Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

walleyAvatar border
TS
walley
Ingin Keluar Sakinah?Tidak bisa hanya modal dan niat! Baca ini!
Permisi agan-agan yang saya hormati sekalian, masih ingat dengan kisah Anik lulusan ITB yang membunuh ketiga anaknya pada tahun 2006 silam? Mungkin agan bingung maksudnya apa? Tanpa sengaja saya menemukan berbagai sumber yang menyebutkan bahwa Anik yang cerdas ini adalah korban dari suami yang yang ingin keluarga sakinah tanpa mau usaha..bla..bla (dua sisanya saya ngga apal maap ya).. silahkan di baca:

Ini dari kompasina bernama RumahKayu dengan judul :Berhati- hatilah Memilih Suami, Jika Tak Ingin Menjadi Tak Berdaya (3)

IBU ketiga anak itu perempuan cemerlang, lulusan perguruan tinggi yang konon merupakan perguruan tinggi negeri terbaik di negeri ini.

Dia merantau ratusan kilometer untuk mendapat pendidikan tinggi terbaik itu.

Ayahnya wiraswastawan yang menguasai 7 (tujuh!) bahasa. Ibunya dokter. Jenis orang tua berwawasan luas yang mengijinkan anak perempuannya memiliki cita- cita setinggi bintang dan melihat dunia.

Lalu, setelah menikah, ibu muda itu hampir sama sekali tak bisa keluar rumah sebab tak punya waktu, sibuk dengan urusan rumah tangga dan anak- anak.

Tentu saja tak ada yang salah tentang menjadi ibu rumah tangga, jika memang itu yang diinginkannya. Namun tak akan mudah menjalaninya kalau bertentangan dengan kehendaknya sendiri. Dia pernah mengeluh tentang kondisinya yang “hanya” ibu rumah tangga. Keinginannya bekerja tak pernah terpenuhi, sebab sang suami tak mengijinkan.

Betapa tak mudah situasinya. Dia ingin terbang melihat dunia namun terpasung dan bahkan tidak sempat melihat keluar jendela rumahnya sekalipun.

Hasil pemeriksaan psikologi yang dilakukan setelah tragedi pembunuhan menunjukkan dia menderita paranoid berat dan depresi akut. Juga tak percaya diri, meragukan kemampuan diri sendiri, mudah putus asa, walau di pihak lain, dia seorang perfeksionis.

Sebab sayapnya (di)patah(kan) segera setelah dia menikah.

Dia terkurung. Terkungkung. Pendapatnyapun tak didengar..

Penghasilan suaminya pas- pasan. Dia yang biasa hidup berkecukupan tiba- tiba kesempitan keuangan. Dia ingin tapi tak diijinkan untuk turut meringankan beban rumah tangga.

Padahal, ada banyak cita- cita tentang masa depan para buah hati.

Sang istri ini juga berbeda pendapat dengan suaminya tentang sekolah anak- anak. Dia menginginkan sekolah berkarakter egaliter dengan kultur global yang modern, sementara suaminya justru memilih sekolah berfaham sangat ketat.

Dan biaya sekolah di situ, tidak murah.

Logis bahwa ibu tiga anak itu menjadi demikian galaunya…

***
Perempuan malang tersebut semasa mahasiswa aktif dan periang. Namun hasil pemeriksaan setelah pembunuhan menunjukkan bahwa dia pendiam dan tertutup.

Tak mungkin orang periang jadi pendiam dan tertutup tanpa sebab musabab yang jelas. Itu hanya akan terjadi saat dia tiba di titik apatis karena apapun yang dikatakannya tak mendapat tanggapan yang baik, tak pula bisa merubah situasi.

Dia sungguh sudah kehilangan daya dan asa.

Sementara suaminya (tetap) tak memahami…

Sang suami menyangkal pendapat bahwa istrinya terkurung terus di rumah dengan mengatakan bahwa dia sering mengajak anak- anak dan istrinya berekreasi dengan mengajak mereka berpiknik di halaman rumput di tempatnya bekerja pada akhir minggu.

Oh.

Ya ampun.

Pernahkah dia bertanya apakah piknik di halaman rumput kantornya merupakan rekreasi yang diinginkan istrinya atau bukan? Dan mengapa harus disitu, bukan di tempat lain? Dimana sang suami berada saat mereka ‘berekreasi’ itu, bergabung bersama keluarganya, atau ke ruangan kantornya untuk bekerja?

Tampaknya, bagi suami itu pekerjaan jauh lebih penting daripada keluarga?

Pada malam menjelang kejadian memilukan saat ketiga anaknya dibunuh, sang suami itu tidak pulang ke rumah. Dia menghubungi istrinya, mengatakan dia akan menginap di kantor.

Dibiarkannya sang istri berada di rumah sendiri, dengan tiga anak yang masih kecil, tenggelam tak berteman menelan berbagai rasa risau dan galau…

Wah!

***

Tak mungkin ibu muda yang cerdas dan cemerlang itu tiba- tiba meluncur sampai ke titik begitu rendah sehingga dia sampai membunuh ketiga anaknya sendiri tanpa tanda- tanda samasekali.

Pasti ada gejala depresi mulai dari ringan hingga berat sebelumnya. Juga perubahan sikap, termasuk, kemungkinan besar, marah- marah dan tangisan ‘tak jelas’ yang berkepanjangan.

Apakah gejala itu tak terlihat oleh sang suami? Adakah suaminya menyediakan waktu untuk sekedar menemani, menunjukkan dukungan pada istrinya, atau tidak?

Atau suami itu mengabaikan karena menganggap urusan domestik merupakan tugas perempuan, kewajiban seorang istri, sementara suami tak perlu terlibat sama sekali, kendati sang istri sudah demikian lelah, baik fisik maupun mental?

***

Anak bungsu keluarga muda ini bayi berusia tujuh bulan.

Sejak bayinya lahir, sang ibu menjadi pemurung. Seringkali dia bahkan tak mandi hingga 2-3 hari.

Itu jelas gejala depresi.

Bisa jadi sumbernya adalah baby blues yang tak tertangani dengan baik. Dan.. entahlah, apakah dia siap dengan kehadiran anak ketiganya atau sebenarnya belum ingin memiliki bayi lagi?

Baby blues sendiri umum terjadi pada para ibu yang baru melahirkan. Emosi naik turun, antara gembira dan depresi. Adakalanya perasaan kecil, tak berdaya serta tak bisa melakukan apa- apa muncul. Di waktu lain, tiba- tiba kepercayaan diri meningkat tinggi.

Semua itu normal. Itu adalah paradoks dari depresi pasca melahirkan. Ketika rasa sedih muncul justru di hari yang paling membahagiakan saat bayi mungil hadir menjadi bagian dari keluarga.

Hormon berperan disitu. Kadar estrogen dan progesteron turun mendadak setelah kelahiran. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya depresi. Perasaan bergejolak itu juga timbul karena para ibu yang baru melahirkan harus menyesuaikan diri dengan situasi baru.

Periode baby blues normalnya berlangsung sekitar 2-3 minggu. Jika seorang ibu yang baru melahirkan mendapat dukungan positif dari suami dan keluarganya, baby blues akan segera berlalu. Namun jika tak tertangani dengan baik, baby blues bisa berkembang menjadi depresi. Bahkan bisa menjadi pemicu bunuh diri.

Sayangnya, ibu tak beruntung tersebut kelihatannya tak memperoleh dukungan yang dibutuhkan. Ditengah kelelahan pasca melahirkan, dia harus menangani semuanya sendiri di rumah, menelan kerisauannya, menahan semua keresahan di dalam dirinya.

Pada situasi sangat sulit semacam itu, sang suami tak kunjung memahami, bahkan tampaknya asyik dengan diri (dan pekerjaannya) sendiri.

Nah, salahkah kalau aku berpendapat jika perempuan malang tersebut masuk penjara, maka suaminya juga harus masuk penjara bersama dia, sebab suaminya turut andil menciptakan kondisi yang berujung tragis tersebut dan (harus) bertanggung jawab untuk itu.

Bagaimana.. betul, atau tidak?

Lalu yang ini dari detik..com dengan judul Teka-Teki Ibu Bunuh 3 Anak Sendiri (4) Terganggu Kesalehan Suami

Sementara kini Anik harus menghadapi kenyataan hidup yang mungkin tidak seindah impian di masa kecil. Meski lulusan ITB, Anik tidak berkarir dan hanya menjadi ibu rumah tangga. Sementara suaminya, Iman, karirnya juga belum cemerlang. Iman memang menjadi salah seorang direktur, tapi di sebuah yayasan yang bergerak di bidang dakwah. Iman sendiri sering menyebut kerja di Yayasan Salman sebagai pengabdian. Hampir 7 tahun bekerja, Iman belum memiliki rumah sendiri.

Sehari-hari jika berangkat pulang kerja, Iman pun mengendarai motor. Padahal bagi Anik, sebagai lulusan ITB, Iman seharusnya bisa mendapatkan karir yang lebih cemerlang dengan penghasilan yang besar. Tapi rupanya Iman berpendapat lain. Laki-laki itu telah terbiasa dengan aktivitas dakwah sejak kuliah. Baginya rezeki itu ada di tangan Tuhan, maka ia bisa legowo menghadapi masalah materi. Tapi Anik seperti masih sulit untuk pasrah dengan masalah materi itu. Ia tahu agama mengajarkan bahwa rezeki, jodoh dan mati itu ada di tangan Tuhan. Perempuan yang juga taat beribadat, menurut pembantunya rajin salat dan membaca Al Qur'an itu, kemudian merasa bersalah.

Tidakkah Iman tahu Anik, istrinya sedang labil? Tidakkah Iman tahu istrinya itu gampang panik dan sejak SLTA bisa tiba-tiba ketakutan? Seorang yang gampang panik sangat membutuhkan rasa aman dan perlindungan. Kebutuhan ini harus dipenuhi oleh orang-orang terdekatnya. Jika belum menikah yang paling bertanggung jawab adalah orangtua. Sedangkan bila sudah menikah yang bertanggung jawab adalah suami atau istrinya. Bagi psikolog senior Sartono Mukadis, Iman seharusnya mengerti kebiasaan istrinya. Anik sudah sering gelisah dan mudah panik sejak SLTA. Ketika kuliah, Anik gampang sakit jika capai sedikit dan mengalami masalah. Kondisi itu sudah selayaknya diketahui Iman sehingga memberi Anik lebih banyak perhatian. "Tidak mungkin suami tidak mengetahui kebiasaan istrinya. Ia layak dituntut secara hukum," kata Sartono.

Nah agan sudah baca? Membangun keluarga sakinah dan seterusnya, ngga bisa dengan cuma modal niat dan pasrah macam si Iman suami Anik ini. Ane sampe gemes bacanya, sudah untung dapat istri soleha dan cerdas malah tidak diperhatikan, sampai-sampai tidak tahu orang sedang depresi. Kemana saja hidup serumah sampai bisa punya tiga anak tapi buta lihat perbedaan istri sehari-hari, si Amin ini terlalu dibutakan oleh mimpi keluarga sakinah.

Bahwa keluarga sakinah itu rejeki yang tidak perlu diusahakan datang dengan sendirinya, bahwa keluarga sakinah itu tidak perlu dibangun karena bonus menikah secara halal.

Sudah gituh banyak berdalih bahwa si istri fine-fine saja. Bahkan si Amin dusun ini pernah ditampilkan di acara KICK ANDY, eh malah terlihat seperti korban. Padahal yang membuat Anik menjadi pembunuh adalah dia sendiri.

Ini juga pelajaran buat ane dan agan-agan yang maunya punya keluarga sakinah bla..bla..bla tapi mikirnya kalau semua itu adalah bonus yang terjadi sendiri kaga perlu pake usaha.
0
1.2K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.