Siapa bilang warga Jakarta tidak menyukai kepribadian Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang emosional dan selalu blak-blakan? Buktinya, berdasarkan hasil survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS), dari 400 responden, ternyata 42,50 persen menyatakan menyukai aspek kepribadian Basuki.

Sedangkan, responden yang menyukai Basuki dari sisi prestasi dan kinerja pemerintahan tercatat sebanyak 29,25 persen. Selanjutnya, yang melihat karakter pemerintah sebanyak 16,75 persen responden.

Peneliti dari CSIS, Arya Fernandes mengatakan, saat ditanya dimensi apakah yang paling disukai tentang Basuki, sebagian besar responden mengatakan menyukai aspek kepribadian Basuki.

"Jadi, mereka suka dengan kepribadian Basuki, mulai dari sikap dan sifatnya yang selama ini blak-blakan sangat disukai warga. Baru disusul prestasi kinerjanya," kata Arya saat memberi keterangan pers hasil survei CSIS di Gedung CSIS, Jalan Tanah Abang III, Jakarta Pusat, Senin (25/1).

Dukungan yang diberikan warga kepada Basuki tidak hanya menyukai kepribadiannya yang dinilai beberapa kalangan terlalu kasar dan arogan. Dukungan diberikan saat terjadi konflik antara Basuki dan DPRD DKI terkait masalah uniterruptable power supply (UPS), serta konflik Basuki dengan pengelola sampah dan Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi.

Dari hasil survei penilaian publik terhadap konflik Basuki dan DPRD DKI, sebanyak 53,75 persen responden menyatakan Basuki telah bertindak tepat dalam mengungkapkan kebenaran kasus dugaan korupsi pengadaan UPS. Sementara 29 persen responden menyatakan tidak tepat.

Lalu konflik Basuki dengan pengelola sampah dan Pemkot Bekasi terkait TPST Bantargebang, sebanyak 60 persen responden menyatakan dukungannya kepada Basuki. Hanya 25,75 persen yang menyatakan tidak tepat, dan sisanya 13,25 persen lebih memilih tidak menjawab.

"Artinya, publik mendukung apa yang dilakukan Basuki sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk kemajuan Kota Jakarta yang lebih baik," ujarnya.

Kondisi seperti ini, membuat 93,75 persen responden menyatakan bangga menjadi warga Jakarta. Sedangkan, hanya 4,5 persen responden yang menyatakan tidak bangga, dan selebihnya, 1,75 persen menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab.

"Jadi, meski Jakarta ada kemacetan dan masih menghadapi berbagai persoalan publik, banyak warga yang menyatakan tetap bangga menjadi warga Jakarta," tegasnya.

Arya menegaskan survei dilakukan mulai tanggal 5-10 Januari 2016 melalui wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Margin eror survei ini mencapai 4,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Distribusi sampel disebar ke lima wilayah, dengan komposisi Jakarta Timur sebanyak 27,50 persen, Jakarta Barat 23,75 persen, Jakarta Selatan sebanyak 22,50 persen, Jakarta Utara sebanyak 16,25 persen, dan Jakarta Pusat 10 persen.

"Kita tidak memasukkan Kepulauan Seribu karena jumlah pemilihnya tidak signifikan. Untuk data responden, kita memakai daftar pemilih yang digunakan saat Pemilihan Presiden 2014," tuturnya.

http://www.beritasatu.com/megapolita...an-basuki.html

Hari ini ramai berita rilis survey CSIS tentang kinerja Ahok. Gagal bekerja nyata alhasil lembaga survey pun dikerahkan ya ?