Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

fitriblueAvatar border
TS
fitriblue
CATATAN PERJALANAN (VERSI CERPEN): GUNUNG LAWU (CEMORO SEWU-CEMORO KANDANG)
Aku Yakin, Tanpa Ditulis dan Diabadikan dalam Gambar pun, Perjalanan yang Telah Kalian Lalui Pasti Tidak Akan Terlupakan
emoticon-Malu (S)
Seharian itu kulihat Wulan dan temannya sangat sibuk. Naik motor untuk ini, dan naik motor untuk itu. Pinjam carrier, pinjam jaket, beli jajan, beli obat-obatan, dan lain-lain. Sepertinya, hari itu sangat melelahkan untuk mereka. Kulihat juga, mata mereka mulai lelah. Bahkan Wulan tidak mandi sore itu. Bukan karena tidak ada waktu. Tetapi ia memang jarang mandi sore. Malam harinya, Wulan dan temannya selesai memasukkan semua kebutuhan mereka ke dalam 1 carrier dan 1 daypack. Tentu saja, aku juga sudah dimasukkan bersama barang-barang yang lain.
Cerita beriukutnya ini kuketahui lewat penerawanganku dari dalam carrier.
Pagi itu, Wulan sudah bangun pukul 5. Ia mandi dan tidur-tiduran lagi. temannya belum bangun. Temannya yang bernama Leli itu sangat menyukai kasur Wulan, sehingga ia enggan beranjak dari sana. Memang, kasur itu sangat nyaman. Makanya Wulan juga sering susah bangun.
Ehm, kembali ke alur yang benar.
Setelah semua siap, Wulan dan Leli menuju kos Mekar Sari, dimana tulisan kosnya sangat kecil. Di sana sudah ada mbak Nanda, mbak Ninda, mbak Ika, Puput, Anggi, dan Sal. Mereka juga sedang bersiap-siap. Tak lama, datanglah rombongan yang lain, yang akhirnya kuketahui bernama Boim, eh Bimo, Septian, Wawan, Ilham. (perlu diketahui rombongan ini sebagian besar adalah mahasiswa jurusan Bahasa Inggris. Jadilah perjalanan itu seperti perjalanan serombel).
Setelah banyak ba bu bi bu be, memasukkan logistik ini dan logistik itu, memasukkan flysheet juga dan lain-lain, akhirnya rombongan yang berjumlah 12 orang siap berangkat dari kos menuju stasiun naik angkutan. Ya, mereka akan naik kereta. Wulan sangat bahagia saat tahu bahwa ia akan naik kereta. Ah, dasar Wulan katrok.
Di stasiun, ada 2 orang lagi menyusul. Namanya Andra dan Wisnu. Akhirnya rombongan imut dari Semarang ini lengkap. Wulan berlari-lari kecil bahagia. Dia senyum-senyum sok cantik dan sok yes. Tetapi kalian tahu apa yang terjadi pada pemilikku yang katrok itu… dia tidak membawa kartu identitassama sekali. Tamat riwayatnya. Dengan wajahnya yang drastis menjadi pucat dan hampir menangis itu, menarik perhatian bapak-bapak baik hati. Akhirnya Wulan bisa masuk dengan ID Sikadu. Hemmh.. ternyata selain katrok, Wulan itu pe**k. jadilah hari itu ia badmood gara-gara kelakuannya sendiri.
Setelah 3 jam perjalanan di kereta (Wulan menghabiskannya dengan tidur) akhirnya sampailah di Solobalapan (padahal Didi Kempot bilangnya Balapansolo). Dasar si Wulan suka merepotkan, ia tidak kuat membawa tasnya. Akhirnya tasnya ditukar dengan tas Bimo. Tega sekali dia, menitipkanku kepada orang yang baru di kenal.
Pukul berapa ya waktu itu. Emmh, aku lupa. Pokoknya siang. Mereka naik bis menuju Tawangmangu. Panas sekali. Dan entah pukul berapa juga, tibalah mereka di sebuah… apa ya. pokoknya setelah itu mereka naik mobil menuju Cemoro Sewu. Di Cemoro Sewu, mereka salat dulu. Di sana, rombongan makan mi instan dahulu. Di depan musala banyak orang berjualan bakso kuwah (itulah yang tertulis di gerobak jualan). Dasar Wulan, sok punya uang, dia membeli bakso kuah. Padahal harganya 5000, ia nitip tapi hanya memberi uang 3000. -___-
Ternyata, di sana juga nambah rombongan lagi 2 orang, yang kuketahui bernama mas Ali dan mas siapa aku tidak tahu (mungkin panggil saja dia Antonio). Jadilah mereka berjumlah 16.
Perjalanan dimulai. Tujuan: puncak Lawu start Cemoro Sewu.
Langkah awal terasa engap.Sore itu sekitar pukul 16.00.Duh, Wulan kadang duluan (berjarak 3 langkah dari orang dibelakangnya), dan sering ketinggalan paling belakang (berjarak berlangkah-langkah dari orang didepannya -__-). Jalan lewat Cemoro Sewu ini adalah jalan berbatu, lalu berupa tangga batu.Tangga, semua tangga batu, 95% tangga. Tapi jika melihat ke belakang, pemandangannya keren dan cantik. Jadi kalau lelah, tolah toleh saja cari pemandangan, atau bisa juga jalan mundur. Hehe… banyak shelter atau pos berupa bangunan permanen di perjalanan menuju puncak Lawu via Cemoro Sewu ini.Pendaki dapat beristirahat dengan dinaungi genteng dan bersandarkan tembok saat beristirahat. Pun pos seperti ini sangat berguna saat musim hujan tiba.
Perjalanan awal, mereka masih bisa foto-foto, senyum-senyum (kecuali Wulan). Dia ketinggalan entah dimana. Orang yang membawaku juga untungnya kuat (thanks, Bro).
Sebagai little monster yang baik, aku tahu apa yang Wulan rasakan. Berbeda dengan saat mendaki beberapa gunung sebelumnya (sok pendaki banget -__-), yang walaupun ngos-ngosan dan jalannya seperti siput, tapi hatinya bahagia, ceria dan sumringah. Tidak ada rasa takut meskipun dia tertinggal jauh atau berada jauh di depan dan saat dalam kegelapan. Tapi perjalanan itu… entahlah. Wulan lebay.
Wulan bertukar tas lagi dengan Antonio setelah pos 1, gara-gara ia sering tertinggal di belakang. Dingin semakin erat memeluk, gelap semakin pekat merambat.Tetapi bersamaan dengan itu, bintang gemintang terlihat sangat istimewa. Semakin malam semakin terang cahayanya.Indahnya langit malam itu, sungguh memperdaya. Seakan bintang itu dapat digapai dan dirontokkan dari langit, kemudian dapat dipunguti dan dimasukkan ke dalam saku.
Semakin lama, energi semakin berkurang. Dingin dingin dan dingin. Aku di dalam tas juga kedinginan. Makanya saat itu aku memeluk sayuran dan telur dalam tas. Tapi tetap saja dingin. Kulihat, Wulan dan teman-temannya mulai suram wajahnya. Mulai bertanya-tanya mana ‘bonusan’, kapan sampai, berapa jam lagi, dan lain-lain. Mereka terus berjalan. Saat berhenti di pos, sedikit muncul perasaan lega.Pos 1, 2, 3 dan seterusnya terlewati.
Wulan, adalah penyuka ‘bonus’. Kalau ada bonus, ia bisa berjalan agak cepat. Saat itu entah pukul berapa, ada moment saat ia berjalan hanya berdua dengan seorang adik kelas. Merinding disko tuh Wulan. Tapi sok-sokan tegar. Panggil depan belakang ternyata jaraknya jauh. Mau jalan cepat, tapi yang depan juga tetap jalan. mereka di tengah-tengah. Untung, tidak lama kemudian mereka berdua bertemu mbak Nanda di Sendang. Ternyata panggilanku tertutupi oleh suara diesel di sana. Di Sendang Drajat, rombongan itu mengambil air minum dan istirahat di warung. Ada yang beli gorengan, minta gorengan, minum ini dan itu, dan tidur-tiduran ala kadarnya. Karena tujuannya adalah ngecamp di puncak, akhirnya beberapa dari rombongan itu jalan duluan ke puncak untuk mengecek apakah ada lahan untuk mendirikan tenda di sana.
Saat beberapa anggota rombongan mulai merasa PW di warung, datanglah mbak Nanda dkk. Ternyata puncak sepi, dan mereka akan mendirikan tenda di atas. Jalan lagi sekitar 25 menit dijalan berupa tanah berumput.Jalan, berhenti, jalan lama, berhenti.Begitu terus sampai atas. Maklum, nanjak terus.
Dan akhirnya, puncak. Hanya rombongan mereka yang mendirikan tenda di sana. Tiga tenda segera diberdirikan, ada yang masak anget-anget, ada yang nganget, dan ada yang anget-angetan. Begitulah aktivitas di puncak.
Beberapa saat kemudian, semua rombongan siap beristirahat. Aku sudah dikeluarkan dari tas, dan aku merasakan dingin pula. Semua tidur di dalam, kecuali dua mas-mas tahan dingin. Mereka tidur di luar dengan ditemani api unggun yang menyala kecil-kecil manja. Wah, seperti apa ya dinginnya. Matiin dong AC nya. Begitu pikir mereka.
Beberapa jam kemudian, Sang Mentari dalam perjalanan menampakkan diri. Beberapa dari rombongan juga sudah ada yang bangun untuk menyambutnya. Wahai mentari, kami di sini untuk menyambutmu keluar dari peraduanmu. Peluk aku dengan hangatmu. Aiih, pendaki memang menyukai matahari yang elok di pagi hari.emoticon-Malu (S)
Kehidupan pagi di gunung mulai terlihat. Sudah banyak pendaki berfoto-foto di bawah tugu Hargo Dumilah (dan Kiky Buku Tulis TOP).Padahal tidak ada musik, tetapi mereka bergoyang-goyang, lompat-lompat tidak beraturan. Ya, dingin masih berkuasa.
Pagi itu, ada yang masak anget-angetada yang nganget, dan ada yang anget-angetan.Kalau Wulan, ngenget di bawah sinar matahari. Semua aktivitas terasa berjalan lambat.Dilambatkan oleh dingin dan dingin. Tetapi kebanyakan mereka dilambatkan oleh mata.Mata mereka yang tertambat oleh pemandangan menakjubkan dari ketinggian 3265.Aku tidak dapat mendeskripsikan keindahan itu. Kalian yang belum tahu, silakan datang sendiri ke sana, nikmati secuil keindahan semesta dari Tuhan yang Mahakuasa. Keindahan dari bumi Indonesia.
Makan, bongkar tenda, packing, selesai semuanya.Waktunya foto-foto.Foto di bawah tugu, foto berlatar awan yang seperti permen kapas. Tentu saja Wulan tidak melupakanku untuk di ajak berfoto. Setelah puas berfoto, mereka turun ke kawah mati.
Sesi foto-foto selesai. Waktunya turun gunung. Mereka akan turun via Cemoro Kandang. Turun gunung. Meskipun turun, dipastikan perjalanan pun akan tetap berat. Berat beban akan sama terasa di lutut.
Diperjalanan, ada warung lagi.warung tertinggi di Indonesia. Keren ya, warung tertinggi. Lengkap. Tidak kalah dengan warung-warung pada umumnya. Kalian mau apa? Di warung itu ada. Minuman anget dan botolan, ada. Warung itu berlatar puncak dan awan-awan. Perjalanan dilanjutkan lagi. Mumpung semua jalan seperti ‘bonusan’, rombongan itu tidak selambat saat mendaki. Jalanan kali ini lumayan ‘datar’. Tetapi ada beberapa orang yang kesulitan saat tururn. Lutut gemetar, kepleset oleh kerikil-kerikil, kaki yang kurang mantap menapak, mata yang tidak konsentrasi pada jalan sehingga gloyar gloyor. Ya, konsentrasinya melihat pemandangan istimewa. Pemandangannya asik memanjakan mata.Nikmati pemandangannya, konsentrasi pada jalannya.
Mereka berjalan, lalu sejenak berhenti sekadar untuk ‘menyapa’ edelweiss. Jalan lagi, berhenti lagi. lalu rombongan itu dihadapkan kepada dua jalan yang bercabang, dimana di dekatnya ada pohon yang indah. Jalan yang satu menurun, sedangkan yang lain agak menanjak. Mereka galau. Wulan dan beberapa rombongan agak turun untuk beristirahat di bawah sebuah pohon.Mbak Nanda juga turun.Saat galau melanda, akhirnya rombongan itu memutuskan untuk memisah.Wulan yang sudah turun mengikuti mbak Nanda. Rombongan yang mengikuti jalan menurun adalah Wulan, Sal, Anggi, Andra, mba Ika, mas Ali dan Antonio dan entah siapa lagi. Lupa. Sisanya, menuju jalan yang agak menanjak. (Jalak sudah beraksi saat itu. Siapapun sudah harus peka dan konsentrasi dengan alam.) Hemmh… turun sih turun ya, tapi depannya siapa yang tahu.Jalan itu benar atau tidak. Mereka yang mengikuti jalan menurun, galau lagi ditengah jalan karena ada jalan yang bercabang lagi. setelah mengikuti ‘perasaan’, akhirnya diputuskan untuk mengambil jalan menanjak. Yang dianggap menuju jalan kebenaran. Dan benar saja, di atas rombongan itu kembali bersatu.Yeey, aku terharu. Mereka kembali berjalan. Ada yang tertinggal, ada yang duluan. Wulan agak di depan. Karena segera ingin cepat-cepat turun karena sepertinya ia membayangkan kamar mandi, Wulan jalan agak cepat. Dan waaw, sensasi jalan sendiriannya itu, sungguh istimewa. Meskipun hari terang benderang. Meskipun aku tergantung di tas yang di bawa oleh orang lain, aku tahu. Tetapi untungnya ada yang mengikuti. Ternyata 2 adik tingkat, yaitu Sep dan Il. Mereka bertiga berjalan agak cepat. Wulan merasa benar-benar ingin cepat ke kamar mandi, dan ternyata 2 orang temannya juga begitu. Makanya mereka bertiga jalan cepat. Pun ingin cepat bertemu mbak Nanda. Password selalu dibunyikan. Yang belakang mulanya dekat, tetapi semakin lama semakin jauh tidak terdengar.Jadilah mereka bertiga jalan. Pemandangannya indah, tapi ada ‘yang tidak indah’. Itulah gunung. Jalan semakin cepat, rombongan paling belakang yang paling banyak semakin tertinggal. Ada pada saat Wulan dan 2 temannya istirahat, dan diketahui pada akhirnya kalau mereka kehabisan air. Rombongan itu tidak membawa air. Jadilah hasrat sampai basecamp agar cepat minum es teh semakin kuat. Beberapa saat kemudian, muncullah Wawan. Wulan bersama 3 orang. Terlihat pemandangan tebing yang indah, suara angin yang menderu, lembah, dan beberapa edelweiss kecil sepanjang jalan. Perjalanan Wulan ‘agak sepi’, karena adik-adik tingkatnya pendiam. Mungkin mereka agak bagaimana karena jalan dengan mbak-mbak baru kenal.Wulan pun belum bisa leluasa berceloteh karena merasa paling tua dan takut dibilang sok akrab. Karena tidak ingin merasa yang aneh-aneh, jadilah Wulan mulai bicara-bicara tidak penting, minta foto, sok-sok haha hihi (sendirian) agar suasana tidak hening. Hehe.. ini gunung. Beda cerita kalau berceloteh di keramaian, ya. Biar tidak sepi dan membuat takut. Semakin berjalan melewati pos-pos, akhirnya mereka berempat bertemu mbak Nan dan mbak Nin. Lalu muncul juga mas Ali dan Antonio, juga Bimo. Rombongan yang tertinggal sebagian besar perempuan, bersama Leli yang keren.
Turun, jalan, berhenti, jalan. Berhenti di sebuah tanah yang agak lapang, tanpa air.Tetapi ada orang baik hati memberi air minum. Betapa senangnya mereka. Tenggorokan akhirnya di basahi. Semakin dekat dengan basecamp, hari sudah gelap.Jadilah langkah kaki dipercepat lagi. Malam datang, ‘mereka’ juga datang.Haha. Sekitar pukul 18.30, Wulan tiba di basecamp. Alhamdulillah. Tetapi yang di bawah masih was-was dengan yang dibelakang. Saat ada yang berencana ingin menjemput, Leli dkk akhirnya tiba. Mereka selamat. Wajahnya lelah.Tetapi aku yakin, dalam hati mereka pasti banyak sekali mengucapkan rasa syukur dan puji-pujian kepada Allah karena sukses sampai bawah.
Di basecamp, ada yang masak anget-anget, ada yang nganget, dan ada yang anget-angetan. Setelah Wulan mandi, dia nganget. Begitu pula dengan yang lain. Mereka menunggu mobil yang akan membawa menuju stasiun. Ternyata di sana sedang ada acara. Dan ternyata di sana ada dupa, dan ternyata tidak ada yang jadi membeli es teh. Dinginnya itu lho, istimewa.
Setelah menunggu beberapa jam, mobil yang ditunggu tiba. Pada saat itu pula 2 dari rombongan mbak Nanda itu berpisah. Wulan dkk akhirnya bisa tidur cukup nyenyak dalam mobil. Alhamdulillah.
Rombongan tiba di Solobalapan. Di sanalah mereka tidur, sambil menunggu kereta ke Poncol yang berangkat pukul 05.25. Sebelum tidur, tentu saja mereka bercerita dahulu. Ternyata banyak cerita menarik dan lucu dari setiap orang. Rombongan bercarrier, wajah lelah, dan penampilan seadanya, tetapi punya pengalaman luar biasa itu, dengan cueknya tidur sembarangan di emperan stasiun. Mereka adalah anak-anak muda pemberani.
Setelah salat subuh, rombongan naik kereta menuju Poncol.Akhirnya, perjalanan Hargo Dumilah telah usai.
Selamat membagikan ceritamu, wahai petualang.
Selamat memupuk kembali kekuatanmu untuk perjalanan selanjutnya.
Selamat berencana untuk menuju puncak-puncak yang lain.
Indonesia itu indah.

Lawu, 14-15 Mei 2015 (Start: Cemoro Sewu, Finish: Cemoro Kandang)

Dari mata seorang petualang, dapat kau tahu seberapa lelah kaki mereka
Dari mata seorang petualang, dapat kau tahu seberapa sakit punggung mereka
Dari mata seorang petualang, dapat kau tahu seberapa keras dan cepat detak jantung mereka
Dari mata seorang petualang, dapat kau tahu seberapa banyak mereka mengeluarkan peluh

Dari mata seorang petualang pula, dapat kau tahu seberapa jauh kaki mereka melangkah menuju tempat-tempat di mana tetes surga diturunkan
Dari mata seorang petualang pula, dapat kau tahu seberapa kuat punggung mereka memikul beban untuk dijadikan bekal yang menemani mereka menikmati indahnya tanah air
Dari mata seorang petualang, dapat kau tahu seberapa banyak ucapan rasa syukur, puji-pujian, dan doa kepada Tuhan. Sebanyak dan sekeras detak jantung mereka.
Dari mata seorang petualang, dapat kau tahu bahwa setiap keringat yang mereka teteskan adalah memiliki cerita.

Untuk para pecinta terbit dan terbenamnya matahari.
Untuk para pecinta pasir, lautan, batuan, dan hutan.
Untuk para pecinta seni dan keindahan.
Untuk para pecinta tantangan.
Untuk kalian, para pecinta keagungan Tuhan.emoticon-Malu (S)

NB: Bawalah kartu identitas kemanapun kalian pergi.
My Urib, My Adventure
Cerita ini dilihat dari sudut pandang sebuah boneka yang ikut dalam perjalanan ini.
emoticon-Mewek
0
2.7K
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Catatan Perjalanan OANC
Catatan Perjalanan OANCKASKUS Official
1.9KThread1.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.