Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mahadewakuntiAvatar border
TS
mahadewakunti
Rasa itu Tidak Bisa Diadili
Rasa itu Tidak Bisa Diadili

 Jul 19, 2014  Admin  Agama, Berita  0



Teguh Wibowo

[Semarang –elsaonline.com] Perbedaan itu pasti. Dalam memandang perbedaan kita harus memakai hati nurani, setiap orang memiliki rasa, dan rasa itu berbeda-beda. Agama itu soal rasa makanya manusia memiliki agama yang berbeda-beda.

Hal itu disampaikan oleh Teguh Wibowo (33) disela-sela acara Paralegal Bagi Penghayat Kepercayaan Se Jawa Tengah yang diadakan Lembaga Studi Sosial dan Agama (eLSA) di Hotel Simpang Lima Resident beberapa waktu lalu.

Menurut penganut kepercayaan Mardi Santosaning Budhi (MSB) asal Temanggung itu, dalam melihat keberagaman agama harus menggunakan rasa, tidak boleh menggunakan akal pikiran, sehingga seseorang bisa memaklumi rasa yang dimiliki orang lain yang berbeda dengan dirinya. “Kalau masalah ruhani jangan menggunakan pola pikir, tapi menggunakan rasa, dan rasa itu tidak bisa diadili. Suara hati tidak bisa bohong, itu panggilan murni,” paparnya.

Cucu dari Mbah Sudijana Ketua Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK) Kabupaten Temanggung ini walaupun menganut kepercayaan tapi dirinya berbeda dengan kakeknya. Perbedaan itu terletak pada kemurnian agama yang dianutnya. Jika Mbah Sudiyo menjadikan MSB sebagai agama yang dipeluknya dan tidak merangkap dengan agama lain, Teguh menjadikan MSB sebagai agama yang dipadukan dengan agama Islam.

“Saya menjadi penghayat sekaligus beragama Islam. Islam saya Islam kejawen, beda dengan mbah saya, mbah saya penghayat murni. Agamanya ya MSB itu, tapi kalau saya Islam kejawen,” tutur pria yang pernah pertapa di beberapa Goa di tanah Jawa itu.

Masih menurut Teguh, manusia adalah sumber kekuatan utama dalam menciptakan kehidupan yang damai. Baginya, persoalan agama dan budaya adalah hasil cipta manusia, sehingga manusia harus bisa mengelolanya dengan baik supaya tidak membawa kekacauan. “Kita sebagai manusia yang mengolah. Agama, kebudayaan, adat istiadat, harus kita yang mengolah, bukan kitanya yang diolah. Jadi, jika ada orang melakukan kekerasan dengan alasan perintah agama itu salah, karena manusia yang harusnya mengolah agama. Jadi ajaran agama ingin seperti apa itu tergantung manusianya. Kita memilih A benar, B benar, itu tergantung kita,” pungkasnya. [elsa-ol/KA-@khoirulanwar_88]

http://elsaonline.com/?p=3553

jangan deh, pak, nanti bisa kena tuduhan penistaan & penodaan agama Islam. jika fpi, fui, hti, jat tahu, bisa digebukin lho gara2 ngaku islam tapi ritualnya nggak sesuai dengan islam
0
1.6K
20
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.