Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

arimansonAvatar border
TS
arimanson
Analisa Akhir Premier League Musim 2012/13
Para Pundit sepak bola menyukai
ungkapan " klasemen tidak
berbohong". Setelah kita melihat
klasemen akhir Barclays Premier
League pada musim yang menarik
ini, sulit untuk membantah
pernyataan tersebut.
Manchester United menjadi tim
terbaik untuk musim 2012/13, meski
mereka tidak selalu menampilkan
permainan terbaik. Secara umum
hal itu bukan isu di industri
berdasarkan hasil di mana margin
antara kesuksesan dan kegagalan
sering baik.
Musim ini, menurut pendapat saya,
United memiliki kelebihan di tiga
orang: Robin van Persie, Michael
Carrick, dan Sir Alex Ferguson. Hal
itu tidak merendahkan pencapaian
dan kontribusi dari yang lainnya
tetapi untuk menandai siapa yang
membuat perbedaan dan
mengantarkan gelar kali ini. Apalagi
tim memiliki 20 pencetak gol yang
berbeda untuk yang pertama
kalinya dalam sejarah Premier
League.
Gol-gol Van Persie sangat penting
(semua pundit mengira Manchester
City akan menjadi juara musim ini
setelah United mendapatkan Van
Persie). Sementara itu Carrick
tampil hampor di semua
pertandingan musim ini.
Meski terkadang tidak menjadi
perhatian dan jarang spektakuler,
Carrick dengan mudah membuat
tim hidup pada 2012/13. Hampir
semua melalui dirinya. Sementara
itu pengkritik akan mengatakan ia
tidak selalu memanfaatkan bola
dengan baik meski faktanya ia
selalu menggunakannya. Ia
mempertahankan penguasaan bola,
ia "memberi dan pergi", dan ia
mengontrol kecepatan serta tempo
laga.
Ketika Sir Alex Ferguson
mendatangkan Carrick pada Juli
2006, ia mengidentifikasi seorang
pemain yang memiliki kemampuan
mendikte permainan. Saya pikri
musim ini kita telah melihat
penampilan terbaik Carrick.
Ferguson diberi pujian karena
menjaga kepercayaan di saat ia
mendapatkan Van Persie musim
panas 2012.
Ferguson dapat dihargai, sekali lagi,
sebagai bagian integral dari sebuah
musim. Kemampuan manajerialnya
diuji sejak dini, United terlalu
banyak kemasukan gol. Ia
menjawabnya, dengan kepercayaan
selama 26,5 tahun, sebagai sejarah.
Kita tidak akan membicarakan laga
terakhir. Mari kita tempatkan hasil
imbang 5-5 dengan West Bromwich
Albion sebagai laga menghibur yang
aneh, kaya dengan ironi bahwa Sir
Alex akan dihargai sebulan ke
depan.
Isu yang ada pada laga terakhir
musim ini yaitu perebutan tempat
UEFA Champions League. Di mana
Chelsea mengamankan posisi ketiga
dan Arsenal menyingkirkan
Tottenham Hotspur untuk peringkat
keempat.
Memang kejam musim ini untuk
Spurs yang bermain dengan sangat
baik dan bisa dibilang layak
mendapatkan nasib yang lebih baik.
Masalahnya adalah musim lalu
(ketika mereka finis urutan
keempat) mereka menyalahkan diri
sendiri.
Andre Villas-Boas, yang masa
depannya di klub tidak dalam
bahaya meski menemui kegagalan,
sangat yakin memenangi Liga
Europa dan memainkan tim dengan
kekuatan penuh pada tengah pekan
kompetisi. Hasil laga domestik
memburuk dan kritikan tertuju
kepadanya, ia tidak memberi
prioritas secara benar.
Pada babak knock out menghadapi
Lyon dan Inter, tersingkir sejak awal
dari Europa mungkin akan lebih
baik. Ini karena mereka dikalahkan
Liverpool dan Fulham malam
berikutnya pada pertengahan Maret
merusak perjuangan ke posisi
empat besar.
Tersingkir dari posisi empat oleh
rival Arsenal lebih pahit. Namun,
The Gunners mendapatkan alur
permainannya pada saat yang tepat
dan berhak mendapatkan pujian
dengan menunjukkan kekuatan yang
cukup dari sebuah karakter.
Setelah kekalahan di White Hart
Lane pada awal Maret, Arsene
Wenger bahkan mengaku sulit
untuk lolos ke Liga Champion. Akan
tetapi delapan kemenangan dan
dua hasil imbang telah mengunci
hasil akhir musim dan
mengacaukan beberapa pundit.
Pertanyaan besarnya adalah
mengapa Arsenal tidak bermain
dengan level intensitas dan tujuan
yang sama dalam perjalanan satu
musim ini. Namun, kita justru
dapat salah mengartikan proses
alamiah dari olah raga dan seluruh
konsep untuk mendekati garis finis.
The Gunners layak mendapatkan
pujian untukcara yang ditempuh
untuk mengakhiri sebuah musim
dan dengan dana yang dikeluarkan
pada musim panas. Saya mengira
mereka akan menjadi kekuatan yang
patutu diperhitungkan musim
depan.
Bagaimana dengan tiga tim yang
terdegradasi? Apakah dari mereka
"yang terlalu bagus untuk turun",
seperti yang biasa dikatakan oleh
para pundit? Jawabannya "tidak".
Mereka layak dengan nasibnya
tetapi untuk alasan yang berbeda.
QPR membeli sejumlah pemain
musim panas lalu dengan harapan
keberadaan di papan tengah
klasemen dan bukan perjuangan di
zona degradasi. Mereka membayar
harga yang telah dikeluarkan dan
sebagain besar mengalami inflasi.
Banyak kerusakan yang ada sebelum
kedatangan Harry "Houdini"
Redknapp. Namun, sejujurnya ia
melakukan peningkatan yang
sedikit.
Ia tidak seluruhnya dapat
disalahkan. Semenatara banyak
klub akan memberi penghargaan
untuk beberapa individu, QPR bisa
mendapatkan anugerah "Bencana
Tahun Ini" dan tidak terhitung
kategori untuk kategori "Menyakiti
Diri Sendiri". Kemampuan tim
untuk menghancurkan diri hanya
satu-satunya hal yang dapat mereka
tangani untuk mencapai tingkat
konsistensi dalam perjalanan
musim yang buruk.
Reading berusaha untuk melakukan
hal yang benar, memainkan sepak
bola yang atraktif dan positif setiap
saat. Namun, mereka tidak memiliki
personil. Smenetara itu Wigan
berusaha untuk membuat sedikit
sejarah dengan menjadi klub
pertama yang memenangi FA Cup
dan terdegradasi dalam musim
yang sama. faktanya adalah dua
momen tersebut dikonfirmasi dalam
waktu tiga hari yang
memperlihatkan sering adanya
perubahan-perubahan yang kejam
dalam olah raga yang kompetitif.
The likes of Sunderland, Newcastle,
Aston Villa, Southampton, dan Stoke
akan menghabiskan musim panas
dengan perasaan lega setelah
terbebas dari degradasi. Duap
pekan sebelum berakhirnya musim
ini, beberapa dari klub tersebut
masih dapat degradasi tetapi dapat
mengatasinya untuk selamat.
Manajemen dan para suporter
menginginkan hal yang tidak sama
untuk musim depan. Mereka juga
berharap musim depan tidak
melihat stratifikasi Premier League
yang biasa dilihat, liga mini dengan
empat tim.
Dengan Manchester United meraih
gelar juara, musim ini tidak terlihat
drama memilukan pada akhir
musim tetapi cukup menarik. Dalam
setiap musim akan semakin menarik
untuk dinikmati karena dalam tiga
bulan terakhir kita demam spekulasi
transfer dan perubahan manajerial.
Musim 2013/14 telah dimulai
menurut perhitungan saya.
Menyedihakn tetapi benar adanya.
Waktunya untuk penghargaan
menurut pandangan saya:
- Manajer musim ini: Sir Alex
Ferguson, tanpa perlu dipikir.
- Manajer Terburuk Musim Ini:
Harry Redknapp dan Roberto
Mancini berbagi penghargaan. Tony
Pulis mendapat yang tidak
terhormati.
- Gol Musim Ini: Matthew Lowton
untuk ASton Villa saat menghadapi
Stoke. Serangan yang luar biasa
pada saat yang penting, yang
mendorong Villa selamat dari
degradasi.
- Pemain Musim Ini: Gareth Bale
untuk beberapa kali (keseringan)
memimpin timnya; 21 gol, hampir
semuanya sangat luar biasa.
Penghormatan untuk Robin van
persie, di mana golnya membuat
perbedaan untuk dua klub
Manchester dalam perebutan titel
juara.
- Kekecewaan Terbesar Musim Ini:
Emmanuel Adebayor, Mario Balotelli
(mengingatnya?), dan Luis Suarez.
- Pemain Muda Musim Ini: Callum
McManaman (sekarang terdegradasi
tetapi saya merasa ia akan kembali
secepatnya), dengan penghormatan
kepada Ashley Westwood, Eden
Hazard, Seamus Coleman, Romelu
Lukaku, Christian Benteke, Luke
Shaw, dan Danny Rose.
- Kiper Musim Ini: Brad Guzan.
- Laga Musim Ini: Manchester City
2-3 Manchester United pada
Minggu, 9 Desember 2012. Laga itu
memiliki semuanya.
* Andrew Leci adalah pembawa
acara dan pundit sepak bola
kenamaan di FOX SPORTS.
0
3.3K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.4KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.