sumber http://www.tempo.co/indikator


Mohamad sanusi, politisi kebanggan partai Gerindra menjadi tersangka kasus suap raperda reklamasi. ketua komisi D DPRD DKI ini ditetapkan KPK sebagai tersangka pasca operasi tangkap tangan Kamis (31/3/2016). tapi riuh-riuh M sanusi hanya sesaat, bahkan seolah terlupakan. hmm.. ada apa?



Orang-orang yang dulu lantang, gagah dan berapi-api mengkritisi (baca: memfitnah) Pemprov DKI (ahok) terkesan diam dan bungkam. sedikitpun meraka tak buka suara mengkritisi M Sanusi, bahkan seolah-olah mereka tak kenal.








Saat Sanusi terlupakan terbitlah "Sunni". Bertepatan dengan terbitnya "sunni" para pengkritisi Ahok yg tadinya diam dan bungkam kini buka suara kembali. Mereka menghakimi Ahok lewat "sunni", Melancarkan serangan dari kiri kekanan, depan belakang, atas bawah. isu-isu barupun dimunculkan lewat fenomena "sunni".

Lalu siapa sebenarnya "Sunni" dan apa hubungannya dengan Ahok? untuk selengkapnya baca Disini

Fenomena "sunni" yang awalnya dimunculkan oleh pengacaranya M sanusi, dibuat menjadi alat untuk menvonis dan menghujat Ahok, seolah olah Ahoklah yg di OTT KPK bukan M sanusi. Seolah-olah Eksekutiflah yang tersangka utama bukan legislatif. hmm.. semakin aneh !!

apa sebenarnya motif para pengkritisi (baca: pemfitnah) Ahok ini?



kenapa mereka begitu ngotot memaksakan Ahok bersalah? kenapa bukan M taufik atau anggota DPRD lainnya saja yang di hujat dan di kritisi? bukankah M taufik dkk lebih berpeluang jadi tersangka selanjutnya?

berpikirlah sebagai seorang politisi bukan politikus. bertindaklah sesuai kemampuanmu. berkatalah sesuai dengan apa yang kau lihat dan dengar.

menebar fitnah, memunculkan isu-isu baru hanya akan memperlambat proses pengusutan dan penyidikan kasus ini.



Kalo memang Ahok bersalah biarkan hukum dan Aparat hukum yang menyatakan Ahok bersalah. Biarkan KPK bekerja menyelidiki dan menyidik, dan biarkan pengadilan yang menvonis Ahok.

SALAM PASUKAN TANPA BAYARAN