Salah seorang muncikari di Kalijodo Subadriah (65) mengaku akan pergi dari Kalijodo. Nenek yang akrab disapa Bude ini tidak akan menginjakkan kaki lagi di lokalisasi tertua di Jakarta tersebut. Subadriah mengaku sudah 40 tahun tinggal di Kalijodo.

"Saya lagi berkemas dan mau pulang ke Lumajang. Saya disini sudah tidak bisa jualan lagi,” katanya seperti dikutip dari laman metrotvnews.com, Minggu (21/2/2016)

Sebagai ‘bos’, Subadriah memiliki 20 orang ‘pegawai’, dan menyasar kalangan menengah kebawah. Pria hidung belang akan dikenakan tarif Rp. 150ribu untuk sekali kencan. Pembagiannya, Rp. 20 ribu untuk Subadriah, Rp. 30 ribu untuk biaya kamar, dan Rp. 100ribu untuk ‘sang pegawai'. Mayoritas, psk yang dipekerjakan Subadriah adalah remaja hingga dewasa, serta bukanlah warga Jakarta.

Supaya dapur semakin ngebul, Subadriah juga menjual minuman. Biasanya, pria hidung belang memesan minuman saat duduk sambil memilih pasangan atau saat kencan. Subadriah mengatakan, pendapatannya dari bisnis prostitusi dan menjual minuman mencapai Rp10 juta per bulan. "Tahun ini menurun," katanya.

Kalijodo terkenal karena banyak tempat prostitusi, bar, dan kafe yang menjual minuman keras. Sejak rencana Pemerintah DKI menggusur bangunan di Kalijodo diketahui, bisnis prostitusi di sana perlahan-lahan mulai ditinggalkan.


Narsum: http://www.infonitas.com/public/medi...34_350_c_w.jpg

itu laba bersih ga tahu laba kotornya