- Beranda
- Berita dan Politik
Sistem Pendidikan di Purwakarta Sedot Perhatian Peneliti Dunia
...
TS
RocketBull
Sistem Pendidikan di Purwakarta Sedot Perhatian Peneliti Dunia
Quote:
Dream - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan sempat memberikan pemaparan terkait sistem pendidikan yang diterapkan di daerah kepemimpinannya dalam forum International Young Leader Assembly di markas Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Sejumlah peneliti dunia tertarik untuk mengkaji sistem yang berbasiskan kebudayaan Sunda tersebut.
"Mereka tertarik untuk meneliti, dan saya persilakan mereka untuk datang ke Purwakarta untuk meriset bagaimana sistem pendidikan yang telah diterapkan," ujar Dedi melalui keterangan tertulis diterima Dream, Jumat, 21 Agustus 2015.
Dedi mengatakan sistem pendidikan tersebut sengaja dibuat sebagai terobosan dalam menanamkan nilai-nilai kebudayaan Sunda di kalangan pelajar. Dia mengaku bersyukur langkah terobosan tersebut mendapat apresiasi luar biasa dari dunia internasional.
"Syukur Alhamdulillah, penerapan pendidikan yang berbasis kebudayaan Sunda mendapatkan perhatian lebih, ke depan mutu pendidikan akan meningkat lagi," ungkap Dedi.
Sistem pendidikan di Purwakarta mewajibkan setiap siswa untuk melakukan beberapa kegiatan seperti masuk sekolah pukul 06.00 WIB dan membawa bekal makanan dari rumah.
Selain itu, siswa wajib membuat tas sendiri, memelihara hewan ternak dan bercocok tanam sebagai bentuk pembangunan karakter yang mandiri.
Sistem tersebut ditunjang dengan pendidikan membentuk mental spiritual. Cara tersebut ditempuh melalui kewajiban menjalankan puasa dua kali dalam sepekan, baca tulis Alquran dan mendirikan Salat Duha.
Quote:
Kebijakan Unik Bidang Pendidikan di Purwakarta
JAKARTA – Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi terkenal dengan kebijakan-kebijakan unik di bidang pendidikan. Belum lama ini, ia berencana mengganti nama seluruh sekolah di kabupaten tersebut dengan nama tokoh Sunda.
Dedi beralasan ingin meneruskan semangat para tokoh tersebut ke generasi muda Purwakarta. Selain penggantian nama sekolah, ia juga memiliki berbagai kebijakan tidak umum lainnya.
Dedi pernah mengeluarkan kebijakan penghapusan jenjang SMP di daerah yang dipimpinnya tersebut. Menurutnya, sistem pendidikan Indonesia tidak mengenal jenjang menengah pertama, hanya pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Konsep tersebut sudah dijalankan sejak tahun lalu meski belum berlangsung secara keseluruhan.
Kebijakan lainnya adalah melarang semua guru di Purwakarta membawa buku. Para guru diminta mengajar dengan ilmu yang mereka miliki.
Menurut Dedi, kebijakan ini lahir sebagai terobosan untuk mewujudkan pendidikan sebagai peradaban. Dia menilai perlu ada kesatuan antara guru dan siswa yang memudahkan proses transformasi ilmu. Misalnya, guru bisa mengajar tanpa selalu mengejar target dan lebih fokus pada upaya menyampaikan ilmu agar terserap dengan baik oleh siswa.
Program pendidikan lain di Purwakarta adalah satu toilet untuk satu kelas dan tujuh hari pendidikan istimewa. Selain itu, Dedi juga menyatakan di lingkungan sekolah sudah tidak ada lagi kantin dan pedagang makanan. Langkah ini ditempuh untuk menjaga kadar gizi makanan yang dikonsumsi siswa.
Sebagai gantinya, Dedi meluncurkan Program Belajar Purwakarta Tangguh dengan memberikan makanan daging, telur, dan susu setiap bulan kepada siswa SD. Sementara pada hari lainnya, pelajar Purwakarta harus membawa bekal makan yang dibuatkan orangtuanya.
Quote:
Tolak Bupati Purwakarta ke Jakarta, demonstran bawa keranda mayat
Merdeka.com - Puluhan massa mengatasnamakan solidaritas umat Islam menolak kedatangan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang akan menerima penghargaan apresiasi kebudayaan di Malam Anugerah Federasi Teater Indonesia (FTI) Award X di Taman Ismail Marzuki (TIM) malam ini.
Massa melakukan aksinya dengan berorasi keagamaan menentang ucapan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang mengucapkan sampurasun bukan kalimat Assalamualaikum. Padahal Dedi seorang muslim.
"Kita tidak takut menentang ajaran yang bertentangan dengan Islam. Perbuatan-berbuatan syirik yang dilakukan oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi," tegas salah satu demonstran yang tidak mau disebutkan namanya saat ditemui merdeka.com di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Senin (28/12).
Selain itu, demonstran juga membawa keranda mayat yang diletakkan di depan halaman TIM. Para demonstran berorasi sambil mengucapkan takbir.
"Allahu Akbar, Allahu Akbar. Bupati musyrik tolak datang ke Jakarta," seru para demonstran.
Pantauan merdeka.com, para massa melakukan aksinya dengan tertib dan sejumlah aparat kepolisian juga berjaga mengamankan jalannya aksi tersebut. Terlihat beberapa petugas polisi mengatur lalu lintas dan situasi jalan di depan TIM lancar.
Dalam aksinya, mereka juga membawa sejumlah spanduk dan poster. Spanduk yang dibawa salah satunya berisi tulisan 'Warga Jakarta tidak ridho tanah kelahirannya diinjak oleh si raja syirik'.
Dalam aksinya, mereka juga memainkan alat musik Rebana. Salah seorang demonstran membantah mereka adalah anggota salah satu ormas.
"Kami bukan FPI, bukan salah satu ormas Islam. Kami masyarakat Islam se-Jakarta dan sekitarnya," kata salah satu demonstran.
Merdeka.com - Puluhan massa mengatasnamakan solidaritas umat Islam menolak kedatangan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang akan menerima penghargaan apresiasi kebudayaan di Malam Anugerah Federasi Teater Indonesia (FTI) Award X di Taman Ismail Marzuki (TIM) malam ini.
Massa melakukan aksinya dengan berorasi keagamaan menentang ucapan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang mengucapkan sampurasun bukan kalimat Assalamualaikum. Padahal Dedi seorang muslim.
"Kita tidak takut menentang ajaran yang bertentangan dengan Islam. Perbuatan-berbuatan syirik yang dilakukan oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi," tegas salah satu demonstran yang tidak mau disebutkan namanya saat ditemui merdeka.com di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Senin (28/12).
Selain itu, demonstran juga membawa keranda mayat yang diletakkan di depan halaman TIM. Para demonstran berorasi sambil mengucapkan takbir.
"Allahu Akbar, Allahu Akbar. Bupati musyrik tolak datang ke Jakarta," seru para demonstran.
Pantauan merdeka.com, para massa melakukan aksinya dengan tertib dan sejumlah aparat kepolisian juga berjaga mengamankan jalannya aksi tersebut. Terlihat beberapa petugas polisi mengatur lalu lintas dan situasi jalan di depan TIM lancar.
Dalam aksinya, mereka juga membawa sejumlah spanduk dan poster. Spanduk yang dibawa salah satunya berisi tulisan 'Warga Jakarta tidak ridho tanah kelahirannya diinjak oleh si raja syirik'.
Dalam aksinya, mereka juga memainkan alat musik Rebana. Salah seorang demonstran membantah mereka adalah anggota salah satu ormas.
"Kami bukan FPI, bukan salah satu ormas Islam. Kami masyarakat Islam se-Jakarta dan sekitarnya," kata salah satu demonstran.
0
5.8K
Kutip
38
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
680.3KThread•48.5KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya