Seiring berkembangnya zaman, alat musik tradisional angklung, bisa menghadirkan harmonisasi yang unik, bila berbaur dengan instrumen musik lainnya. Oleh karena itulah, 3 orang pemuda di bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menekuni usaha produksi Angklung, yang lebih dikenal sebagai alat musik dari Jawa Barat, untuk menambah pundi-pundi rezeki.



Angklung, adalah salah satu alat musik tradisional, yang dikenal berasal dari Tanah Pasundan, atau Jawa Barat.

Namun, di sebuah dusun bernama Druwo, di Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Bantun, Daerah Istimewa Yogyakarta, 3 orang warga serius menenuki usaha produksi angklung.


Angklung yang dibuat oleh 3 anak muda alumni institut seni Indonesia, isi Surakarta ini, ternyata mendapat pesanan, dari berbagai daerah di tanah air.


Tentu saja karena saat ini, angklung tak hanya menjadi bagian kesenian tradisional Jawa Barat saja, tetapi angklung juga dimainkan di berbagai daerah, dan kerap dipadukan dengan alat musik lainnya.


Untuk 1 set angklung, yang terdiri dari 36 buah angklung untuk melodi, dan 7 angklung bernada accord, dapat diselesaikan dalam waktu 2 minggu, dengan harga 1 setengah juta rupiah.


Selama satu tahun berjalan, kegiatan memproduksi angklung yang dimotori oleh Sutrisno ini, menerima order bertubi-tubi, dari berbagai daerah di Pulau Jawa, serta sejumlah daerah di Kalimantan, Sulaweesi dan Papua.


Pengrajin angklung muda ini, memanfaatkan kemajuan teknologi, berupa alat penyeimbang nada, untuk menentukan nada yang tepat, dari setiap angklung yang dibuat.


Berdasarkan bidang ilmu yang mereka miliki, mereka menilai suara yang dihasilkan angklung, bisa menjalin harmonisasi yang sangat unik, bila berbaur dengan bunyi instrumen musik lain.


Oleh karena itulah, para pengrajin ini yakin, pembuatan angklung bisa menjadi lapangan kerja, yang memberikan mendatangkan rezeki, disamping upaya pelestarian warisan budaya bangsa.