Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

aatiinaaAvatar border
TS
aatiinaa
Ibuk, anakmu sudah jadi Guru
Cerita ini hanyalah fiktif belaka (Anggap saja begitu yes!)
Ane belom mahir main kaskus, jadi kalo berantakan ane mohon maaf yang sebesar-besarnya emoticon-I Love Kaskus (S)

Ane gak jago bikin intro panjang-panjang, langsung ke TKP aja ya gan emoticon-Blue Guy Peace

[SPOILER=Restu]
“Cita-citamu apa Bar?” tanya gadis kecil itu

“Aku ingin menjadi Polisi” Jawab Bara

“Aku ingin jadi petani saja! Kita kan hidup di desa, semua orang dulu juga punya cita-cita, tapi mereka akhirnya juga jadi petani. Kita nanti juga bakalan jadi petani lo Bar,” Gadis itu mulai mengeluarkan provokasinya.

“Iya juga ya. Tapi kata bu Guru kita harus punya cita-cita, jadi dokter, polisi, pegawai atau pemadam kebakaran,” Terang Bara. “Bu guru juga tidak mengatakan kalo menjadi petani itu termasuk cita-cita” lanjutnya.

“Iya. Jadi petani itu bukan cita-cita. Petani nggak sekolah tinggi. Cita-cita itu pekerjaan yang dikerjakan oleh orang-orang yang sekolah tinggi,” gadis itu mengeluarkan kesimpulan yang dia fikirkan sendiri.

Aku tersenyum mengingat masa kecilku yang tidak percaya akan cita-cita. Saat itu aku berpikir bahwa cita-cita hanyalah pekerjaan idaman yang dianggap tinggi dimata masyarakat. Menjadi petani? Ah, tidak ada satupun anak yang ingin menjadi petani saat itu. Cita-cita haruslah tinggi, cita-cita haruslah berupa pekerjaan dengan seragam yang keren, gaji tinggi dan di “wah” kan masyarakat tentunya.

Sering aku bertanya “mengapa orang-orang harus memiliki cita-cita jika akhirnya mereka tetap menjadi petani?”. Jawaban yang aku dapatkan selalu sama, untuk menjadi orang hebat harus sekolah tinggi, orang desa tidak mampu untuk bersekolah hingga perguruan tinggi. Sawah dan ladang pun sudah mencukupi sebagai sumber kehidupan, gak usah neko-neko pengen sekolah ke kota yang akhirnya hanya akan menghabiskan aset-aset tanah orangtua.

“Kamu kalo sekolah terus nanti jadi perawan tua kayak Mbak Oci. Usia sudah 20 tahun belum nikah-nikah,” tanteku selalu mengatakan hal itu ketika aku mengatakan ingin sekolah hingga perguruan tinggi.

Menjadi petani itu pekerjaan murahan, rendah! Begitulah pikirku saat iku. Bukan hanya lingkungan, buku-buku sekolah pun juga menyumbang arah pikirku itu. Seringkali aku membaca sebuah cerita tentang anak kota yang mengunjungi kakek nya di desa, kakeknya seorang petani kaya dan dia dibanggakan orang-orang sekitarnya karena mampu menyekolahkan anaknya hingga menjadi anggota polisi.

Ya, saat itu aku masih kelas 3 SD dan aku sudah putus asa dengan yang namanya cita-cita. Aku ditakdirkan menjadi petani, dan aku tidak boleh berharap untuk menjadi lebih dari itu.

***

“Sampean boleh lanjut kuliah nduk, asalkan nanti jadi guru,” Pesan Ibu ku sore itu.

“Iya bu. Asalkan Ibu ijinin Ghaits kuliah,” Sebenarnya menjadi seorang guru bukanlah tujuanku, aku hanya meng-iyakan syarat ibu agar aku bisa lanjut kuliah.

“Zaman sekarang apa hebatnya menjadi guru? Toh Bu Ambar yang lulusan SMA juga bisa jadi guru. Aku tidak mau lagi terjebak dalam lingkungan sekolah, apalagi jika harus bertemu murid-murid setan layaknya Agung dan Sherly. Kapan tenangnya hidupku,” gerutuku dalam hati.

Izin ibuku untuk melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi benar-benar memberikan angin segar bagi diriku. Berkali-kali aku meminta izin untuk melanjutkan sekolah namun ibuku tidak pernah bilang iya. Takut tidak mampu membayar biaya nya, begitu alasan beliau.

Tidak hanya kali itu saja, saat aku memilih SMA favorit pun beliau tidak serta merta mengizinkanku. “Disitu biayanya mahal. Lihat itu pak Hakim, tanah nya habis buat biaya anaknya sekolah di SMA itu. Sampean sekolah di SMA kecamatan aja ya,” katanya saat itu.

Aku memang pernah tidak percaya pada cita-cita, tapi saat itu aku memiliki tujuan untuk hidup ku. Kuliah dan mengubah pandangan masyarakat tentang pendidikan. Entah di mana aku harus menempuh nya, yang pasti saat itu aku sudah mengantongi restu dari ibuku. Restu yang kuanggap sebagai pintu untuk menentukan masadepanku.[/SPOILER]
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
1.4K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.