Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bonta87Avatar border
TS
bonta87
Dulu Jadi Bintang dan Dipuja, Kini Personel Grup Klantink Jualan Kerak Telur di Pingg

jalanan, grup musik Klanting berhasil menembus panggung hiburan nasional lewat ajang Indonesia Mencari Bakat (IMB) I yang digelar stasiun televisi swasta pada 2010.
Tapi sayang, nasib para personil Klantink tidak semegah panggung yang pernah mengibarkan nama grup musik asal Surabaya itu.
Pamor grup musik yang digawangi Budi, Wawan, Muhammad Saifudin, Imam Doweh, dan Maslukin, sekelompok pengamen di Terminal Joyoboyo Surabaya, itu terus meredup. Apalagi sejak salah satu personilnya, Klantink'>Budi Klantink meninggal, grup musik ini semakin sepi orderan manggung.
Kini, untuk menutup biaya hidup sehari-hari, sebagian personil Klantink rela berjualan kerak telur di pinggir jalan.
Seperti yang dilakukan Muhammad Saifudin (38) atau Cak Mat dan Maslukin (25) atau Lukin. Kakak adik yang juga personil Klantink itu sekarang berjualan kerak telur di pinggir jalan dekat Royal Plaza, Surabaya, Jawa Timur. Sudah hampir sebulan ini mereka berjulan kerak telur di lokasi itu.
“Kenapa harus malu. Saya dulu asalnya dari mana? Dari jalanan. Kalau sekarang kembali ke jalan, sudah biasa,” kata Cak Mat saat ditemui Surya di tempatnya jualan, Rabu (16/3/2016).
Tempat jualan Cak Mat dan Lukin juga tidak istimewa. Seperti pedagang kaki lima (PKL) lain, mereka hanya memasang spanduk bertuliskan Kerak Telur Khas Betawi. Tidak ada embel-embel Klantink di spanduk. Mereka membawa dua kotak kayu sebagai tempat alat-alat masak.

Ada dua tungku sebagai tempat menggoreng kerak telur. Keduanya duduk di kursi plastik kecil menunggu pembeli. Harga kerak telur per porsi Rp 15.000 untuk telur ayam dan Rp 20.000 untuk telur bebek. Khusus hari Minggu, mereka berjualan di car free day di Taman Bungkul.
“Dari pada nganggur di rumah. Orderan manggung juga sepi. Mau ngamen sudah capek. Saya dan adik pilih jualan. Hasilnya bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,” ujar Cak Mat.
Pembeli yang tidak teliti tidak akan mengenali Cak Mat dan Lukin, sebagai personil Klantink. Sekilas mereka memang seperti pedagang kaki lima lainnya.
Penampilannya sederhana. Lukin memakai celana pendek, kaus oblong, dan sandal jepit. Begitu juga Cak Mat, pakai hem lengan pendek lusuh, celana panjang hitam, dan sandal japit. Keduanya memakai topi.

Cak Mat mengakui sekarang orderan manggung sepi. Sebulan, hanya dapat dua sampai tiga orderan manggung. Kadang-kadang juga tidak ada orderan sama sekali. Nama Klantink juga semakin tenggelam terutama di Surabaya. Untuk itu, personil Klantink mencari kerja sampingan agar dapur tetap mengepul.
Cak Mat dan Lukin memilih jualan, sedangkan Wawan, dikontrak menjadi pemandu acara di salah satu televisi lokal Surabaya. Doweh membantu orangtua buka warung di rumah.


“Orderan di lokal memang sepi, kami banyak main di luar pulau, seperti Sumatera dan Kalimantan. Bulan depan, kalau jadi, kami akan main di Belitung. Kalau di lokal dan Jawa Timur, kami sering main di acara sekolah dan kampus,” katanya.
Tetapi, ia memastikan Klantink tetap eksis sampai sekarang. Klantink masih rutin latihan tiap Selasa dan Jumat. Sesibuk apapun, para personel Klantink masih menyempatkan kumpul untuk latihan pada hari itu. Sekarang Klantink merekrut satu personil lagi sebagai pengganti almarhum Budi. Klantink merekrut Marlboro, seorang pengamen di Terminal Joyoboyo sebagai pengganti Budi.
Maslukin menambahkan, Klantink masih punya angan-angan untuk membuat mini album. Sekarang Klantink sedang mempersiapkan untuk rekaman album tersebut. Mini album itu ada 10 lagu ciptaan Klantink.
“Sebenarnya, kami sudah punya banyak lagu ciptaan sendiri. Sudah lama kami ingin membuat album. Tapi kondisi industri musik di Indonesia seperti ini. Musik-musik tradisional seperti kami kurang diminati. Padahal, di luar negeri, musik tradisional malah dihargai,” katanya.
Lukin merasakan hal itu ketika diundang main di Vietnam pada tahun lalu (2015). Mereka berada di Vietnam lebih seminggu. Mereka tampil dihadapan seniman dan pejabat Vietnam. Ketika tampil, Klantink sempat menghilangkan unsur musik keroncong karena durasinya terlalu panjang. Ternyata, orang Vietnam malah meminta agar musik keroncong minta tetap dimainkan.
Walaupun sekarang nasib grup musik Klantink tidak semulus ketika mengikuti ajang pencarian bakat, Cak Mat dan Lukin tetap bersyukur. Secara ekonomi, sekarang mereka lebih tertata dari pada sebelum mengikuti IMB.
Sekarang, Cak Mat sudah bisa membeli rumah sendiri di Sidoarjo. Cak Mat, Lukin, dan Doweh juga bisa membelikan rumah untuk orangtua. Mereka patungan untuk membelikan rumah orangtua.


Saya tetap bersyukur dengan kondisi sekarang. Ibaratnya, dulu, saya sering makan makanan sisa orang, kini sudah bisa punya rumah sendiri. Kalau ingin sukses memang seharusnya kami tinggal di Jakarta. Tapi saya tidak bisa meninggalkan komunitas di Surabaya. Saya masih sering nongkrong dengan teman-teman di terminal,” kata Cak Mat.
Ketua Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ), Samsul Arifin mengatakan Klantink sebenarnya menjadi kebanggaan bagi pengamen di Terminal Joyoboyo. Menurutnya, dari jalanan, Klantink bisa menjadi artis ibu kota. Ia sendiri pernah mengalami main bersama sebagian personil Klantink.
Terutama bersama Budi dan Cak Mat. Dulu sebelum ikut kompetisi pencarian bakat, Samsul sudah sering manggung bersama Cak Mat dan Budi. Mereka main di acara sunatan dan pernikahan dengan honor Rp 50.000 sampai Rp 100.000.
“Tapi sayang, personil Klantink kurang berpengalaman mengelola manajemen. Hal itu membuat kondisi Klantink semakin meredup. Apalagi setelah ditinggal Budi. Budi merupakan otak di Klantink. Dia menguasai hampir semua alat musik. Dia juga pandai mengaransemen lagu. Saya berharap Klantink tetap eksis dan tidak lupa dengan asalnya,” katanya.
Pamor grup musik yang digawangi Budi, Wawan, Muhammad Saifudin, Imam Doweh, dan Maslukin, sekelompok pengamen di Terminal Joyoboyo Surabaya, itu terus meredup. Apalagi sejak salah satu personilnya, Budi Klantink meninggal, grup musik ini semakin sepi orderan manggung.
Kini, untuk menutup biaya hidup sehari-hari, sebagian personil Klantink rela berjualan kerak telur di pinggir jalan. (Samsul Hadi/Benni Indo)

http://suryamalang.tribunnews.com/2016/03/20/dulu-jadi-bintang-dan-dipuja-kini-personel-grup-klantink-jualan-kerak-telur-di-pinggir-jalan

yang penting halal cak
Diubah oleh bonta87 20-03-2016 23:27
nona212
nona212 memberi reputasi
1
23.2K
153
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.