Wawancara Ahok: Saya ini pendukung lokalisasi, Lo lupa?
TS
deniswise
Wawancara Ahok: Saya ini pendukung lokalisasi, Lo lupa?
Ahok mengelak penggusuran di Kalijodo pencitraan. Dia juga tidak peduli dibilang tak manusiawi, karena cuma ingin menyediakan ruang terbuka hijau untuk publik.
Ada anekdot media bahwa apa saja yang dikatakan Basuki Tjahaja Purnama layak judul. Karena tidak ada pejabat publik yang gaya bicaranya lebih ajaib ketimbang dia, termasuk soal kawasan hiburan malam Kalijodo.
"Kirim saja 10 alat berat (ke Kalijodo), beres," kata Gubernur DKI Jakarta yang biasa disapa Ahok ini.
Ahok merasa, penggusuran di Kalijodo bukan cuma soal prostitusi saja, melainkan penertiban bangunan di atas jalur hijau. Ia sendiri mengaku masih pro lokalisasi. "Kalau dikasih izin, gue mau bikin apartemen yang dalamnya ada pramuria," katanya.
Wacana "apartemen prostitusi" yang pernah ia utarakan April tahun lalu--pasca tewasnya Deudeuh Alfi Syahrin alias Tata--jadi muncul lagi.
Kali ini musababnya adalah Riki Agung Prasetya dengan mobil Fortuner-nya pekan lalu, yang menabrak dan memakan korban jiwa. Riki diketahui mabuk setelah mengunjungi Kalijodo. "Harusnya lokalisasi dikontrol dengan baik," katanya.
Perilaku begajulan Riki berimbas panjang. Ahok langsung bermanuver, karena tak ingin kecolongan lagi. Ia menyatakan akan melakukan penataan, kata lain penggusuran, terhadap Kalijodo dengan membawa tank, tentara dan polisi.
"Target selesai bulan ini," kata Ahok, yang mengaku akan mengeluarkan surat peringatan (SP) hingga SP3 sebelum penggusuran dilakukan.
Tahap awal penataan sudah mulai. Sosialisasi dilakukan aparat dengan menempelkan surat edaran di rumah warga di Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara dan sebagian di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat--dua wilayah yang menaungi Kalijodo.
Tak pelak, rencana itu ditentang warga, termasuk Abdul Azis alias Daeng Azis, yang disebut sebagai tokoh masyarakat di sana. Dia mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta. "Ini (Kalijodo) tempat usaha kita, tempat masyarakat mencari nafkah," kata Azis kepada Beritagar.id.
Dus, ibarat panggung, Kalijodo jadi kontestasi politik bagi para calon lawan Ahok di Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta tahun depan. Kebanyakan setuju, seperti bakal calon dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Ahmad Dhani. Ia setuju asalkan Ahok memakai cara yang manusiawi.
Kepada Fajar WH, Yandi Mohammad, Hedi Novianto, Heru Triyono, dan fotografer Bismo Agung, serta videografer Andreas Y Martiano dari Beritagar.id, Ahok mengaku tak peduli dengan politisasi itu.
"Kalau tidak suka cara saya, jangan pilih saya nanti (Pilkada)," ujarnya di ruang tamu gubernur, Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (15/2/2016).
Tidak cuma soal Kalijodo, Ahok bicara banyak soal Pilkada DKI 2017, dan birokrasi Jakarta dalam wawancara satu jam. Sesekali ia menaikkan bagian tengah kacamatanya yang melorot, dan menyentuh hidungnya dengan jempol.
Bupati Belitung Timur periode 2005-2006 ini lebih sering memakai "gue-lu" daripada "saya-Anda", bahkan kepada anak buahnya. Berikut petikannya:
Bagaimana hasil rapat rencana pembongkaran kawasan hiburan malam Kalijodo dengan kepolisian (Senin, 15/2/2015)?
Saya tidak ikut. Kapolda (Tito Karnavian) yang memimpin rapat koordinasinya. Yang pasti akan dibongkar bulan ini, kami sedang atur SP (Surat Peringatan) dan macam-macam. Perlu juga dialog dengan wali kota Utara dan Barat. Karena mereka yang mengedarkan SP-nya.
Bulan ini bukankah terlalu cepat? Tidak melakukan pendekatan lebih dulu...
Enggak. Masalahnya mau pendekatan apalagi? Tidak bakalan ketemu. Yang penting sudah ada sosialisasi, mulai dari SP1, SP2, SP3, SPB (Surat Perintah Bongkar), ya sudah.
Apakah sosialisasi itu sudah merata?
Semua tempat yang akan dibongkar punya jawaban sama, yaitu mereka merasa tidak ada sosialisasi. Dulu (normalisasi bantaran) di Waduk Pluit juga begitu. Lalu yang diberitakan televisi setiap hari itu apa? Masa mereka tidak tahu. Kan sama saja yang di televisi itu sebagai sosialisasi.
Nanti kami datangi semua rumah. Tapi kalau tidak ketemu orangnya bagaimana? Misalnya (penghuni) sedang keluar.
Ketika menggusur warga bantaran Waduk Pluit sempat ada kericuhan juga...
Mereka (warga) sampai lapor Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia). Alasannya tidak ada sosialisasi, padahal diberi waktu mempersiapkan diri pindah dan relokasi ke rusun (rumah susun).
Apa perbedaan ketika menertibkan warga bantaran di Waduk Pluit dengan di Kalijodo?
Bedanya dari uang yang beredar. Kalau di Waduk Pluit, yang tidak mau direlokasi adalah pemilik kos, yang terletak di pinggir sungai. Harga sewa kosnya berkisar Rp200-Rp300 ribu. Nah, para pemilik kos ini yang marah dan tidak mau direlokasi.
Memangnya peredaran uang di Kalijodo lebih besar?
Saya sih tidak tahu ada perjudian apa enggak di sana. Tapi, berdasarkan buku Geger Kalijodo (ditulis Krishna Murti, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya) di sana memang ada judinya.
Pasti perputaran duitnya kencang, karena keuntungannya tidak dibebani pajak. Ini yang kita hadapi di Kalijodo: orang yang punya duit banyak.
Kalau praktek prostitusi dan perjudian itu benar adanya, kenapa tidak ditertibkan sejak dulu?
Sebenarnya sudah pernah dibongkar pada 2010. Tapi praktek itu muncul lagi dalam dua tahun berikutnya. Ternyata memang begitu polanya.
Dua tahun, lalu muncul lagi, muncul lagi. Karena tidak pernah dilanjutkan pengawasannya. Saya rasa ada orang kuat dalam tanda kutip di belakangnya. Mungkin lho, gue enggak tahu.
Maksudnya preman? Anda tidak menghitung kekuatan preman di sana sebelum penggusuran?
Di sana tidak ada preman. Yang preman kan cuma Ahok doang, he-he-he. Kan begitu komentar mereka (warga Kalijodo). Mereka mengaku baik-baik. Ya itu biasa. Tapi saya bilang ke mereka bahwa saya memang preman, tapi resmi.
Anda sendiri sudah tahu sebelumnya bahwa di Kalijodo itu marak praktek prostitusi dan judi?
Tahu. Yang terkenal di Jakarta kan memang Kalijodo dan Kramat Tunggak.
Kalau begitu kenapa tidak dari dulu ditertibkannya...
Gue sebenarnya bukan masalah prostitusinya. Tapi ini masalah jalur hijau, yang semuanya mau kita (Pemerintah Jakarta) ambil kembali. Kami ingin membuat taman yang luas, yaitu RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak).
Tahun ini kami sedang membangun 63 RPTRA, dan tahun depan akan menjadi 150 (di seluruh 5 wilayah Kota Administrasi dan 1 Kabupaten di DKI Jakarta).
Konsepnya, dari anak, ibu hamil sampai lansia (lanjut usia) harus betah di sana (taman). Ada ruang laktasi, perpustakaan, area bermain anak, klinik, ruang pengajian, masjid dan PKK (pembinaan kesejahteraan keluarga) Mart.
Bagaimana caranya membangun RPTRA sebanyak itu sementara pemukiman sudah padat dan kawasan hijau diduduki--seperti di Kalijodo?
Bongkar dan beli. Kita bisa ambil jalur hijau yang ada atau dari tanah warga yang kita beli. Siapa yang mau jual, nanti kami beli dengan harga pasar, untuk dijadikan RPTRA.
Spoiler for wawancara:
Kok bisa di kawasan jalur hijau dibangun bangunan permanen dan dijadikan tempat hiburan?
Jakarta itu semua tanah didudukin, apalagi yang kosong.
Dalam catatan Anda, ada berapa persen jalur hijau di Jakarta yang tidak difungsikan sesuai peruntukannya?
Yang pasti semua area di pinggir sungai ada yang menempati. Tapi saya tidak tahu angkanya berapa persen atau jumlah warganya berapa. Ada datanya, cuma gue enggak ingat.
Nantinya warga Kalijodo akan direlokasi ke rumah susun secara bertahap atau...
Langsung tembak saja. Relokasi ke rusun tidak disiapkan buat mereka yang tidak punya KTP (Kartu Tanda Penduduk) Jakarta. Mana mau sih pengusaha 100 kamar esek-esek direlokasi. Sudah pasti ribut orang yang begitu. Tapi kita tidak peduli.
Bagi pemilik KTP Jakarta akan direlokasi ke rumah susun mana?
Bagi rata saja. Asal tidak dijual tuh rusun. Kalau dijual, mobil si pembeli gue derek biar stres. Meski tengah malam atau istrinya sedang hamil akan diusir, gue enggak peduli. Kalau tidak sesuai surat perjanjian tinggal, akan gue tindak.
Memangnya masih banyak praktek jual beli oleh penghuni rumah susun sederhana?
Sudah jarang orang mau beli, karena takut razia dan diusir. Bukan kejam, saya sudah ingatkan sebelumnya jangan disewakan. Kalau kasus begini dimaafkan, kira-kira seluruh unit dijual enggak sama mereka? Nah, soal rusun ini dijadikan komoditas politik. Biasalah politik, apalagi jelang Pilkada.
Bicara Pilkada DKI Jakarta, sepertinya elektabilitas Anda jauh meninggalkan kandidat lain? [*Survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Januari lalu Ahok menempati posisi teratas dengan angka 45 persen].
Saya tidak tahu. Politik itu bisa berubah, dan Jakarta ini tidak seperti daerah lain. Kalau mau jujur, setahun sebelum pemilihan tidak usahlah cari gara-gara. Mau ngapain memang? Bisa negatif lho kesannya.
Penggusuran dianggap pencitraan untuk Anda jelang pemilihan...
Urusan saya kan bukan soal Pilkada. Saya hanya menyediakan RTH (Ruang Terbuka Hijau) untuk publik. Ya kan? Kalian (media) ini suka marahin gue karena RTH Jakarta di bawah 10 persen, yang harusnya 30 persen.
Tapi ketika mengambil balik RTH yang diduduki itu malah gue dibilang tidak manusiawi. Maunya apa gitu lho.
Anda mencoba menarik simpati Islam garis keras dengan menggusur Kalijodo?
Oh enggak dong. Kan saya pernah menyatakan, kalau gue dikasih izin, gue mau bikin apartemen, kemudian kasih pramuria di dalamnya, yang akan gue kontrol dengan baik. Jelas? Saya hanya mengambil balik jalur hijau.
Mungkin momentum penggusurannya yang jadi pertanyaan. Kenapa baru sekarang, ketika jelang Pilkada tahun depan?
Maka itu. Kalau pun ditunda tahun depan justru dibilang pencitraan juga karena tahun Pilkada.
Tapi kenapa tempat prostitusi yang lain tidak ditertibkan juga?
Lho saya kan pendukung lokalisasi prostitusi. Lo lupa? Mana ada pejabat lain yang berani bicara dukung lokalisasi. Saya tanya Anda, di Jakarta itu banyak pramuria enggak? Kalau lo enggak bilang banyak, lo munafik. Bicara apa adanya dong.
Ngomong-ngomong sudah ada yang mencuri start nih dengan blusukan ke Kalijodo? [*Ahmad Dhani dan Banser (Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama) mendatangi pemukiman Kalijodo].
Saya sih gampang saja. Yang penting Nikita (Mirzani) masih milih gue ha-ha ha
Siapa kandidat yang menurut Anda akan menjadi pesaing kuat?
Semuanya kuat. Tapi memang yang namanya petahana (incumbent) lebih gampang dicari-cari kesalahannya. Tapi untungnya semua kandidat memiliki rekam jejak. Ini menarik.
Yusril (Ihza Mahendra) misalnya. Dia itu pernah jadi menteri dan ketua partai. Begitu juga dengan Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, yang bisa dilihat riwayatnya di internet. Data soal mereka jelas. Bisa dilihat konsisten atau tidak.
Dari nama yang beredar, siapa kandidat yang bakal jadi pesaing berat Anda?
Begini. Konsisten adalah soal nurani. Misalnya soal lokalisasi tadi. Otak dan mulut harus sama. Saya akui saya memang sering terpeleset bicara kasar. Itu karena kebiasaan dari daerah saja. Tapi, yang saya sampaikan: visi, misi, program, kebijakan, atau strategi, semuanya konsisten. Semua ada filosofinya.
Makanya gue enggak pernah takut untuk debat dengan sejuta orang sekalipun. Ini betul. Misalnya diundang televisi saya tidak pernah minta daftar pertanyaan. Kalau pun dikasih gue malas bacanya. Ya, silakan lo tanya, memangnya gue mau nyontek.
Menurut Anda, apa faktor yang membuat Partai Nasional Demokrat (Nasdem) ingin mendukung Anda?
Mereka yakin kalau saya jadi gubernur lagi, Jakarta akan lebih baik. Karena satu atau dua tahun ini sudah kelihatan perubahannya.
Kenapa Anda sendiri mau menerima Nasdem sebagai partai yang mendukung Anda?
Nasdem pengalaman dalam mendukung calon independen di lima wilayah di Indonesia. Lagipula isinya teman-teman saya semua.
Sebenarnya Partai Nasdem ini hanya mendukung atau nantinya mereka juga mencalonkan Anda?
Hanya mendukung. Yang mencalonkan itu Teman Ahok (wadah pergerakan yang digagas sekelompok anak muda).
Artinya Anda tetap maju lewat jalur independen meski didukung oleh Nasdem?
Iya.
Anda sering melakukan audiensi dengan TemanAhok?
Dua kali. Mereka anak muda baik, yang khawatir saya tidak bisa ikut Pilkada tahun depan. Saya awalnya berpikir jangan-jangan mereka mau mengatur posisi wakil gubernur nantinya karena merasa berjasa, tapi ternyata enggak.
Anak-anak muda ini percaya dengan partai politik yang mendukung Anda?
Mereka sebenarnya kurang percaya partai politik. Tapi mereka mengerti bahwa keberadaan partai itu sesuai konstitusi. Masalahnya mereka ragu apa betul partai politik mau mencalonkan orang tanpa mahar.
Andai saja tidak ada TemanAhok apakah Anda tetap mencalonkan diri lagi di Pilkada?
Tergantung. Kalau partai ada yang mencalonkan, saya akan maju. Kalau ternyata tidak ada? Ya sudah selesai, saya akan bekerja secepat mungkin membangun sistem yang transparan.
Apakah bisa sebuah partai politik mendukung dengan tulus, tanpa syarat?
Memangnya mau syarat apa? Mereka (Nasdem) itu tidak mempermasalahkan apakah mendukung atau mengusung. Bagi mereka yang penting Ahok jadi gubernur lagi. Dan mereka meminta saya jangan masuk partai manapun, karena gue ini profesional yang kerja di politik.
Nasdem tidak menyodorkan nama untuk posisi wakil gubernur misalnya?
Tidak ada. Itu gue sudah kasih tahu kok. Nah, kalaupun nanti PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) ternyata juga mau mendukung, ya saya maunya tetap Djarot (Saiful Hidayat).
Kenapa Djarot? Memangnya tidak ada pilihan lain?
Gue sama dia seperti menikah. Kalau sudah mendapat istri yang baik, ngapain iseng cari istri baru. Kalau lo mencari yang baru, artinya lo ada masalah. Ini kan enggak.
Bagaimana pembagian kerja Anda dengan Djarot? Apakah sama seperti dulu Anda dengan Joko Widodo?
Sebetulnya dengan Pak Jokowi tidak pernah bagi-bagi tugas. Sama saja dengan Mas Djarot. Malah dengan Pak Jokowi, kita justru berebutan kerja. Suka yang mana ya elo kerjain. Kebetulan memang dia (Jokowi) suka blusukan, sehingga gue beresin yang di dalam.
Anda sudah berkomunikasi juga dengan PDI-P soal calon wakil gubernur?
Hubungan saya dengan mereka yang pasti baik.
Bukannya ada yang kecewa, bahkan sampai ada yang mundur? [*Boy Sadikin mengundurkan diri sebagai ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) DKI Jakarta].
Saya tidak tahu, tanya saja sama dia. Saya hanya fokus benahi Jakarta.
Sepertinya birokrasi Jakarta sudah bisa mengikuti langgam (model) kerja Anda?
Kalau tidak bisa mengikuti mana bisa sungai-sungai relatif bersih dan kondisi jalan relatif bagus saat ini .
Tapi mengapa masih gonta-ganti pejabat terus?
Tidak apa-apa. Seperti main bola saja. Saya waktu muda itu jadi striker atau kiper. Kalau lihat pemain cadangan pemanasan, gue sudah tahu pelatih mau ganti pemain. Supaya tidak diganti, ya usaha dengan berlari atau mengejar bola, jangan malas. Bukan jahat, tapi butuh cepat.
Sampai kapan Anda akan rombak terus pejabat DKI?
Kalau gue menemukan (kesalahan) ganti dong. Kalau tidak suka, doakan saya kalah di Pilkada. Tapi jika saya terpilih bisa celaka mereka (pejabat). Saya ini bukan sembarang "petinju". Saya bisa berdebat atas apa yang saya lakukan. Semua ada dasarnya.
Tapi beberapa wilayah saat ini sudah oke. Gue sering datang ke kondangan pada Sabtu atau Minggu untuk sidak. Ada lurah ketahuan tidak mengurus sampah, ya ditegur. Sistem berjalan, tapi tentu tidak langsung sempurna.
Dalam sehari berapa jam Anda mengurus Jakarta sampai Sabtu-Minggu pun masuk?
Tidak tentu. Tapi saya tetap bisa tidur enak, terkadang malah gue lupa jadi gubernur.
Optimis penertiban kawasan Kalijodo selesai sesuai target?
Tergantung yang bongkar. Kirim saja 10 alat berat, beres.
Tidak jadi minta aparat mengirim tank ke sana?
Tank nanti akan gue kirim. Tapi tank top saja ha-ha.