Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

deniswiseAvatar border
TS
deniswise
Wawancara Ahok: Saya ini pendukung lokalisasi, Lo lupa?
Ahok mengelak penggusuran di Kalijodo pencitraan. Dia juga tidak peduli dibilang tak manusiawi, karena cuma ingin menyediakan ruang terbuka hijau untuk publik.


Ada anekdot media bahwa apa saja yang dikatakan Basuki Tjahaja Purnama layak judul. Karena tidak ada pejabat publik yang gaya bicaranya lebih ajaib ketimbang dia, termasuk soal kawasan hiburan malam Kalijodo.

"Kirim saja 10 alat berat (ke Kalijodo), beres," kata Gubernur DKI Jakarta yang biasa disapa Ahok ini.

Ahok merasa, penggusuran di Kalijodo bukan cuma soal prostitusi saja, melainkan penertiban bangunan di atas jalur hijau. Ia sendiri mengaku masih pro lokalisasi. "Kalau dikasih izin, gue mau bikin apartemen yang dalamnya ada pramuria," katanya.

Wacana "apartemen prostitusi" yang pernah ia utarakan April tahun lalu--pasca tewasnya Deudeuh Alfi Syahrin alias Tata--jadi muncul lagi.

Kali ini musababnya adalah Riki Agung Prasetya dengan mobil Fortuner-nya pekan lalu, yang menabrak dan memakan korban jiwa. Riki diketahui mabuk setelah mengunjungi Kalijodo. "Harusnya lokalisasi dikontrol dengan baik," katanya.

Perilaku begajulan Riki berimbas panjang. Ahok langsung bermanuver, karena tak ingin kecolongan lagi. Ia menyatakan akan melakukan penataan, kata lain penggusuran, terhadap Kalijodo dengan membawa tank, tentara dan polisi.

"Target selesai bulan ini," kata Ahok, yang mengaku akan mengeluarkan surat peringatan (SP) hingga SP3 sebelum penggusuran dilakukan.

Tahap awal penataan sudah mulai. Sosialisasi dilakukan aparat dengan menempelkan surat edaran di rumah warga di Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara dan sebagian di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat--dua wilayah yang menaungi Kalijodo.

Tak pelak, rencana itu ditentang warga, termasuk Abdul Azis alias Daeng Azis, yang disebut sebagai tokoh masyarakat di sana. Dia mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta. "Ini (Kalijodo) tempat usaha kita, tempat masyarakat mencari nafkah," kata Azis kepada Beritagar.id.

Dus, ibarat panggung, Kalijodo jadi kontestasi politik bagi para calon lawan Ahok di Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta tahun depan. Kebanyakan setuju, seperti bakal calon dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Ahmad Dhani. Ia setuju asalkan Ahok memakai cara yang manusiawi.

Kepada Fajar WH, Yandi Mohammad, Hedi Novianto, Heru Triyono, dan fotografer Bismo Agung, serta videografer Andreas Y Martiano dari Beritagar.id, Ahok mengaku tak peduli dengan politisasi itu.

"Kalau tidak suka cara saya, jangan pilih saya nanti (Pilkada)," ujarnya di ruang tamu gubernur, Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (15/2/2016).

Tidak cuma soal Kalijodo, Ahok bicara banyak soal Pilkada DKI 2017, dan birokrasi Jakarta dalam wawancara satu jam. Sesekali ia menaikkan bagian tengah kacamatanya yang melorot, dan menyentuh hidungnya dengan jempol.

Bupati Belitung Timur periode 2005-2006 ini lebih sering memakai "gue-lu" daripada "saya-Anda", bahkan kepada anak buahnya. Berikut petikannya:

Bagaimana hasil rapat rencana pembongkaran kawasan hiburan malam Kalijodo dengan kepolisian (Senin, 15/2/2015)?
Saya tidak ikut. Kapolda (Tito Karnavian) yang memimpin rapat koordinasinya. Yang pasti akan dibongkar bulan ini, kami sedang atur SP (Surat Peringatan) dan macam-macam. Perlu juga dialog dengan wali kota Utara dan Barat. Karena mereka yang mengedarkan SP-nya.

Bulan ini bukankah terlalu cepat? Tidak melakukan pendekatan lebih dulu...
Enggak. Masalahnya mau pendekatan apalagi? Tidak bakalan ketemu. Yang penting sudah ada sosialisasi, mulai dari SP1, SP2, SP3, SPB (Surat Perintah Bongkar), ya sudah.

Apakah sosialisasi itu sudah merata?
Semua tempat yang akan dibongkar punya jawaban sama, yaitu mereka merasa tidak ada sosialisasi. Dulu (normalisasi bantaran) di Waduk Pluit juga begitu. Lalu yang diberitakan televisi setiap hari itu apa? Masa mereka tidak tahu. Kan sama saja yang di televisi itu sebagai sosialisasi.

Nanti kami datangi semua rumah. Tapi kalau tidak ketemu orangnya bagaimana? Misalnya (penghuni) sedang keluar.

Ketika menggusur warga bantaran Waduk Pluit sempat ada kericuhan juga...
Mereka (warga) sampai lapor Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia). Alasannya tidak ada sosialisasi, padahal diberi waktu mempersiapkan diri pindah dan relokasi ke rusun (rumah susun).

Apa perbedaan ketika menertibkan warga bantaran di Waduk Pluit dengan di Kalijodo?
Bedanya dari uang yang beredar. Kalau di Waduk Pluit, yang tidak mau direlokasi adalah pemilik kos, yang terletak di pinggir sungai. Harga sewa kosnya berkisar Rp200-Rp300 ribu. Nah, para pemilik kos ini yang marah dan tidak mau direlokasi.

Memangnya peredaran uang di Kalijodo lebih besar?
Saya sih tidak tahu ada perjudian apa enggak di sana. Tapi, berdasarkan buku Geger Kalijodo (ditulis Krishna Murti, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya) di sana memang ada judinya.

Pasti perputaran duitnya kencang, karena keuntungannya tidak dibebani pajak. Ini yang kita hadapi di Kalijodo: orang yang punya duit banyak.

Kalau praktek prostitusi dan perjudian itu benar adanya, kenapa tidak ditertibkan sejak dulu?
Sebenarnya sudah pernah dibongkar pada 2010. Tapi praktek itu muncul lagi dalam dua tahun berikutnya. Ternyata memang begitu polanya.

Dua tahun, lalu muncul lagi, muncul lagi. Karena tidak pernah dilanjutkan pengawasannya. Saya rasa ada orang kuat dalam tanda kutip di belakangnya. Mungkin lho, gue enggak tahu.

Maksudnya preman? Anda tidak menghitung kekuatan preman di sana sebelum penggusuran?
Di sana tidak ada preman. Yang preman kan cuma Ahok doang, he-he-he. Kan begitu komentar mereka (warga Kalijodo). Mereka mengaku baik-baik. Ya itu biasa. Tapi saya bilang ke mereka bahwa saya memang preman, tapi resmi.

Anda sendiri sudah tahu sebelumnya bahwa di Kalijodo itu marak praktek prostitusi dan judi?
Tahu. Yang terkenal di Jakarta kan memang Kalijodo dan Kramat Tunggak.

Kalau begitu kenapa tidak dari dulu ditertibkannya...
Gue sebenarnya bukan masalah prostitusinya. Tapi ini masalah jalur hijau, yang semuanya mau kita (Pemerintah Jakarta) ambil kembali. Kami ingin membuat taman yang luas, yaitu RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak).

Tahun ini kami sedang membangun 63 RPTRA, dan tahun depan akan menjadi 150 (di seluruh 5 wilayah Kota Administrasi dan 1 Kabupaten di DKI Jakarta).

Konsepnya, dari anak, ibu hamil sampai lansia (lanjut usia) harus betah di sana (taman). Ada ruang laktasi, perpustakaan, area bermain anak, klinik, ruang pengajian, masjid dan PKK (pembinaan kesejahteraan keluarga) Mart.

Bagaimana caranya membangun RPTRA sebanyak itu sementara pemukiman sudah padat dan kawasan hijau diduduki--seperti di Kalijodo?
Bongkar dan beli. Kita bisa ambil jalur hijau yang ada atau dari tanah warga yang kita beli. Siapa yang mau jual, nanti kami beli dengan harga pasar, untuk dijadikan RPTRA.

Spoiler for wawancara:


sumber

ruang terbuka hijaunya dikit ya,, pada di serobot sih
0
12.3K
157
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.3KThread41.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.