- Beranda
- The Lounge
Selalu Berpikir Positif Ternyata Tidak Baik Bagi Kesehatan Mental (Berdasarkan Riset)
...
TS
kolosalid
Selalu Berpikir Positif Ternyata Tidak Baik Bagi Kesehatan Mental (Berdasarkan Riset)
Seberapa sering Anda diminta untuk ‘melihat sisi terang’ atau ‘fokus pada hal-hal yang baik” ketika sedang menghadapi masa sulit? Apakah sikap berpikir positif seperti itu memang benar-benar membantu meningkatkan kesehatan mental seseorang?
Riset membuktikan berpikir positif hanya berfungsi pada orang yang sudah lebih dulu memiliki rasa menghargai diri sendiri yang besar.
Riset membuktikan berpikir positif hanya berfungsi pada orang yang sudah lebih dulu memiliki rasa menghargai diri sendiri yang besar.
Bagi para pendukungnya, sikap berpikir positif diyakini sebagai salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kepercayaan diri, kebahagiaan dan bahkan mencegah penyakit-penyakit mental seperti depresi.
Tapi apakah sikap seperti itu memang benar-benar efektif?
Associate Professor, Anthony Grant dari Universitas Sydney mengatakan istilah ‘berpikir positif’ atau "positive thinking" telah diterjemahkan secara keliru dan bahkan orang sering salah memahaminya.
Bagi banyak orang, berpikir positif artinya mengatakan kalimat peneguhan setiap hari, fokus pada hal yang baik dalam setiap situasi dan selalu memasang wajah gembira, bahkan ketika kita sangat tidak ingin sama sekali melakukannya.
Tapi Associate Professor Grant memperingatkan bahwa mencoba untuk menjadi orang yang secara terus menerus bersikap optimistis tentang kehidupan itu hal yang sangat tidak realistis - dan umumnya hanya akan membuat kondisi Anda semakin buruk dalam jangka panjang.
"Cara pikir seperti itu tidak tepat. Jika orang tidak membiarkan dirinya berpikir tentang masalah atau kesedihan atau bentuk emosi lainnya selain kebahagiaan maka sikap seperti itu tidak akan membantu sama sekali,” katanya.
"Dalam masa-masa sulit didalam hidup kita, yang kita perlukan adalah membiarkan diri kita berduka dan merasakan beragam emosi, karena itu merupakan bagian alami dari proses penyembuhan,”
Dalam sebuah riset yang dilakukan tahun 2009 lalu didapati kalau pernyataan positif pada diri sendiri hanya berfungsi memperbaiki mood dan kebahagiaan orang yang sudah lebih dahulu memiliki penghargaan terhadap diri sendiri (self esteem) yang tinggi.
Tapi bagi mereka yang memiliki self esteem rendah, maka dampak yang terjadi justru sebaliknya.
"Jadi paradok dari berpikir positif adalah kalau itu bermanfaat, tapi hanya bagi orang-orang yang tidak memerlukannya,” kata Profesor Grant.
Sementara itu Psikolog Suzy Green, dari Positivity Institute, memperingatkan melihat dunia dari kacamata kuda bisa membahayakan,”
Dia mengatakan hal itu dapat terjadi terutama pada situasi beresiko tinggi seperti duka yang teramat menyakitkan, dimana orang bisa berpotensi menyangkal kondisi yang dialaminya dan tidak mencari pertolongan yang dibutuhkan.
Menurut Dr Green memiliki pikiran negatif adalah hal yang normal apalagi dalam situasi menantang atau keluar dari zona nyaman dan berusaha untuk selalu menghindari pikiran yang negatif secara umum hal itu tidak produktif.
"Bukan berarti Anda tidak boleh memiliki pikiran negatif, tapi Anda hanya tidak boleh selalu mempercayainya dan terkadang perlu memutuskan utnuk berpikir berbeda dan lebih optimistis mengenai situasi yang dihadapi”
Associate Professor Grant juga menjelaskan kita memiliki semacam proses cara berpikir otomatis yang dikenal dengan bias perhatian.
"Itu bukan masalah menyalakan atau mematikan tombol otomatis didalam diri kita, tapi masalahnya adalah kita tidak boleh mengalihkannya dengan mendapat perhatian,”
Dr Suzy Green mengatakan riset menunjukan orang-orang yang bersikap optimistis dan penuh harap memiliki kehidupan mental yang jauh lebih bagus.
Sementara Associate Professor Grant mengatakan menetapkan tujuan hidup yang bermakna dan berusaha untuk menggapainya merupakan salah satu cara terbaik untuk mengubah bias atensi anda dan memperbaiki kesehatan mental Anda.
"Kenali apa tujuan yang hendak kamu capai, " katanya.
"Lalu tanyakan pada diri sendiri pikiran, perasaan dan sikap seperti apa yang perlu Anda miliki untuk mencapai tujuan tersebut. Bagaimana Anda akan membangun struktur dan perubahan pada lingkungan Anda untuk meraih tujuan tersebut.
"Hal semacam itu merupakan cara berpikir yang lebih bermanfaat menyadari diri sendiri mengenai cara berpikir terlepas itu positif atau negatif,"
Dia juga merekomendasikan agar orang menulis daftar segala hal yang membuat Anda bersyukur setiap hari - bahkan jjika hal itu hal yang sepele,"
"Luangkanlah waktu diakhir hari untuk menapresiasi apa yang sudah Anda lakukan,"
"Menulis pengalaman semacam itu akan sangat membantu orang untuk mampu mengontrol perasaan mereka,"
Riset membuktikan berpikir positif hanya berfungsi pada orang yang sudah lebih dulu memiliki rasa menghargai diri sendiri yang besar.
Riset membuktikan berpikir positif hanya berfungsi pada orang yang sudah lebih dulu memiliki rasa menghargai diri sendiri yang besar.
Bagi para pendukungnya, sikap berpikir positif diyakini sebagai salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kepercayaan diri, kebahagiaan dan bahkan mencegah penyakit-penyakit mental seperti depresi.
Tapi apakah sikap seperti itu memang benar-benar efektif?
Associate Professor, Anthony Grant dari Universitas Sydney mengatakan istilah ‘berpikir positif’ atau "positive thinking" telah diterjemahkan secara keliru dan bahkan orang sering salah memahaminya.
Bagi banyak orang, berpikir positif artinya mengatakan kalimat peneguhan setiap hari, fokus pada hal yang baik dalam setiap situasi dan selalu memasang wajah gembira, bahkan ketika kita sangat tidak ingin sama sekali melakukannya.
Tapi Associate Professor Grant memperingatkan bahwa mencoba untuk menjadi orang yang secara terus menerus bersikap optimistis tentang kehidupan itu hal yang sangat tidak realistis - dan umumnya hanya akan membuat kondisi Anda semakin buruk dalam jangka panjang.
"Cara pikir seperti itu tidak tepat. Jika orang tidak membiarkan dirinya berpikir tentang masalah atau kesedihan atau bentuk emosi lainnya selain kebahagiaan maka sikap seperti itu tidak akan membantu sama sekali,” katanya.
"Dalam masa-masa sulit didalam hidup kita, yang kita perlukan adalah membiarkan diri kita berduka dan merasakan beragam emosi, karena itu merupakan bagian alami dari proses penyembuhan,”
Dalam sebuah riset yang dilakukan tahun 2009 lalu didapati kalau pernyataan positif pada diri sendiri hanya berfungsi memperbaiki mood dan kebahagiaan orang yang sudah lebih dahulu memiliki penghargaan terhadap diri sendiri (self esteem) yang tinggi.
Tapi bagi mereka yang memiliki self esteem rendah, maka dampak yang terjadi justru sebaliknya.
"Jadi paradok dari berpikir positif adalah kalau itu bermanfaat, tapi hanya bagi orang-orang yang tidak memerlukannya,” kata Profesor Grant.
Sementara itu Psikolog Suzy Green, dari Positivity Institute, memperingatkan melihat dunia dari kacamata kuda bisa membahayakan,”
Dia mengatakan hal itu dapat terjadi terutama pada situasi beresiko tinggi seperti duka yang teramat menyakitkan, dimana orang bisa berpotensi menyangkal kondisi yang dialaminya dan tidak mencari pertolongan yang dibutuhkan.
Menurut Dr Green memiliki pikiran negatif adalah hal yang normal apalagi dalam situasi menantang atau keluar dari zona nyaman dan berusaha untuk selalu menghindari pikiran yang negatif secara umum hal itu tidak produktif.
"Bukan berarti Anda tidak boleh memiliki pikiran negatif, tapi Anda hanya tidak boleh selalu mempercayainya dan terkadang perlu memutuskan utnuk berpikir berbeda dan lebih optimistis mengenai situasi yang dihadapi”
Associate Professor Grant juga menjelaskan kita memiliki semacam proses cara berpikir otomatis yang dikenal dengan bias perhatian.
"Itu bukan masalah menyalakan atau mematikan tombol otomatis didalam diri kita, tapi masalahnya adalah kita tidak boleh mengalihkannya dengan mendapat perhatian,”
Dr Suzy Green mengatakan riset menunjukan orang-orang yang bersikap optimistis dan penuh harap memiliki kehidupan mental yang jauh lebih bagus.
Sementara Associate Professor Grant mengatakan menetapkan tujuan hidup yang bermakna dan berusaha untuk menggapainya merupakan salah satu cara terbaik untuk mengubah bias atensi anda dan memperbaiki kesehatan mental Anda.
"Kenali apa tujuan yang hendak kamu capai, " katanya.
"Lalu tanyakan pada diri sendiri pikiran, perasaan dan sikap seperti apa yang perlu Anda miliki untuk mencapai tujuan tersebut. Bagaimana Anda akan membangun struktur dan perubahan pada lingkungan Anda untuk meraih tujuan tersebut.
"Hal semacam itu merupakan cara berpikir yang lebih bermanfaat menyadari diri sendiri mengenai cara berpikir terlepas itu positif atau negatif,"
Dia juga merekomendasikan agar orang menulis daftar segala hal yang membuat Anda bersyukur setiap hari - bahkan jjika hal itu hal yang sepele,"
"Luangkanlah waktu diakhir hari untuk menapresiasi apa yang sudah Anda lakukan,"
"Menulis pengalaman semacam itu akan sangat membantu orang untuk mampu mengontrol perasaan mereka,"
1
2.4K
25
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
924.7KThread•89.4KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya