Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kakak.semangatAvatar border
TS
kakak.semangat
Semua Bisa Saja Terjadi (BB17)
Langsung aja ya, ke ceritanya.

Kamis pagi, titik-titik air masih saja berjatuhan dari langit. Langit berawan, mendung. Masih pukul enam pagi tetapi aku sudah siap menuju tempat kerja. Rapi? Tentunya, aku selalu rapi untuk menuju tempat kerja. Sepertinya sudah menjadi hal yang wajar untuk mereka yang kerja di sebuah institusi pendidikan berpakaian rapi saat bekerja.
Perjalanan selama dua puluh menit telah kulalui dan sampailah aku di tempat kerjaku. Sepi, memang aku selalu datang lebih pagi dari waktu mulai kerjaku. Segera, setelah aku presensi aku masuk ke dalam lift menuju lantai empat. Keluar dari lift langsung belok ke kiri, ada sebuah ruangan yang berada di sana. Itu adalah ruang kerjaku. Sebuah perpustakan.
Di depan pintu perpustakaan terlihat seorang perempuan sedang berdiri di sana. Mungkin ia sedang menunggu perpustakaan di buka. Jarang-jarang sekali sudah ada yang menunggu perpustakaan dibuka. Namun, terkadang memang ada yang seperti itu. Tetap saja, jarang-jarang.
“Mbak, perpustakaannya baru buka jam delapan,” ucapku padanya.
“Yah, Mas emang ga boleh ya masuk dulu. Masa saya harus berdiri di sini nunggu sampe jam delapan,” balasnya dengan wajah masam.
“Ya udah deh, Mbak. Boleh masuk tapi inget ya, perpustakaan bukanya jam delapan bukan jam tujuh kurang limabelas menit.”
“Loh, Mas sendiri kenapa sampenya jam segini? Kan belum waktu buka?”
“Saya kan perlu siapin komputer dan lain-lain mbak. Dan juga kalo mau unduh film kartun jam segini kenceng. Kalo udah jam delapan mah udah mulai lelet.”
Mahasiswi tersebut tersenyum.
Ia terlihat seperti kebanyakan mahasiswi di kampus ini. Berkulit putih, mata sipit. Namun, ia lebih berisi dibanding kebanyakan lainnya. Meski demikian tetap aja masih ideal ukuran tubuhnya.
Aku membuka pintu perpustakaan dan segera mendorong pintu untuk masuk ke dalam. Mahasiswi tersebut mengikutiku dari belakang. Aku ambil remote AC yang ada di laci meja sirkulasi buku dan segera menyalakan AC yang langsung menghadap ke pintu masuk. Selanjutnya, seperti biasa aku mulai hidupkan lampu dan AC-AC lain yang berada di dalam ruang perpustakaan. Di ruang kerja, aku letakkan tasku dan kembali menghidupkan beberapa AC dan lampu yang tadi belum aku hidupkan.
Sesaat setelah aku menghidupkan lampu dari saklar yang berada di dinding di dekat rak buku aku dapati di depanku mahasiswi yang tadi sudah masuk ke dalam perpustakaan.
“Ada apa, Mbak?” tanyaku padanya.
Ia menutupi jalan keluar satu-satunya dari tempatku berada, karena di belakangku tembok dan samping kanan-kiriku adalah rak buku yang cukup tinggi.
Ia tersenyum sembari mulai memakai kacamata dan berjalan mendekatiku.
“Udah pernah ciuman, Mas?” tanyanya padaku.
“Eh..,” aku deg-degan dengan tingkahnya yang seperti itu.
Ia kembali tersenyum, kemudian ia langsung mendorongku hingga akhirnya aku menempel ke dinding. Degupan jantungku tak karuan, ia sudah menempel ke tubuhku.
“Mas, kok tegang bagnet sih? Emang ada apa?” tanyanya tanpa bersalah.
“Mbak, kita di perpustakaan. Ini sekolah loh,” ucapku dengan nada gemetar.
“Kemarin aja saya liat ada kakak angkatan yang ciuman di tempat parkir. Jadi di perpustakaan pun ga apa dong, Mas,” ucapnya santai.
Tangannya udah di pipi kanan dan kiriku. Wajahnya pun semakin merapat ke wajahku.
Sesaat kemudian aku rasakan bibirnya menyentuh bibirku.
‘What the…,’ ucapku dalam hati. Aku ga bisa lagi berkata-kata.
Kalo cuma liat orang ciuman mah udah pernah di film-film, entah itu drama korea atau film-film hollywood. Namun, kali ini…
Aku masih saja membuka mataku dengan pikiran yang ga bisa lagi aku jelaskan. Sudah tak ada jarak lagi antara aku dan dia. Badannya sudah menempel penuh ke tubuhku yang bersandar ke dinding. Aku tak tahu, harus gimana sekarang.
Aku putuskan. Aku nikmati aja yang ada. Aku mulai menutup mataku.
Bel berbunyi. itu berarti sudah jam tujuh. Hal itu pula menandakan bahwa kami sudah berciuman selama sepuluh menit. Dan ia pun akhirnya melepaskan ciumannya dari bibirku. Ia tersenyum kembali. Ia memang manis, dengan gigi putih yang rapi berjajar.
“Mas, mau coba remas dadaku?” ia meletakkan tangan kananku di bagian dada kirinya.
“Ukurannya besar loh, 36C,” tandasnya. Ia terkikik melihat wajahku yang masih juga terlihat shock.
“Udah, Mas remes aja. Gratis kok,” lanjutnya lagi.
“Mbak, stop. Sampai sini aja,” ucapku. Sumpah, aku malu.
“Tapi kayaknya, dedeknya seneng tuh…,” ia meremas bagian sensitifku.
Aku palingkan wajahku. Sementara itu tanganku yang bergetar mulai kujauhkan dari bagian dadanya.
“Masnya lucu,” ucapnya. Ia tanpa segan memelukku.
“Ya udah, Mas. Hari ini sampai sini dulu aja. Besok lagi ya?” ia sempatkan meninggalkan sebuah kecupan di pipi kiriku.
Ia pergi. Aku masih berdiri, badanku bergetar. Akhirnya aku jatuhkan tubuhku, terduduk di lantai dengan tubuh yang bergetar. Tak mungkin aku berdiri saat ini. Aku masih tak bisa menopang berat tubuhku sendiri.

Pukul delapan lebih tigapuluh menit. Mahasiswa dan mahasiswi hilir mudik di depanku yang sedang duduk di bagian sirkulasi. Dan tak sengaja, aku menatap ia yang sedang tersenyum ke arahku. Ia mengerling dan mendekati tempat dudukku.
“Terima kasih ya, Mas,” ucapnya santun.
“Oh ya, Mas. Inget namaku ya, Jess…”
Rasanya aku ingin segera pingsan saat itu juga. Untungnya, perkulihan akan berakhir besok. Saat final exam hari terakhir dan kemudian mereka, para students akan libur panjang hingga awal Januari. Selamatlah aku. Liburan natal.
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
6.7K
33
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.