Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rumahkanaka3Avatar border
TS
rumahkanaka3
Pertumbuhan Ekonomi Tak Imbangi Pertumbuhan Utang
JAKARTA. – Pertumbuhan utang Indonesia tercatat selalu lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi. Hal itu mengindikasikan penambahan utang selama ini tidak berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk itu, sejumlah kalangan mengingatkan agar pemerintah mengantisipasi dengan baik risiko atas utang negara. Jangan sampai utang pemerintah menumpuk tanpa prediksi yang mengakibatkan terjadinya gelembung utang pemerintah (government debt bubble).

Pada situasi ini, terjadi krisis karena negara tidak mampu membayar utang domestik ataupun utang luar negeri, ditandai dengan pendapatan nasional lebih kecil daripada anggaran untuk pembiayaan utang (debt budgeting) dan belanja pemerintah.

Pada 2015, utang pemerintah melesat 18,8 persen menjadi 3.098 triliun rupiah sementara pertumbuhan ekonomi tercatat 4,8 persen. Pada saat yang sama, utang luar negeri (ULN) Indonesia juga naik 5,8 persen mencapai 310,7 miliar dollar ASatau sekitar 4.154 triliun rupiah pada kurs 13.400 rupiah/dollar AS.

Menurut Kepala Pusat Kajian Ekonomi Politik Universitas Bung Karno, Salamuddin Daeng, terus bertambahnya utang sangat membahayakan perekonomian Indonesia. Apalagi jika dilihat produktivitas ekonomi nasional yang relatif melemah, ditandai dengan semakin tingginya defisit keseimbangan primer.

“Ini artinya semakin kecilnya arti utang bagi ekonomi nasional atau utang tak berdampak bagi peningkatan prodoktivitas negara. Kenaikan defisit keseimbangan primer ini patut diwaspadai karena menggambarkan kemampuan anggaran negara menutup utang kian lemah,” jelas dia saat dihubungi, Minggu (28/2).

Keseimbangan primer dihitung dari total pendapatan negara dikurangi belanja tanpa menghitung pembayaran kewajiban utang. Posisi defisit menunjukkan pendapatan negara tidak bisa menutupi pengeluaran sehingga membayar cicilan pokok dan bunga utangdengan memakai utang baru.

Pada APBN-Perubahan 2015 defisit keseimbangan primer naik 203,8 persen dari target 66,8 triliun rupiah menjadi 136,1 triliun rupiah. Defisit tersebut juga lebih besar dibandingkan 2014 yang sebesar 93,3 triliun rupiah, atau 87,9 persen dari target 106 triliun rupiah. Neraca keseimbangan primer terus defisit sejak 2012.

Sementara itu, berbagai riset mengenai dampak utang luar negeri sektor pemerintah atau utang luar negeri secara keseluruhan menunjukkan, pada umumnya secara statistik utang luar negeri tak menimbulkan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.

http://www.koran-jakarta.com/pertumbuhan-ekonomi-tak-imbangi-pertumbuhan-utang/

wow meroket , wus wus wus
0
3.5K
54
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672.4KThread42KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.