Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

asmaradewoAvatar border
TS
asmaradewo
Reklamasi di Negara Modern Kalau Rakyat Miskin dan Kurang Pendidikan, Ya Percuma!


Proyek pembangunan reklamasi Teluk Jakarta di Pantai Utara Jakarta | Foto Republika

“Lihat Singapura, Dubai, Belanda, atas kesuksesan reklamasinya!” Begitulah kira-kira ucapan mereka yang mendapat keuntungan dari megaproyek ini. Atau juga segelintir orang yang tak paham baik-buruknya reklamasi yang diterapkan di Indonesia.

Indonesia tidak bisa disamakan dengan negara-negara yang sukses atas reklamasinya. Negara-negara yang melakukan reklamasi di perairannya karena mereka tidak punya daratan lagi yang bisa dikelola.

Pulaunya kecil, sumber daya alamnya juga minim. Jauh beda dengan Indonesia, yang pulaunya begitu banyak. Ada 17.499 pulau, itu pun sudah berkurang karena faktor politis, yuridis, dan alam.

Jadi, daratan di Indonesia begitu luas untuk dijadikan lahan pondasi bangunan. Tidak perlu di laut membuat pulau dengan mengeruk tanah di daratan.

Kenapa sih yang sudah ada tidak dimanfaatkan, tapi yang tidak ada ngotot untuk dibuat?

Parahnya dengan dalih untuk memajukan negara. Yakin begitu? Halahhh!

Coba perhatikan orang-orang yang membela reklamasi teluk Jakarta, pasti orang-orang yang ada kepentingan di sana. Karena bagi orang-orang kecil, warga yang berpenghasilan rendah, malah tidak setuju adanya Megaproyek yang beranggaran dana ratusan triliun tersebut.

Untuk apa coba bagi rakyat kecil? Toh kalau pun terbangunnya hotel-hotel, gedung-gedung tinggi megah menyentuh awan, objek wisata, sebagai warga berpenghasilan rendah tak akan mampu menikmati itu semua.

Jadi apa untungnya sama rakyat kecil? Tidak ada! Hanya mimpi-mimpi di siang bolong, dan janji-janji yang tak akan pernah ditepati. Malah sebaliknya akan mendapatkan kerugian besar, sampai ke anak-cucu.

Dikutip dari laman Republika.co.id, lima dampak negatif Teluk Reklamasi Jakarta, pengamat lingkungan dari Universitas Indonesia (UI), Tarsoen Waryono, mengatakan:

1. Membuat air laut menjadi naik, berarti akan menambah banjir rob, berarti akan membunuh pepohonan yang tidak bisa beradaptasi dengan air asin.

2. Sumur-sumur penduduk di sekitar pantai yang tadinya payau akan menjadi asin.

3. Tumbuh dan berkembangnya bakteri E coli. Bakteri E coli berkembang jika air tawar di Jakarta berkurang. Bakteri ini jika dilihat dengan perbesaran 300 kali mikroskop akan kelihatan sekali.

Misalkan diminum, dapat menyebabkan sakit perut, disentri, diare dan sebagainya.

Namun, jika dimasak dengan suhu 80 derajat, menurut dia, bakteri E coli dapat mati. Meski tidak jarang masyarakat menggunakan air tersebut untuk mandi dan mencuci pakaian.

4. Warga yang tinggal di pulau reklamasi mungkin akan nyaman, tapi tidak masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Jika kanalnya tidak dibuat dengan baik, pengaruh bau akan besar sekali. Sebab, air asin akan mengendap, terkena panas, dan terjadi proses kontaminasi secara kimia.

Hal tersebut tentu saja akan membuat wilayah sekitar menjadi bau, namun akan hilang dan muncul tergantung dari pasang-surut air laut.

5. Reklamasi berdampak buruk untuk mangrove. Sebab, pasang-surut air laut menyebabkan habitat dan kualitas tanah berubah sehingga jenis tanaman tertentu tidak dapat tumbuh, temasuk mangrove.

Awal mulanya pencanangan proyek ini untuk mengatasi banjir di Jakarta, tapi malah bisa sebaliknya. Momok banjir yang selama ini ditakuti warga Jakarta akan semakin parah dan lebih berbahaya karena adanya reklamasi ini.

Kalaupun ingin bercita-cita memajukan Indonesia, khususnya warga Kota Jakarta sendiri, diawali dengan meningkatkan perekonomian warga. Nah, itu adalah tugas pemerintah!

Dan disusul dengan pendidikan. Dari pendidikan inilah cikal bakal suatu negara bisa maju dan modern. Bangsa yang cerdas, dengan sendirinya akan memajukan negara.

Jadi kalau kita ingin menyusul negara-negara modern berpulau indah buatan yang ‘wow’ dihuni para konglomerat itu, maka bekali dulu perekonomian dan pendidikan warga.

Kalau tidak ya untuk apa negara modern tapi rayatknya miskin dan kurang pendidikan. Percuma! Sebab yang merasakan “surga indah dunia” di pulau itu hanya orang-orang yang berduit saja! Yang miskin ya gigit jari, lihatin dari teve doang.

Nah, warga Bali menolak reklamasi Teluk Benoa, dan turun ke jalan menuntut pencabutan perizinan yang dikeluarkan Gubernur Bali dan presiden. Mereka sadar, pulau dan pantai indah Bali tak mau rusak, yang berdampak buruk pada warganya.

Begitu juga dengan Band Punk Superman Is Dead dan para outsidernya, mereka dengan tegas dan lantang menolak reklamasi di teluk Benoa.

Ya, band punk yang satu ini memang sangat peduli terhadap lingkungan dan masa depan Bali, dan Indonesia.

Semoga saja ada band papan atas dan musisi legendaris menyusul untuk mengajak fansnya untuk peduli lingkungan. Ya, mungkin seperti Slank, atau Iwan Fals.

Jaga diri kita sekarang, anak-cucu di masa yang akan datang, dengan menjaga lingkungan yang tetap sehat![]

Sumber: asmarainjogja
Diubah oleh asmaradewo 09-04-2016 10:53
0
2.8K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.