VIVA.co.id - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini alias Risma, kembali menyindir Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang memilih jalur independen atau perseorangan dalam Pilkada DKI tahun 2017.

Dia mengaku selalu menghindari jalur perseorangan dan lebih memilih lewat partai politik untuk mencalonkan kepala daerah.

“Dalam agama itu, fatsunnya (etika) tidak boleh minta jabatan. Kenapa tidak independen? Kalau maju melalui independen, berarti saya punya nafsu, makanya saya lewat partai,” ujar Risma kepada wartawan di Balai Kota Surabaya pada Jumat, 11 Maret 2016.

Risma juga membantah tudingan Ahok yang mengatakan bahwa maju melalui mekanisme partai politik harus mengeluarkan sejumlah uang sebagai mahar politik. Bahkan, Risma mencontohkan diri saat maju menjadi calon Wali Kota Surabaya dalam Pilkada pada 9 Desember 2015, dia sama sekali tidak menyerahkan uang.

“Jadi saya harus bela (PDIP). Saya yakin Pak Ahok juga tidak akan dimintai uang. Kalau Pak Ahok diminta dekat dengan PAC (pengurus anak cabang partai politik), dan (pengurus) ranting itu, ya, wajar, karena mereka itu mesin partai,” Risma berargumentasi.

Bahkan, untuk membuktikan hal itu, Risma meminta siapa pun untuk menanyakan kepada seluruh pengurus PDIP di Surabaya. Dia menganggap salah menerjemahkan proses pendekatan kepada seluruh pengurus PDIP.

“Begini loh, partai itu punya mesin, yaitu PAC dan ranting. Sedangkan calon sendiri juga punya mesin. Nah, kalau keduanya ini tidak bekerja sama, dan dekat, ya tidak akan bisa menang,” ujar Risma. (ase)

http://nasional.news.viva.co.id/news...arena-bernafsu

untuk teman ahok dan sejenisnya target baru sudah teridentifikasi segeran jalankan protokol SOP baik di jejaring sosial dll





mengutip kalimat Pak YIM : "Saya tdk ingin Ahok masuk gelanggang dengan pedang terhunus, tapi dia luka. Saya hanya akan bertarung dengan adil"