• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • [True Story] Anak tukang tambal ban nekad kuliah sampai Eropa... part 1

untnugrAvatar border
TS
untnugr
[True Story] Anak tukang tambal ban nekad kuliah sampai Eropa... part 1
Di sebuah gubuk kecil kami menggantungkan hidup kami. Gubuk yang hanya berukuran tidak lebih 2 x 2 meter persegi pinggir jalan. Gubuk itu terbuat dari bambu-bambu yang bapak buat sendiri. Ya, bapak kami adalah seorang tukang tambal ban. Yang tentu tiap hari kerjaanya di bawah terik matahari, bergulat dengan debu dan kotoran-kotaran yang menempel di kendaraan.

Kami terlahir tiga bersaudara. Aku adalah anak nomer dua. Saudaraku total ada 3. Dari mulai SD kami sudah terbiasa hidup dibengkel. Setiap pulang sekolah dan hari libur tak lain kerjaan kami adalah nambal ban. Bahkan saya sering lihat teman-teman sekolah lalu lalang lewat depan bengkel, sedangkan saya harus menambal ban di bengkel.

Waktu aku SMP, bapak masih bergelut di dunia tambal ban. Jujur gan, penghasilan tambal ban saat itu ga cukup untuk menghidupi kelurga kami yang saat itu ketiga anaknya sekolah. Kakak SMP kelas 2, saya kelas 1 dan adik kelas 5 SD. Kami hidup seadanya. Saya sendiri masih ingat, selama smp saya tak pernah beli seragam smp. Seragam smp saya dapatkan dari lungsuran (bekas) kakak saya. Aku ingat sekali waktu kelas tiga, bagian pundak bajuku sedikit sobek tapi aku tutupi dengan handsaplast dari dalam.

Saat aku masih kelas 3 smp, umur bapak sudah 50 an tahun. Umur yang seharusnya sudah menginjak umur pensiun. Menikmati hasil dari anak-anaknya. Tapi apa yang terjadi? Bapak masih saja mengangkat martil seberat 5 kg untuk bisa membongkar ban truk. Membongkar ban truk itu tidak mudah. Harus memukul-mukul berulang kali dengan martil seberat 5 kg. Kadang bapak ngurus ban truk sampai larut malam.

Kami terbiasa hidup di bengkel. Bankan buku-buku pelajaran beberapa aku taruh dibengkel. Saat disela-sela nunggu bengkel, terkadang aku baca-baca buku pelajaran. Ya kebetulan aku suka matematika sejak kelas smp. Entah kenapa aku jadi suka matematika. Dugaanku itu karena guru matematikaku yang begitu mengisnpirasi aku.

Bengkel pinggir jalan kami letaknya disebelah rumah kami. Rumah kami kebetulan dipinggir jalan. Setelah menginjak kelas 2 smp, aku tau bahwa status tanah dan rumah yang kami tinggali belum sepenuhnya menjadi hak keluarga kami alias masih dalam sengketa keluarga besar. Sengketa ini nampaknya sulit untuk diselesaikan. Aku sendri tak tau persis bagaimana sejarahnya. Sejak saat itu aku bertekad untuk tidak terlalu berharap yang namanya warisan ato apalah. Aku selalu berfikir harus bisa beli tanah dan rumah sendiri.

Disaat menambal ban sebenarnya aku sering meneteskan air mata. tapi aku berusaha untuk menutup-nutipi agat tidak terlihat orang lain. Jujur gan, didikan bapak waktu kami kecil begitu keras. Bahkan bapak tak jarang memarah-marahi kami didepan umum. Kami sering 'iri' kepada teman yang orang tuanya kerja kantoran atau PNS ato apalah, mereka tidak perlu ikut bekerja membanting tulang bersama orng tuanya. Tinggal duduk manis dan belajar. Tapi inilah hidup kami, disamping belajar kami harus memikirkan bagaimana agar dapur terus mengepul.

Bapak dan ibu tak pernah menyuruh kami belajar. Aku ingat bapak lebih keras mendidik kami untuk ikut bekerja membantu urus tambal ban. Diantara kami tiga bersaudara, memiliki karakter yang sangat-sangat beda. Waktu kecil aku sama kakakku sering bertengkar, bahkan perbedaan dikit aja seperti genderang perang yang siap meluncur.

Aku sering belajar ditengah-tengah nunggu bengkel. Sekedar membaca-baca buku atau mengerjakan beberapa soal matematika. Ya aku salah salah satu maniak matematika. Saat nambal ban pun aku sring menggores coretan-coretan soal matematika di tanah dengan obeng. Ya memang seperti orang aneh, tapi aku dapat banyak inspirasi disaat waktu mepet seperti itu.

Seminggu sebelum ujian smp berlangsung, kehidupanku masih tak jauh dari nambal ban. Bankan tak ada waktu khusus belajar. Waktu belajar hanya disela-sela nambal ban. Bahkan aku sering kabur dari tugas nambal ban dengan cara membaca buku/mengerjakan soal-soal dibuku saat di bengkel. Jika bapak melihat aku memegan buku, nampaknya hati bapak tersentuh dan mungkin tidak tega melihat anaknya nambal sambil bawa buku.

Ujian smp berlangsung. Walaupun ujian berlangsung, tanggung jawab bengkel tetap ada. Dan bahkan sepulang ujianpun aku masih harus ke bengkel. Dengan obeng aku belajar. Sambil duduk di atas dingkik (kursi) kayu aku mencoret-coret beberapa konsep matematika di tanah. Sesekali melihat beberapa coretan-coretan yang aku letakkan di dalam bengkel.

Alhamdulillah, ujian selesai. Teman-teman satu sekolah piknik ke Jakarta. Sementara saya dan bbrp teman lain hanya gigit jari. Ya saya dan bbrp teman tak punya cukup uang untuk ikut piknik. Saat itu biaya untuk ikut piknik ke jakarta hanya beberapa ratus ribu. Kalau tidak salah hanya 200-300 ribu saja. Tapi kelurgaku benar-benar tak punya uang untuk itu. Sejak saat itu aku bertekad untuk bisa kemana-manapun bahkan kelilind dunia gratis.

Ibu tiap hari membeli beras hanya 1 atau 2 kilo saja. Hampir tak pernah beli beras sekarung besar, kecuali untuk zakat atau ada acara. Dan kebiasaan ini berlangsung sampai sekarang. Waktu kecil aku sring disuruh ibu membeli beras, bahan makanan dan bumbu-bumbu. Sampai-sampai yang jualan pun akhinya hafal kami. Orang yang jualan beras mengerti kalau saya tidak punya saudara perempuan, jadi anak laki-lakilah yang sring disuruh ibu beli beras dan bumbu bumbu. Jujur gan, saat itu lebih sering ibu-ibu yang beli ditempat jualan beras dan bumbu-bumbu.

Alhamdulillah sehari lagi hasil ujian dibagikan. Keluarga kami tak terlalu banyak berharap. Lulus saja sudah sangat bersyukur. Saat itu aku sendiri tak tau harus melanjutkan kemana stlh smp. Tapi alhamdulillah, waktu pembagian hasil ujian (NEM), nilai matematikaku sempurna alias 10. Satu sekolah hanya aku. Dan dari satu kabupaten hanya ada sekitar 3 anak. Tapi nilai selain matematika sangat standar bahkan jeblok. Nilai-rata selain mata pelajaran matematika hanya 6-7 saja.

Aku bertekad melanjutkan sekolah favorit di kabupaten. Yaitu SMA N 1 ********. Maaf gan aku sembunyikan dulu identitasnya. Sewaktu pendaftaran, keluarga kami sebenarnya hanya nekad. Aku masih ingat saat itu pendaftaran dibuka selama 3 hari. Diterima dan tidaknya di sekolah itu berdasarkan nilai NEM tertinggi. Saat itu sekolah hanya menerima 270 siswa. Beberapa orang tampak senang ketika NEM karena NEM mereka tinggi. Tapi tidak pada aku. Tiap hari aku harus memantau jurnal. Apakah nilai NEM-ku masih masuk dalam kuota atau tidak.

Pada hari pendaftaran yang terakhir, kami seperti petugas among tamu. Bapak bertugas digerbang sekolah, sementara ibu dan saya bertugas depan kelas lokasi pendaftaran. Kami nanya kepada setiap siswa berseragam yang datang, apakah NEM mereka lebih tinggi dari saya atau tidak. Jika NEM mereka tinggi dan anak mendaftar di sekolah ini maka berarti itu ancaman bagi saya. Karena kami tau saat jam 9 pagi hari terakhir pendaftaran, aku berada di posisi 10 terbawah, Info ini aku dapatkan dari jurnal sekolah yang selalu diupdate. Seharian kami seperti petugas among tamu, nanya kesana sini, Panik dan luar biasa sibuk. Pada jam-jam terakhir pendaftaran nampak beberapa orang berkumpul di sekolah. Entah orng tua ataupun anaknya yang pakai seragam.

Saat itu aku menyamar memakai jaket dan celana kain warna hitam. Seragamku aku taruh di dalam tas. Sebenarnya bukan apa-apa tapi sekedar menghilangkan identitas saja. Aku melihat beberapa raut muka tegang, khususnya bapak dan ibuku. Bapak yang sehari-hari nambal ban ternyata menaruh perhatian luar biasa pada sekolah kami. Dan akhirnya pendaftaran ditutup. Aku berada di posisi 5 terbawah.

Berada di posisi terbawah membuatku sedikit agak minder. Aku yang berasal dari kampung anak serong tukang tambal ban. Apakah mampu mengalahkan atau bahkan mengikuti anak-anak dari kota? Aku tak ambil pusing, rasa minderku aku hapus dengan hobby ku tentang matematika. Yaitu suatu saat di sekolah ini aku akan ikut olimpiade..

(Bersambung)....

Menurut agan gimana?
Spoiler for 'comment agan':


# tinggalkan jejak gan...
Diubah oleh untnugr 13-02-2013 19:35
0
11.4K
140
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.7KThread82.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.