- Beranda
- The Lounge
Duhai Pengunjuk Rasa, Jangan Biarkan Seorang Ibu Menumpahkan Airmata!
...
TS
anwar04
Duhai Pengunjuk Rasa, Jangan Biarkan Seorang Ibu Menumpahkan Airmata!
Quote:
Higan, apa kabar nih? Semoga sehat dan baik selalu, ya..
Sebelumnya ane ucapin makasih buat agan yang udah berkunjung, komen, dan rate5. Dan seperti biasa, kalau agan nggak suka, langsung ajah tutup jendela Kaskus di layar komputer agan sista.
Di tret ini ane mau bahas tentang demo angkutan umum yang sedang berlangsung di Jakarta saat ini. Meskipun ane nggak mantau di tekape, tapi ada beberapa kejadian yang tertangkap kamera wartawan televisi yang bikin hati ane tersayat. Kejadian yang membuat ane semakin yakin bahwa masyarakat kecillah yang dijadikan alat. Mereka pula yang merasakan akibat dari gagasan para petingginya.
Yuk kita lanjut ke pembahasan, gans!
Sebelumnya ane ucapin makasih buat agan yang udah berkunjung, komen, dan rate5. Dan seperti biasa, kalau agan nggak suka, langsung ajah tutup jendela Kaskus di layar komputer agan sista.
Di tret ini ane mau bahas tentang demo angkutan umum yang sedang berlangsung di Jakarta saat ini. Meskipun ane nggak mantau di tekape, tapi ada beberapa kejadian yang tertangkap kamera wartawan televisi yang bikin hati ane tersayat. Kejadian yang membuat ane semakin yakin bahwa masyarakat kecillah yang dijadikan alat. Mereka pula yang merasakan akibat dari gagasan para petingginya.
Yuk kita lanjut ke pembahasan, gans!
Quote:
Aksi Sweeping
Apa pendapat agan kalau ngelihat seorang ibu tua dipaksa turun dari sebuah metromini?
Si ibu itu melangkah turun dengan raut wajah bingung campur sedih. Sesekali ia menyeka airmata. Mulutnya komat-kamit menjawab pertanyaan wartawan yang menyorot wajahnya dengan kamera.
"Saya mau berobat, pak,"keluhnya kepada pak polisi yang membantu si ibu turun menjauhi sopir angkot yang menghadang.
Sungguh miris. Jika si ibu meninggal di jalan, apakah mereka mau tanggung jawab? Atau jangan-jangan malah mereka sudah nggak peduli dengan nasib sesama. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana agar tuntutan mereka bisa terpenuhi. Persetan dengan orang lain yang kesusahan. Toh gw juga lagi susah!
Jika agan lagi kesusahan, apakah hal itu menjadi pembenaran bahwa orang lain harus turut merasakan penderitaan agan?
Apa pendapat agan kalau ngelihat seorang ibu tua dipaksa turun dari sebuah metromini?
Si ibu itu melangkah turun dengan raut wajah bingung campur sedih. Sesekali ia menyeka airmata. Mulutnya komat-kamit menjawab pertanyaan wartawan yang menyorot wajahnya dengan kamera.
"Saya mau berobat, pak,"keluhnya kepada pak polisi yang membantu si ibu turun menjauhi sopir angkot yang menghadang.
Sungguh miris. Jika si ibu meninggal di jalan, apakah mereka mau tanggung jawab? Atau jangan-jangan malah mereka sudah nggak peduli dengan nasib sesama. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana agar tuntutan mereka bisa terpenuhi. Persetan dengan orang lain yang kesusahan. Toh gw juga lagi susah!
Jika agan lagi kesusahan, apakah hal itu menjadi pembenaran bahwa orang lain harus turut merasakan penderitaan agan?
Quote:
Pemicu Konflik
Ane sempat menyaksikan debat para petinggi penyedia jasa layanan angkutan online dan konvensional di acara ILC. Dari situ, ane menyimpulkan bahwa akar masalahnya adalah TARIF. Kita tahu bahwa dalam hal mengeluarkan uang, orang akan mencari harga terendah dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik. Di sinilah perang tarif antara taksi online dan taksi konvensional terjadi.
Taksi online, yang perusahaannya dianggap siluman, bisa dengan leluasa mengatur tarif mereka sendiri. Alasannya satu, mereka tidak dibebankan pajak perusahaan, pajak penghasilan, dan berbagai kebijakan lain yang dibebankan kepada setiap perusahaan yang ada.
Taksi konvensional, yang merasa teraniaya, menuntut pembubaran taksi online karena mereka menganggap bahwa tarif yang diberlakukan taksi online menghancurkan harga pasar. Mereka tidak bisa bersaing atau menurunkan tarif seenaknya karena mereka terikat dengan regulasi. Ada bagian penentu tarif seperti Organda setiap daerah. Inilah yang membuat mereka resah akan keberadaan pesaingnya yang mulai dicintai penggunanya.
Ane sempat menyaksikan debat para petinggi penyedia jasa layanan angkutan online dan konvensional di acara ILC. Dari situ, ane menyimpulkan bahwa akar masalahnya adalah TARIF. Kita tahu bahwa dalam hal mengeluarkan uang, orang akan mencari harga terendah dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik. Di sinilah perang tarif antara taksi online dan taksi konvensional terjadi.
Taksi online, yang perusahaannya dianggap siluman, bisa dengan leluasa mengatur tarif mereka sendiri. Alasannya satu, mereka tidak dibebankan pajak perusahaan, pajak penghasilan, dan berbagai kebijakan lain yang dibebankan kepada setiap perusahaan yang ada.
Taksi konvensional, yang merasa teraniaya, menuntut pembubaran taksi online karena mereka menganggap bahwa tarif yang diberlakukan taksi online menghancurkan harga pasar. Mereka tidak bisa bersaing atau menurunkan tarif seenaknya karena mereka terikat dengan regulasi. Ada bagian penentu tarif seperti Organda setiap daerah. Inilah yang membuat mereka resah akan keberadaan pesaingnya yang mulai dicintai penggunanya.
Quote:
Celoteh Masyarakat
Banyak yang komen secara spontan, "kenapa nggak bikin layanan online ajah sih? Kan perusahaannya udah gede!"
Pemikiran di atas memang benar. Pasti sangat mudah bagi perusahaan yang sudah lama berkecimpung di dunia pertaksian untuk merektur tim IT untuk membuat aplikasi online. Tapi, jika mereka membuat sistem serupa, mereka tetap terbentur masalah pajak perusahaan dan ketentuan tarif yang diberlakukan Organda. Apakah mereka harus membubarkan perusahaan yang sudah lama berdiri dan membangun perusahaan berbasis online yang belum tentu bisa bersaing dengan yang sudah ada?
Ada juga yang bilang, "ah elah, ini kan bagus bentuk kemajuan teknologi. Banyak masyarakat yang terbantu kok dengan keberadaan angkutan berbasis online!"
Pendapat ini juga benar karena orang-orang pada prinsipnya nggak mau repot untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tapi, jika tarifnya disejajarkan atau bahkan dibuat lebih mahal dari taksi konvensional, apa masih ngerasa mereka terbantu?
Banyak yang komen secara spontan, "kenapa nggak bikin layanan online ajah sih? Kan perusahaannya udah gede!"
Pemikiran di atas memang benar. Pasti sangat mudah bagi perusahaan yang sudah lama berkecimpung di dunia pertaksian untuk merektur tim IT untuk membuat aplikasi online. Tapi, jika mereka membuat sistem serupa, mereka tetap terbentur masalah pajak perusahaan dan ketentuan tarif yang diberlakukan Organda. Apakah mereka harus membubarkan perusahaan yang sudah lama berdiri dan membangun perusahaan berbasis online yang belum tentu bisa bersaing dengan yang sudah ada?
Ada juga yang bilang, "ah elah, ini kan bagus bentuk kemajuan teknologi. Banyak masyarakat yang terbantu kok dengan keberadaan angkutan berbasis online!"
Pendapat ini juga benar karena orang-orang pada prinsipnya nggak mau repot untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tapi, jika tarifnya disejajarkan atau bahkan dibuat lebih mahal dari taksi konvensional, apa masih ngerasa mereka terbantu?
Quote:
Solusi Terbaik
Pemerintah, dalam hal ini Dishub dan Kemenkominfo, selaku pembuat regulasi harus segera mencari titik tengah yang menguntungkan kedua belah pihak.
Kita ambil contoh pajak-pajak yang dibebankan kepada taksi konvensional juga harus diberlakukan bagi mereka yang bernaung di bawah perusahaan angkutan berbasis online. Penentuan tarif juga harus disama-ratakan antar penyedia layanan.
Dengan demikian, antara taksi online dan taksi konvensional bisa bersaing dengan sehat karena taksi online tidak bisa lagi menerapkan tarif 'murah meriah' ke masyarakat. Selain itu taksi konvensional juga akan mulai mengembangkan layanan online pada perusahaan mereka.
Lantas bagaimana dengan abang ojek konvensional yang belum punya tarif seragam? Cobalah membuat perkumpulan ojek konvensional dengan tarif yang jelas sehingga kepercayaan masyarakat bisa tumbuh kembali. Karena beberapa oknum ojek konvensional terkadang suka memberlakukan tarif 'aji mumpung' kalau masyarakat lagi kepepet menggunakan jasa mereka.
Pemerintah, dalam hal ini Dishub dan Kemenkominfo, selaku pembuat regulasi harus segera mencari titik tengah yang menguntungkan kedua belah pihak.
Kita ambil contoh pajak-pajak yang dibebankan kepada taksi konvensional juga harus diberlakukan bagi mereka yang bernaung di bawah perusahaan angkutan berbasis online. Penentuan tarif juga harus disama-ratakan antar penyedia layanan.
Dengan demikian, antara taksi online dan taksi konvensional bisa bersaing dengan sehat karena taksi online tidak bisa lagi menerapkan tarif 'murah meriah' ke masyarakat. Selain itu taksi konvensional juga akan mulai mengembangkan layanan online pada perusahaan mereka.
Lantas bagaimana dengan abang ojek konvensional yang belum punya tarif seragam? Cobalah membuat perkumpulan ojek konvensional dengan tarif yang jelas sehingga kepercayaan masyarakat bisa tumbuh kembali. Karena beberapa oknum ojek konvensional terkadang suka memberlakukan tarif 'aji mumpung' kalau masyarakat lagi kepepet menggunakan jasa mereka.
Quote:
Kesimpulan
Baik angkutan berbasis online maupun konvensional, mereka semua sama-sama harus dijaga eksistensinya karena di belakang mereka ada anak-istri atau anak-suami yang menggantungkan hidup mereka pada tulang punggung keluarga. Janganlah bersikap egois memaksa harus begini harus begitu.
Sejatinya, rakyat kecil hanyalah alat yang dipakai oleh mereka yang berkepentingan untuk memuluskan keinginannya. Jangan biarkan rakyat tak berdosa menjadi korban. Kita semua diperintahkan untuk berusaha dan bekerja untuk menjaga wibawa keluarga. Agar kita tidak meminta-minta di jalan.
Sayangi diri kita masing-masing dengan menghargai orang lain karena pada hakikatnya rezeki yang sudah digariskan untuk kita tidak akan bisa dirampas orang lain.
Mari sama-sama berdoa agar pemangku kepentingan, dalam hal ini pemerintah, bisa mengeluarkan kebijakan yang seadil-adilnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Baik angkutan berbasis online maupun konvensional, mereka semua sama-sama harus dijaga eksistensinya karena di belakang mereka ada anak-istri atau anak-suami yang menggantungkan hidup mereka pada tulang punggung keluarga. Janganlah bersikap egois memaksa harus begini harus begitu.
Sejatinya, rakyat kecil hanyalah alat yang dipakai oleh mereka yang berkepentingan untuk memuluskan keinginannya. Jangan biarkan rakyat tak berdosa menjadi korban. Kita semua diperintahkan untuk berusaha dan bekerja untuk menjaga wibawa keluarga. Agar kita tidak meminta-minta di jalan.
Sayangi diri kita masing-masing dengan menghargai orang lain karena pada hakikatnya rezeki yang sudah digariskan untuk kita tidak akan bisa dirampas orang lain.
Mari sama-sama berdoa agar pemangku kepentingan, dalam hal ini pemerintah, bisa mengeluarkan kebijakan yang seadil-adilnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Quote:
Sekian dulu tret dari ane. Kalo menurut nte gimana, gans?
Ane minta maaf kalau ada kata yang kurang berkenan di hati agan. Ane nggak bosen-bosennya bilang kalo ane cuma manusia biasa, bukan Tuhan yang Maha Sempurna.
Sekali lagi ane ngucapin makasih buat yang sudah mampir. Ane juga nggak bosen-bosennya bilang kalo tret ini dibuat bukan untuk memuaskan segala kalangan. Jadi, kalau ada kekurangan karena tidak sesuai dengan minat agan, berilah maaf si TS karena hakikatnya, sebuah tret tidak akan mampu memuaskan seluruh Kaskuser.
Ane minta maaf kalau ada kata yang kurang berkenan di hati agan. Ane nggak bosen-bosennya bilang kalo ane cuma manusia biasa, bukan Tuhan yang Maha Sempurna.
Sekali lagi ane ngucapin makasih buat yang sudah mampir. Ane juga nggak bosen-bosennya bilang kalo tret ini dibuat bukan untuk memuaskan segala kalangan. Jadi, kalau ada kekurangan karena tidak sesuai dengan minat agan, berilah maaf si TS karena hakikatnya, sebuah tret tidak akan mampu memuaskan seluruh Kaskuser.
tien212700 memberi reputasi
1
102K
Kutip
556
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.8KThread•89.9KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya