Sebuah virus mematikan bernama "Reaper" menyerang Skotlandia sehingga memaksa pemerintah setempat melakukan quarantina. Sebuah tembok setinggi 60 kaki dibangun mengelilingi negara itu dan dijaga pasukan bersenjata lengkap. Tahun 2035 ditemukan kasus Virus Reaper dan melalui citra satelit ternyata ada banyak survivor di Skotlandia yang menandakan imunitas terhadap virus tersebut. Pemerintah mengirimkan tim bersenjata lengkap yang dipimpin Major Eden Sinclair menuju Glasgow dengan harapan menemukan formula untuk penangkal virus. Sayang tim Sinclair diserang sebuah geng kanibal. Pemimpin geng tersebut bermaksud memanfaatkan Sinclair untuk keluar dari Scotlandia. Meskipun lumayan seru, film ini dikritik karena jalan ceritanya yang dangkal.

Di New York terjadi sebuah peristiwa aneh. Orang-orang di Central Park bertingkah aneh dan mulai bunuh diri. Pekerja konstruksi bangunan serentak melompat dari ketinggian sehingga terjadi "hujan manusia". Kepanikan massal terjadi dan spekulasi serangan bio-kimia oleh teroris menyeruak. Elliot Moore, seorang guru SMA dari Philadelphia bersama istrinya memutuskan mengungsi ke Harrisburg. Mereka ditemani oleh Julian, teman Elliot dan putrinya yang berusia 8 tahun. Mereka mendengar kabar kalau Philadelphia juga telah diserang. Julian memutuskan pergi ke Philadelphia menemui istrinya disana, dan menitipkan putrinya pada Elliot. Belakangan diketahui kalau penyebab semua itu adalah pepohonan. Mereka menyebarkan neurotoxin melalui angin dan menyebabkan siapapun yang terkena melakukan bunuh diri. Meskipun film ini lumayan sukses, tetapi menuai banyak kritikan. Salah satunya disebabkan cerita yang kurang solid dan ending yang lemah.

Sebuah infeksi virus mematikan telah menyebar ke seluruh dunia menyebabkan populasi manusia hampir punah. Sekelompok pemuda dipimpin oleh Brian dan Danny bergerak menuju Turtle Beach dimana tempat tersebut diyakini mempunyai penangkal virus tersebut. Di perjalanan mereka bertemu dengan Frank, yang anak perempuannya tengah sekarat terinfeksi virus. Frank meminta menumpang mobil Brian karena mobilnya kehabisan bensin, tetapi ditolak karena tidak muat. Masalah makin runyam karena pacar Brian tertular oleh anak Frank. Film ini lebih bernuansa drama dan lebih menitik beratkan konflik yang terjadi di kelompok remaja tersebut. Meskipun begitu, film ini cukup menarik untuk ditonton, meskipun endingnya sedikit mengecewakan.

Film ini merupakan sequel dari Rise of the Planet of the Apes. Mengisahkan 10 tahun setelah wabah virus ALZ-113 atau Simian Flu menyerang dunia secara luas. Virus ini telah membunuh 90% manusia sehingga menyebabkan peradaban manusia nyaris musnah. Di San Fransisco, sekelompok survivor yang kebal terhadap virus tersebut berusaha bertahan hidup di tengah hancurnya perekonomian. Sayangnya kelompok tersebut harus berhadapan dengan kelompok Caesar, sang monyet cerdas yang berusaha mempertahankan dominasi kelompoknya. Perhatian utama di film ini, jelas pada sosok Andy Serkis yang mampu menghidupkan sosok Caesar dengan sangat brilian. Tidak heran film ini berhasil menyabet Best Visual Effect di Academy Award tahun 2014.

Di masa depan, sebuah virus mematikan memusnahkan hampir semua manusia di Bumi. Sebagian manusia yang selamat terpaksa hidup di bawah tanah. Tahun 2035, James Cole, seorang napi dari Philadelphia terpilih untuk menjalani misi kembali ke masa lampau tahun 1996 untuk mencari informasi tentang pencipta dari virus tersebut, serta Army of Twelve Monkeys, kelompok yang bertanggung jawab atas penyebaran virus tersebut. Celakanya ternyata Cole sampai ke tahun 1990, bukan tahun 1996 seperti rencana awal. Cole pun dijebloskan ke RSJ, dan bertemu dengan Gonies, pasien dengan tingkah laku aneh tapi penuh misteri. Film ini mendapat kritik positif karena selain akting pemainnya, juga karena plot ceritanya yang penuh kejutan. Academy Award untuk kategori Best Supporting Actor (Brad Pitt) berhasil disabet oleh film ini.

Film ini berkisah tentang merebaknya strain dari virus flu burung (H5N1) di distrik Bundang, Seongnam, Korea Selatan. Berawal dari ditemukannya sebuah kontainer yang berisi sekelompok imigran gelap. Semua imigran tersebut telah tewas kecuali satu orang yang berhasil melarikan diri ke tengah kota. Sudah bisa ditebak, orang tersebut membawa virus mematikan dan menyebarkannya ke masyarakat Bundang. Kepanikan massal terjadi karena ternyata virus tersebut mampu menular dengan sangat cepat melalui udara. Rumah sakit penuh dengan pasien dengan gejala flu berat dan muntah darah dan diakhiri dengan kematian. Meskipun produksi Korea Selatan, ternyata film ini tetap mampu menyuguhkan ketegangan luar biasa dan berhasil menggambarkan kengerian yang terjadi saat virus mematikan mewabah.

Jim, seorang kurir terbangun dari koma di sebuah rumah sakit. Masih setengah sadar mendapati kota tempat tinggalnya bagai kota mati dan seperti telah terjadi sesuatu yang mengerikan. Jim akhirnya bertemu dengan Selena dan Mark yang menyelamatkan mereka dari serangan orang-orang gila. Akhirnya diketahui bahwa kota London telah hancur karena serangan virus mematikan yang disebut Rage yang merupakan strain dari virus Rabies. Virus tersebut mampu mengubah seseorang menjadi ganas, liar tak terkendali dalam 20 detik, dan menyebar melalui darah dan atau air liur. Sebagian besar penduduk telah dievakuasi, meninggalkan sisanya yang terinfeksi. Film ini mendapat kritik positif karena dengan brillian berhasil melukiskan kengerian akibat bencana Virus Rage. Apalagi diiringi alunan musik gubahan John Murphy, slow namun bikin bulu kuduk merinding. Sequel film ini berjudul 28 Weeks Later dirilis tahun 2007.

Film ini menceritakan sebuah virus bernama Motaba, strain dari Ebola dengan tingkat yang jauh mematikan yang mewabah di Cedar Creek, sebuah kota kecil di California. Semua berawal dari seekor monyet bernama Betsy yang diselundupkan dari Afrika dan dijual di sebuah pet shop di Cedar Creek. Betsy adalah pembawa virus Motaba dan telah menulari si penyelundup dan pemilik petshop. Virus dengan cepat menyebar ke seantero kota dan menimbulkan kepanikan massal. Sam Daniels, seorang virologis berpacu dengan waktu untuk menemukan antivirus tersebut, selain karena korban terus berjatuhan, ternyata pihak militer telah memutuskan membumihanguskan Cedar Creek demi mencegah menyebarnya virus. Selain berhasil menawarkan ketegangan luar biasa, para aktor film ini juga tampil cemerlang terutama Dustin Hoffman sebagai Sam Daniels.

Beth Emhoff akhirnya pulang setelah berpergian dari Hong Kong. Saat di rumah Beth menderita semacam demam dan kondisinya memburuk. Mitch, suaminya membawanya ke rumah sakit tapi Beth meninggal tak lama kemudian. Dan ternyata anak mereka, Clark juga meninggal tak lama dengan gejala yang sama. Virus pun menyebar dengan cepat dan mengakibatkan kematian dimana-mana. Akhirnya diketahui virus tersebut bernama Meningoencephalitis Virus One (MEV-1) dan merupakan starin dari virus flu babi dan kelelawar. Korban pun terus berjatuhan termasuk Dr. Erin Mears, dokter yang menyelidiki wabah tersebut. Penangkal juga tidak kunjung ditemukan selama berbulan-bulan sehingga angka kematian mencapai 26 juta jiwa di seluruh dunia. Dibanding film sejenis, film ini lebih berasa nuansa drama medikal dengan tempo penceritaan yang lambat. Tetapi hal itu tidak mengurangi tensi film, dan justru membuat film ini semakin realistis.

Nah itu tadi beberapa film bertema virus nan mematikan yang cukup keren. Mungkin masih ada banyak, nanti TS update lagi. Bagi yang mau menambahkan film favoritnya, jika berkenan akan ane masukkan ke pejwan. Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa komennya gan.