Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pendiamnganggurAvatar border
TS
pendiamnganggur
Kota Pelajar, Perantau Silanan dan Sisa-Sisa Kenangan
Selamat sore/siang/malem gan, selamat bersuka ria entah dimanapun agan berada hehe.

Setelah lama menjadi anggota kaskus yang hanya diam dan menyaksikan apa yang sedang hits di kaskus khususnya akhir-akhir ini yang sedang anget-angetnya thread milik agan genta tentang kisah horror di bekas kantornya, jadi motivasi ane untuk memberanikan diri untuk mengisahkan pengalaman ane sewaktu ane hidup di Jogja (meskipun sekarang masih sering ke jogja buat tes kerja maklum masih pengangguran).

Oke gan kisah ini bisa dikatakan sebagai kisah nyata yang cuman nyeritain keseharian ane selama di jogja, ada bahagia, ada duka, banyak kisah horror, dan juga plus plusnnya. terserah nanti agan mengintepretasikan kisah ane gan, mau dikata fiksi atau nyata yang pasti tulisan ini bertujuan buat ane supaya ada kegiatan sembari berharap ada perusahaan yang mau menerima ane. Ngenes.
Nama disini ane samarkan ya gan, jaga privasi karena ada kisah yang sangat intim dan sensitif bila menggunakan nama asli termasuk nama saya. (nama saya disini reno)
Selamat menikmati gan.

[Intro]

Dikisahkan pada 2010 yang lalu, dimulai dengan proses penerimaan mahasiswa baru yang cukup memakan waktu, bagi para calon mahasiswa baru yang berasal dari desa, tentunya berkesempatan mengunjungi kota sebesar Jogja adalah pengalaman yang tidak mungkin terlupakan, belum menjadi mahasiswa pun sudah merasa bahwa kelak akan mendapatkan pengalaman yahud di Kota pelajar ini. Waktu itu adalah test tertulis di salah satu universitas negeri di Yogyakarta, Berhubung desa ane gak begitu jauh dari Jogja (hanya sekitar 4 jam naik motor dengan kondisi ngebut) ane harus berangkat pada sorenya dan memutuskan untuk menginap di kakak kelas ane yang kebetulan sudah menjadi warga sementara Jogja. Singkat cerita, setelah magrib saya tiba di Bunderan UGM, kakak tingkat ane sebut saja namanya Ridho sudah menanti dengan wajah sumringah dan senyuman hangat ala pegawai bank, senyum yang mengisyaratkan sambutan “selamat datang kawan, kelak kamu akan bersuka di jogja”. Sedikit basa basi, lalu ane di ajaklah muter-muter tempat ane test di jalan A.M Sangaji, kebetulan disana masih ada beberapa orang peserta yang juga mencari lokasi test dan panitia yang sigap memandu para pencari suaka pendidikan, (lebay).

Setelah mendapatkan petunjuk yang lengkap dipandu oleh kakak-kakak panitia mengenakan jas almamater kampus tersebut ane diajak ke kontrakan bang ridho yang kebetulan jaraknya tidak begitu jauh dari lokasi test ane, sekitar daerah OB. Bang Ridho waktu itu berujar “Ren, kita balik ke kontrakan dulu yo, gak enak bawa motor sendiri-sendiri, nanti kita boncengan sambil muterin kota jogja”. Ane mengiyakan dengan anggukan tanda sepakat. Sekitar 10 menit berlalu, (waktu itu kendaraan gak serame sekarang, jadi lewat bunderan trs ke kegajayan, belok kanan ke arah selokan gak begitu ramai). Motor ane sudah ane parkir, sebagai orang jawa tentu menunggu aba-aba dari empunya rumah untuk dipersilahkan masuk. Sambil melepas helm, dan memandang kontrakan ane mbatin (wah enak juga di jogja ya, rumah kontrakan bagus, bersih, dan gak jauh dari kampus) saat itu ane membayangkan kalau ane sudah keterima kuliah di jogja dan disusul temen-temen ane yang lain kemudian kita ngontrak alangkah serunya (hal ini akan teralisasi namun karena niatan inilah kelak kami akan mendapatkan pengalaman yang cukup membekas). “Masuk dulu ren, mandi terus kita jalan-jalan”. “siap bang”. Sedikit kisah tentang bang ridho dia adalah kakak tingkat ane saat di SMA, dan juga kakak kost, meskipun kita gak begitu dekat tapi semenjak ane berniatan kuliah di Jogja, ane mulai jalin silaturahmi lagi dengan dia, ya dipikir-pikir ane brengsek juga hehe. Bang Ridho ini kuliah di salah satu univ swasta dengan jurusan yang sangat yahud, berhubungan dengan migas, tapi dia cerita kalo kuliahnya kacau entah kenapa, dan dia di jogja ngontrak dengan teman kampus dari berbagai daerah. Mungkin itu yang bikin dia jarang kuliah.

Dan tibalah ane saat-saat meyakini bahwa Jogja adalah kota selanjutnya yang harus ane huni, langkah mantab ini berbarengan dengan langkah ane memasuki kontrakan Bang Ridho. Seraya memandang ruang tengah, Senyum sumringah. Bercampur debar, hela nafas yang berhenti sepersekian detik, kemudian dibalut euphoria kebahagiaan dan keyakinan bahwa jogja dibawah sampul itu indah dan mata yang terus terfokus pada pemandangan didepan mata ane, beruntunglah Bang Ridho segera memberi tegur pada ane yang waktu itu masih takjub dengan apa yang ane lihat. “ren, ini temen-temenku kontrakan kenalin”. Ane melangkah ragu mendekat, perlahan satu persatu teman bang Ridho ane salamin gan. Masih jelas diingatan nama-nama yang kelak akan menjadi teman ane juga, pertama Bang Dino, Bang Rudi, Bang Jaka, Kemudian Vina, Dela, dan Rani (Kenapa depannya gak pake bang tentu agan-agan tau hehe). Tanpa berucap banyak kata, ane langsung ke kamar Bang Ridho yang berada di di pojok kiri, Kontrakan Bang Ridho waktu itu memiliki 4 kamar, yang saling berhadapan dan di pisahkan ruang tengah. Sembari meletakkan tas pikiran ane masih melayang-layang diluar angkasa gan, membayangkan apa yang ane lihat tadi, waktu itu sekitar pukul 8an malam, melihat cewek dan cowok dalam satu ruangan dimalam hari merupakan hal langka bagi ane, moral ane masih main gan waktu itu dan menganggap itu tabu (meski sekarang moral ane terkikis habis). Pikiran ane masih terngiang 3 cewek di ruangan ini, dan 3 cowok didepannya bertelanjang dada, sedangkan 3 cewek hanya memakai hotpants dan tanktop, mana ceweknya lumayan lagi, model-model cewek dengan rambut semi pirang dan rambut lurus rebonding gan (jaman dulu masih hits gan, ane belum memperhatikan secara seksama gan gimana wajah2 cewek tersebut karena masih syok). Meskipun pintu kamar bang ridho gak ditutup tapi ane gak berani lihat keluar, disangka gumunan sama begituan, tambah dikira katrok ane gan (katrok juga jadi bahasa sehari-hari jaman itu). Bang Ridho waktu itu dikamar hanya mengambil rokok dan ikut bergabung dengan komplotan yahud itu, ane masih pura-pura sibuk buka-buka tas padahal cuman biar gak dikira kenapa-kenapa. Tak berselang lama Bang Ridho yang ikut bersendau gurau menyuruhku untuk mandi “Ren, mandi dulu sana”. Aku iyain aja, dalam hati lumayan nih kamar mandi hehe. Ane ambil anduk dan seperangkat alat mandi, mau gak mau ane harus lewat kamar tengah, kesempatan bagi ane untuk memandang dengan seksama 3 makhluk hawa tersebut, pura-pura ane nanya kamar mandi sebelah mana padahal ane tau pasti di belakang sebelah dapur. Kesempatan ini gak ane sia-siakan. “Bang, kamar mandi sebelah mana?”, “kebelakang aja ren, jangan lupa nyalain air”. Disitu nyeletuk bang Rudi “bro, mau ditemenin sama cewek gak mandinya?, tinggal milih nih”. Sontak senyum kaget dan sedikit horny (wkwkwkw) membuat ane tersipu wagu dan gelagapan. 3 cewek tersebut tertawa begitupun yang lain. Tanpa pikir panjang ane langsung ke kamar mandi.

Di kamar mandi inilah kebebasan daya pikir ane membuncah. Tat kala suara air gemericik menjadi batasan ruang tengah dan ruang imajinasi. Skip skip skip.

Di kamar mandi ini ane bakal diskripsikan gimana bentuk dari 3 cewek tersebut.

1. Vina : Wajah lumayanlah gan, putih, tapi hidung agak pesek, pake poni. Bodynya ya ane bisa lihat dari bempernya yang membelah duren lewat tanktopnya. Nilanya 7.5
2. Dela : gak begitu selera, dari ketawanya bikin gimana gitu, bodinya gak bagus tapi emang ni cewek yang paling berani berpakaian, tanktop warna merah dan hotpantsnya kayak celana dalam doing wkwkwkw nilai 6.5
3. Rani : Standart. Nilai 6.

Begitulah adanya gan, tapi yang ane dapet dari sini bukan gimana 3 cewek tersebut namun keberanian menerobos batas yang ada dikepala ane. Karena kepolosan ane dan rasa penasaran ane, ane bertekad untuk bisa lolos test besok dan memberanikan diri sedikit nakal mengumbar libido ane kelak. (ini kelak bakal terjadi dan sekarang waktu ane ngetik ini ane sesali gan).
Akhirnya ane selesai mandi, dan pada saat itu ane lihat dengan mata kepala ane sendiri mereka ber-7 sedang menegak miras yang saat itu belum di labeli BPOM. Semakin penasaran ane dengan Jogja (tapi ingat ya gan, gak semua lokasi seperti ini, menurut pengalaman ane banyak juga lokasi di Jogja yang bener-bener kondusif untuk belajar dan untuk pertobatan hehe).
Tanpa basa-basi ane masuk ke kamar bang Ridho, meskipun dalam kondisi yang penuh syahwat ane tetep inget Tuhan, sekalian Ibadah minta dipermudah besok pagi mau Test. Selesai ibadah yang tidak fokus dan ayat yang terlontar entah kemana, ane beraniin keluar kamar, disana mereka masih bersendau guram sesekali menuangkan minuman dari Botol, sungguh. Ane kembali tertegun. Ane duduk disamping Bang Ridho, dia masih sadar tapi tak berujar melihat ane duduk disebelahnya, kemudian Bang Jaka menyodorkan Gelas berisi miras. Namun di larang oleh Bang Ridho, beralasan ane datang bukan untuk main namun untuk sebuah perjuangan. (ane salut sama lu bang, cepet lulus ya kuliahnya. Jangn pindah kuliah lagi). Bang Ridho mengajak ane makan, mungkin karena sudah agak malam dan kondisi yang serba enak di Kontrakan. Akhirnya kami makan di warung burjo (pertama kali ane makan di burjo nih gan). Ane beranikan Tanya Bang Ridho tentang kondisi kontrakan
.
Bang dah biasa seperti itu bang”
“maksudnya kontrakan?, iya sudah sering kayak gitu. Itu mereka temen daerahnya Rudi, dari sebrang pulau (ane gak sebutin takut rasis) Si Vina kebetulan sekampus dengan Rudi
Singkat cerita ane tahu ternyata bang Rudi kuliah di Univ yang pengen ane tuju, disitu ane mulai berfikir bahwa ternyata citra kampus tidak menentukan perilaku mahasiswanya.

Singkat cerita Bang Ridho memperkenalkan ke 6 temannya yang berada di kontrakannya. Dan dipersingkat lagi ane mulai acuh dengan kondisi ruang tengah dan segala riuh redamnya. Karena badan yang lelah dan konsentrasi esok yang sangat penting bagi hidup ane.
Kesesokan harinya ane bangun pagi, berangkat dan sekaligus berpamitan dengan bang Ridho yang tergeltak sendirian dikamar tengah. Ane memutuskan kembali ke kampung halaman setelah tes, dan menunggu pengumuman dirumah, hingga kelak ane bersorak dalam hati

“Petualangan dimulai”
Diubah oleh pendiamnganggur 08-04-2016 09:19
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.9K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.