Ditengah naiknya harga minyak dunia saat ini yang mana telah membawa begitu banyak dampak negative bagi kehidupan rakyat Indonesia, muncul pula sebuah kabar yang Besar yang dapat menguncang dunia, yaitu penemuan bahan bakar alternative berupa Blue Energy oleh seorang warga negara Indonesia yang tinggal di daerah nganjuk. Blue Energy adalah bahan bakar yang berasal dari air.
Blue Energy itu sendiri telah dipamerkan kepada dunia pada saat konferensi Climate Change di Bali. Kemarin sejak tanggal 7 Mei 2008 sempat dikabarkan juga bahwa pak Joko Suprapto menghilang alias tidak diketahui keberadaannya baik oleh kerabat ato keluarganya, sejak itu berbagai isu di internet juga muncul, ada yang mengatakan pak Joko telah diculik, ada yang mengatakan
Blue Energy sendiri telah diakui oleh pemerintah Indonesia, hal itu dapat dilihat dari pada tanggal 25 November 2007 pak SBY menyempatkan diri menerima Tim Blue Energy dan melepas rombongan kendaraan berbahan bakar Blue Energy menuju Bali, lokasi konferensi perubahan iklim dilaksanakan.
Proses dari pengolah produksi Blue Energy sendiri sampai saat ini masih dirahasiakan. Yang pasti kita harapkan kedepannya Blue Energy ini dapat benar2 mengantikan BBM yang berasal dari fosil.
agar lebih jelas dibawa ini akan saya lampirkan beberapa artikel mengenai Blue Energy yang di dapat dari berbagai sumber.
Quote:
Bapak Joko Suprapto
Quote:
Joko "Blue Energy" Suprapto Sempat Dianggap Gila
Nama Joko Suprapto mendadak jadi perbincangan. Ini setelah blue energy temuannya menarik perhatian hingga dikampanyekan Presiden SBY. Penemuan bahan bakar alternatif berbahan dasar air itu akan dipresentasikannya dalam konferensi PBB tentang perubahan iklim yang kini sedang berlangsung di Bali. Berikut petikan wawancara dengan warga Ngadiboyo, Rejoso, Nganjuk itu.
Apa yang Anda lakukan di Bali?
(Tanpa banyak bicara dia menyodorkan lembaran naskah pidato berbahasa Inggris). Ini, saya sebenarnya tidak usah maju saja. Tapi bagaimana lagi.
Mengapa selama ini Anda tertutup terhadap penelitian blue energy?
Belum saatnya saja.
Apa prinsip utama penemuan itu?
Pemisahan H plus dan H2 min dengan bantuan katalis-katalis dan proses tertentu sampai menjadi bahan bakar dengan jumlah ikatan karbon tertentu. Begini, ada C-C (karbon-karbon, Red) yang bergandengan, pacaran. Lalu kita ganggu, bagaimana kalau orang pacaran diganggu?
Apa bahan dasarnya?
Air. Aair tanah juga bisa, tapi kasihan warga karena harus nyedot dari bumi. Paling bagus air laut.
Lalu, kapan penelitian dimulai? Di mana?
Sekitar 2001, ya di rumah saya, Ngadiboyo sana. Tahun 2005 itu sudah selesai, tapi masih perlu penyempurnaan
Dapat ide dari mana?
Dalam Alquran itu semua yang ada di bumi bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Apa kendalanya selama meneliti?
Banyak sekali, terutama semua orang menganggap saya gila, tidak waras lagi. Tidak ada yang percaya penelitian ini akan berhasil. Termasuk para akademisi, teman-teman saya dan semuanya.
Dari pihak keluarga juga?
Iya, terus terang saja saya berkali-kali mau cerai dengan istri gara-gara penelitian ini. Tapi alhamdulilah saya pertahankan sampai sekarang
Anda mendapat biaya dari mana?
Awalnya biaya sendiri. Pokoknya habis-habisan saya. Seluruh isi rumah saya yang saya kumpulkan sebelumnya seperti keluar semua, sertifikat di Pegadaian. Semua pokoknya.
Apa yang membuat Anda yakin akan berhasil?
Penemuan ini sangat bisa diilmiahkan, ada rumusnya. Kalau barang nyata kenapa tidak bisa?
Bagaimana penelitian ini sampai ke Presiden SBY?
Setelah penelitian selesai, saya dulu sudah menghasilan produk. Kemudian bertemu dengan Bapak Presiden di Jakarta sekitar Februari 2006. Semua orang selalu menganggap saya gila. Tapi Bapak Presiden tidak sama sekali. Selanjutnya penelitian ini diteruskan untuk disempurnakan dan jadilah seperti sekarang. (jie)
Quote:
Selain Blue Energy, Ada Juga Banyugeni dari Yogya
Yogyakarta – Ternyata penemuan Blue Energy atau bahan bakar air oleh Joko Suprapto bukanlah satu-satunya. Ada juga bahan bakar air yang ditemukan dan dikembangkan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang diberi nama ‘Banyugeni’. Blue energy dan Banyugeni seharusnya bisa menjadi bahan bakar alternatif.
Banyugeni atau Hidro-Kerosin ini dikembangkan oleh tim peneliti dari Tim peneliti dari Pusat Studi Pengembangan Energi Regional (Pusper) UMY. Tim yang terlibat penelitian sejak tahun 2007 adalah Drs Purwanto (konsultan ahli), Ir Bledug Kusuma Prasadja MT, Ir Tony Haryadi MT, Ir Lilik Utari MS, dan Dra Nike Triwahyuningsih.
Bahan bakar air atau sering disebut hydrofuel ini akan dipatenkan dengan merek BanyugeniTM. Menurut Rektor UMY, Dr Khoiruddin Bashori, merek Banyugeni sudah dipatenkan dan sudah didaftarkan di kantor Ditjen HAKI Depkum dan HAM dengan nomor 00.2008.004866. Sedang teknologinya saat ini masih dalam proses paten.
Peluncuran produk hidro kerosin pertama kali dilakukan pada tanggal 13 Februari 2008 di Kampus Terpadu UMY di Tamantirto, Kasihan Bantul. Waktu itu, rektor bersama Bupati Bantul Idham Samawi menyalakan kompor dan lampu minyak dengan Banyugeni. Hasilnya kedua alat itu bisa menyala seperti saat dinyalakan dengan minyak tanah.
Selain kompor dan lampu teplok, uji coba bahan bakar baru itu dilakukan dengan mesin traktor, sepeda motor, dan pesawat aeromodeling. Untuk pesawat ultra ringan diujicobakan pada pesawat tipe Jora Rotax 582 di LPLP Solo pada
tanggal 11 Februari. “Semua alat yang diisi hidro-kerosin bisa menyala dengan baik,” kata Rektor UMY kepada detikcom, Jumat (23/5/2008).
Menurut dia, hasil penemuan tim UMY ini sudah diminati banyak perusahaan. Mereka menawarkan kerjasama dengan bantuan modal yang sangat besar. Namun sampai sekarang, UMY belum bersedia dengan alasan masih perlu pengembangan yang lebih baik, sehingga bisa maksimal.
Hasil itu juga sudah diuji di sebuah laboratorium internasional, yakni PT CoreLab Indonesia. Hasilnya secara meyakinkan menunjukkan bahwa biofuel tersebut telah memenuhi standar bahan bakar BP Migas.
BanyugeniTM mempunyai varian produk berupa hidro-kerosin (setara dengan minyak tanah), hidro-diesel (setara solar), hidro-premium (setara bensin), dan hidro-avtur (setara bahan bakar jet).
Air untuk Bahan Bakar
Secara ilmiah penggunaan air untuk bahan bakar sebenarnya sangat masuk akal. Air terdiri dari hidrogen dan oksigen, yang merupakan dua unsur yang mudah terbakar. Air yang digunakan untuk membuat minyak itu adalah air tawar biasa, yang diolah lewat teknologi mekanotermal-elektrokimia.
Prosesnya melalui empat tahap, yakni mekanis, termal (pemanasan), elektris, dan kimiawi. Namun, Purwanto – salah seorang konsultan ahli dalam tim ini – masih merahasiakan campuran yang digunakan dalam proses kimiawi karena teknologi itu belum dipatenkan.
Meski berbahan dasar air, hidro-premium tidak korosif atau menimbulkan karat. Bahan bakar ini juga tidak meninggalkan residu, cuma 0,5 persen dari maksimum 2,0 persen volume yang diizinkan.
Kandungan bahan pencemar emisinya sangat rendah. Kandungan sulfur dari gas buang hanya 0,03 persen wt dari maksimum 0,05 persen wt yang diizinkan, serta kandungan timbal (Pb) hampir nol, dari batas tertinggi 0,013.
Pengujian terhadap pesawat aeromodeling menunjukkan bahan bakar ini bisa memasok tenaga cukup besar, di atas 16 ribu rpm. Hidro-avtur yang digunakan juga tidak korosif dan beremisi rendah, total sulfur hanya 10 persen dan
tidak mudah membeku (titik beku – 45 0C).
Pada pengujian terhadap pesawat aeromodeling, bahan bakar ini dapat digolongkan sebagai bahan bakar jet dan akan tetap bersifat dingin (cool-fuel), memiliki IBP (titik didih awal) 164 0 C.
Hidro-diesel juga tidak korosif. Titik didih awalnya 201 0 C, emisinya rendah dan tidak meninggalkan residu berlebihan, dengan indeks cetane 51,3.
Hasil pengujian terhadap hidro-kerosin juga memperlihatkan bahwa bahan bakar ini tidak beracun dan tidak beremisi pada pengujian dengan lampu minyak. Hidro-kerosin tidak menimbulkan asap jelaga yang berlebihan.
Jadi, penemuan Joko Suprapto terhadap Blue Energy, sebenarnya bukanlah hal eksklusif, karena peneliti UMY juga menemukan hal sama. Baik Blue Energy atau Banyugeni hingga saat ini belum diproduksi massal. Padahal, bila kedua produk ini bisa diproduksi massal, kemungkinan bisa menjadi bahan bakar alternatif seiring dengan tingginya harga bahan bakar minyak.
Alih-alih untuk memproduksi secara massal, Joko Suprapto saat ini masih raib. Dia dikabarkan diculik. Keberadaan Joko hingga saat ini masih gelap.
Misteri Raibnya Djoko Suprapto (Sang Penemu Bahan Bakar Air)
Keberadaan Djoko, Penemu BBM Dari Air Masih Misterius
Keberadaan Djoko Suprapto, warga Dusun Turi, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, hingga Minggu (25/5) masih misterius. Meskipun dikabarkan telah pulang ke rumahnya dalam keadaan sakit, namun penemu energi alternatif dari air pengganti bahan bakar minyak (BBM) yang disebut blue energi itu masih belum bisa ditemui di kediamannya.
"Saya belum melihatnya hingga hari ini. Apa sudah di rumah atau masih pergi saya tidak tahu," kata Huda, salah seorang tetangganya, Minggu (25/5).
Tentang adanya kabar Djoko hilang diculik, Huda dan kebanyakan warga di Desa Ngadiboyo juga mengaku tidak tahu. Mereka justru tahu dari kabar yang beredar luas di koran dan televisi.
Tiga rumah Djoko masih dalam keadaan tertutup dan sepi. Rumah utama seluas 1 hektare yang berada di Dusun Turi, Desa Ngadiboyo yang juga berfungsi sebagai studio radio Jodhipati FM terlihat lengang.
Sejumlah penjaga terlihat duduk-duduk di pendopo besar yang ada di halaman rumah. Mereka sama sekali tidak bersedia memberi komentar apapun terkait keberadaan Djoko, dan hanya sibuk mengawasi sekeliling rumah berpagar tinggi yang sekelilingnya dilukis gambar wayang.
Rumah lainnya di Dusun Bangsri, Desa Ngadiboyo yang berjarak sekitar 750 meter dari rumah utama juga sepi dan tertutup. Rumah ketiga yang merupakan bengkel otomotif dan tempat cuci mobil juga sama kondisinya. Pintu pagar tertutup rapat dan tidak ada seorang pun terlihat.
Dusun yang berjarak 15 kilometer dari pusat Kota Nganjuk itu sejak Jum'at lalu menjadi sorotan berbagai kalangan karena ada kabar Djoko hilang. Mantan Wakil Bupati Nganjuk, Djaelani Iskak mengaku Djoko sebagai orang yang inovatif.
Saat masih menjabat sebagai Wakil Bupati, Djaelani sempat dipamiti Djoko saat dijemput sejumlah utusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menjemput Djoko ketika hendak diajak pergi ke Denpasar Bali untuk menghadiri konferensi dunia terkait global warming pada bulan Desember 2007.
Saat itu sempat dicoba energi yang ditemukan Djoko dipergunakan untuk mengisi BBM kendaraan yang dinaiki tim dari Jakarta ke Bali hingga sampai di forum United Nation Framework Conference on Climate Change (UNFCCC) Desember 2007 di Denpasar. Namun Djaelani mengaku tidak tahu persis bagaimana sesungguhnya proses penggunaan energi yang ditemukan Djoko.
"Katanya mengubah air menjadi energi pengganti BBM seperti premium, solar, minyak tanah, dan lain-lain. Dia juga menemukan listrik yang murah. Tapi saya sendiri belum pernah tahu. Hanya dari keterangan lesan," kata Djaelani.
Sejauh ini Djoko memang belum pernah mempublikasikan secara resmi temuannya. Namun dari keterangannya saat hendak menghadiri konferensi di Bali akhir tahun lalu, secara prinsipal dia menjelaskan prinsip utama temuannya adalah memisahkan H plus dan H2 min.
Dan hingga saaat ini keberadaan beliau tidak pernah lagi di temukan, beliau seakaan hilang d telan bumi. k manakah beliau sekarang? dan bagai mana nasib penemuan nya? entah lah, apakah para penemu muda yang lain akan bernasib sama jika berani mengexpose penemuan terbaru mereka yang ramah lingkungan?
sumber:
Sumber
Sumber