MAMUJU UTARA, KOMPAS.com - Seorang nenek bernama Wati hidup luntang-lantung di sebuah halte di samping Pos Polantas Martajaya, Polres Mamuju Utara, Sulawesi Barat, lebih dari sepekan terakhir.
Bahkan, kondisinya kini lemas sehingga sulit diajak berkomunikasi. Wayan, warga dan pemilik warung di sekitar halte, mengatakan, sejak Wati tiba-tiba muncul di daerah itu, sejumlah warga yang prihatin memberikan makanan dan minum semampunya.
Wayan mengaku pernah berbicara dengan Wati. Dia mengaku berasal dari Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, dan tadinya hendak menuju Kabupaten Toli–toli untuk mencari anaknya.
“Sebelum sering datang belanja makanan dan minuman ringan. Tapi beberapa hari ini ternyata sakit dan mungkin sedang kehabisan ongkos, makanya seperti bingung. Katanya sih dari Pinrang mau mencari anaknya di Toli-Toli tapi diturunkan sopir bus di tengah jalan,” tutur Wayan, warga dan pemilik warung di area itu, Senin (22/2/2016).
Wayan menduga, Wati diturunkan sopir di tengah jalan karena kehabisan ongkos. Sejak ditemukan pertama kali oleh seorang anggota Provost Polres Mamuju Utara, Wati sudah hendak dibawa ke rumah sakit.
Namun, saat hendak dibawa petugas, dia memberontak sambil menangis. Wati menolak diajak berobat ke rumah sakit karena alasan tak punya uang dan takut disuntik.
Setelah itulah, warga sekitar mulai berinisiatif memberi makanan dan minuman secukupnya. Sejumlah pengendara yang melintas juga merasa iba dan memberikan uang kepadanya.
Wayan mengatakan, Wati sempat beberapa kali mampir ke warungnya untuk membeli makanan ringan dengan uang yang diperolehnya dari belas kasihan orang lain. Namun, sudah beberapa hari ini, Wati tak muncul. Setelah dicek, Wati ternyata tampak lemas.
Wayan berharap ada petugas dari Dinas Sosial yang datang untuk memantau keadaan Wati.
SUMUR