuan yang sudah tertata baik itu, diobrak-abrik kembali. Jangan seperti nenek tua yang mengurai-ngurai benang kusut. Bukankah akan lebih baik kalau sampeyan hanya fokus kepada kerja, kerja, dan kerja saja untuk menyelesaikan berbagai persoalan ekonomi, sosial dan politik di negeri ini, ketimbang berpolemik kembali untuk sebuah kejadian yang sudah lewat, karena kejadiannya 50 tahun yang lalu?. Wassalam.

Diubah oleh solit4ire 26-04-2016 00:34
0
8.7K
85
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.8KThread41.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.