Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

manabregiAvatar border
TS
manabregi
BULLY PEMBAWA PETAKA
BULLY PEMBAWA PETAKA

Bully atau Bullying menurut Wikipedia “Bullying is the use of force, threat, or coercion to abuse, intimidate, or aggressively dominate others. The behavior is often repeated and habitual. One essential prerequisite is the perception, by the bully or by others, of an imbalance of social or physical power, which distinguishes bullying from conflict.” Atau di dalam bahasa Indonesia “Penindasan (bahasa Inggris: Bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan.”

Bully dimedia sosial saat ini sudah menjadi kebiasaan yang lumrah, setiap tingkah laku, perbuatan atau perkataan seseorang yang menimbulkan kontroversi pasti langsung mendapat bully dari netizen.
Sebagai contoh Florence yang menghina Yogyakarta lewat cuitannya di akun Path milik nya langsung mendapat bully dari masyarakat Yogyakarta dan di luar Jogja, dan kasus terakhir yang membuat heboh adalah kasus Sonya Depari yang menghina anggota Polwan dan mengancam akan menurunkan pangkat sang polwan dengan mencatut sebagai anak dari Irjen Arman Depari yang bertugas sebagai Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN). Sontak saja pencatutan ini membuat siswi SMA di medan ini mendapat serangan Bully habis-habisan dari masyarakat yang menganggap tingkah laku sonya depari sudah keterlaluan untuk ukuran anak sma. Pemberitaan yang terkadang terlalu dibesar-besarkan sampai pemberitaan media televisi yang ditonton seluruh lapisan masyarakat di indonesia sontak menganggap sonya depari merupakan anak yang kurang ajar dan tidak dididik oleh orang tua nya, ditambah pernyataan sang jenderal bintang dua itu di TVOne yang tidak mengakui sonya adalah anak nya bertambah membuat bully kepada sonya menjadi bertubi-tubi, sepengetahuan saya sebagai orang karo abang atau adik bapak kita juga kita panggil bapak tidak ada perbedaan antara kita dengan anak abang atau adik bapak kita, anak abang atau adik bapak kita juga merupakan saudara kandung kita, jadi menurut asumsi saya pernyataan sonya depari bahwa dia adalah anak dari Irjen Arman Depari tidak sepenuh nya salah tetapi pernyataan Irjen Arman Depari bahwa dia tidak menganggap bahwa Sonya Depari bukan anak nya keliru jika dilihat dari adat karo, mungkin beliau memang tidak mengenal sonya depari atau tidak menanyakan terlebih dahulu kepada pihak keluarga apakah memang ada keluarga yang bernama sonya depari dan baru dikemudian hari beliau mengakui bahwa sonya depari memang adalah anggota keluarga nya.
Yang menarik dari kasus ini adalah biasanya jika seseorang yang dibully maka yang mendapat penderitaan adalah korban bully tersebut, tetapi dalam kasus ini sonya depari yang mendapat bully tetapi yang mendapatkan efek atau akibat bully tersebut justru orang lain atau ayah nya sendiri.
Benar jika apa yang dilakukan oleh sonya depari sangat salah, menghina petugas polisi saja sudah sangat salah apalagi dengan mencatut nama pejabat negara untuk melegalkan perbuatannya, sudah tidak jaman lagi menggunakan nama pejabat negara untuk melakukan perbuatan melawan hukum, tidak ada satupun masyarakat yang kebal hukum jika bersalah maka dia tetap bersalah tidak akan berubah menjadi tidak bersalah jika dia anak pejabat, anak jenderal bahkan anak presiden sekalipun.
Tetapi apakah kita pernah berfikir bahwa kita orang yang jauh lebih dewasa seringkali bahkan melakukan hal yang lebih hina dari apa yang dilakukan oleh sonya depari, apakah kita pernah berfikir anak yang baru menyelesaikan studi sma nya, anak yang masih dibawah umur, anak yang masih tahap proses pendewasaan diri, anak yang masih merasa bahwa dunia ini hanya milik nya, anak yang hanya tau kesenangan layak mendapat bully sekejam itu, banyak dari kita yang sering melakukan perbuatan jauh lebih hina dari apa yang dilakukan oleh sonya depari tetapi kita malah menganggap nya biasa, sering kali kita tidak menyeleksi atau koreksi terlebih dahulu berita-berita yang bertebaran diinternet dan langsung memberikan justifikasi menurut pendapat kita sendiri dan dampak nya adalah penderitaan yang tidak berkesudahan yang diterima oleh korban bully kita.
Apa yang dilakukan oleh sonya depari juga dilakukan oleh anak-anak seusianya, anak-anak yang masih suka tawuran, anak-anak yang masih suka bapalan liar, anak-anak yang tau nya pergi ke mall, bersenang-senang mereka adalah anak-anak yang masih dalam proses pendewasaan, anak-anak yang masih menjari jati diri dan apa yang dilakukan nya dan juga anak-anak lain dan jangan lupa bahwa perbuatan mereka tidak luput juga dari hasil meniru perbuatan kita orang dewasa.
Nasi sudah menjadi bubur, turut berduka cita atas kepergian ayah tercinta dari sonya depari, apa yang sudah pergi kepadaNya tidak akan pernah bisa kembali, yang bisa kembali hanya kenangan dan hikmah yang bisa diambil dari setiap kepergian menghadap kepadaNya, kira nya dengan adanya kejadian ini bisa mendewasakan diri.
Dan kepada kita masyarakat juga bisa mengambil pelajaran berharga dari kejadian ini, jangan terlalu cepat memberikan justifikasi atas pemberitaan media, croscheck terlebih dahulu berita sebelum memberikan pendapat jangan sampai bully kita membawa petaka bagi orang lain yang belum tentu bersalah..

*FP





Diubah oleh manabregi 10-04-2016 04:30
0
4K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.4KThread41.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.