Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • Education
  • Kalau Begini Siapa Yang Salah GURU atau SISTIM PENDIDIKANNYA????

muhamadbagusAvatar border
TS
muhamadbagus
Kalau Begini Siapa Yang Salah GURU atau SISTIM PENDIDIKANNYA????
Sudah lama tidak posting di forum kesayangan orang indonesia ya KASKUS, karena emang si penulisnya lagi sok sibuk di dunia nyata, oke kali ini saya akan berbicara tentang sistim pendidikan di indonesia dan juga sedikit bercerita, kenapa sih kok banyak koruptor, pengangguran mungkin buat anda yang punya pemikiran kritis akan tau jawabannya setelah membaca semua.

oke yang pertama saya ucapkan selamat hari pendidikan nasional tahun 2015, ya walaupun terlewat dua hari lalu, namun admin mau keluarkan unek-unek di dalam hati ane yang beberapa abad ini masih terpendam….(cieeee)

Indonesia merdeka pada tahun 1945 atau 69 tahun yang lalu dan mau mendekati 70 tahun di tahun 2015 ini, iya ini bukan umur yang sangat muda, ini mungkin sudah sangat tua kalau terjadi pada manusia, namun kenapa kita kok masih menjadi begini, seperti, dan kayak gini.

kenapa kita masih begini, karena kita masih kurang sumber daya manusia yang berkompeten dan unggul, kenapa masih kurang? jawabannya ada di sistim pendidikan kita, ya memang sistim pendidikan kita tujuannya sangat bagus, namun dalam pengaplikasiannya masih sangat kurang dari kata-kata memuaskan.

kenapa kurang memuaskan jawabannya adalah Sistem Pendidikan Indonesia yang berorientasi pada nilai. Lihat kata terakhir PADA NILAI, ya sistim seperti ini seharusnya tidak harus dikembangkan atau di aplikasikan, karena para guru yang salah dalam mengartikannya, banyak guru lebih mementingkan nilai intelektual dari seorang siswa, padahal yang terpenting bukan nilai, tapi pemahamannya, para guru tidak mementingkan nilai kejujuran, nilai tanggung jawab, dan nilai disiplin. padahal untuk membentuk suatu tatanan manusia yang unggul tidak hanya dibutuhkan intelektual saja, namun ada dari emosi dan spiritual. Namun anehnya sistim ini sudah dilakukan semenjak dari tingkatan Sekolah Dasar dan sampai perguruan tinggi.

lalu ada juga sistim pendidikan terbuka, di sistim ini siswa diharuskan untuk dapat bersaing dengan teman-teman dalam berfikir kreatif dan inovativ ( PADAHAL KEMAMPUAN MASING-MASING SISWA ITU BERBEDA-BEDA.)

namun apakah sistim diatas sudah dijalankan dengan semestinya? jawabannya tidak

lihat contoh dibawah, contoh kasus ini saya ambil saat penulis masih di SMP…

contoh kasus saya waktu SMP saya mempunyai teman yg pintar, dia sudah telalu di mindset guru” kalau dia pintar dan emhhh katakanlah selalu benar ( itu kalau dimata guru ), waktu pembagian hasil ulangan, saya terkejut melihat nilai saya tidak melebihi KKM, saya melihat teman saya yg pintar nilainya tinggi, lalu saya amati eh jawabannya hampir sama dengan punya saya ( saya tidak mencontek dia, dan saya juga tidak mencontek jawaban teman lain ), jawaban saya tidak melenceng jauh, saya coba protes kepada guru saya itu, kenapa jawaban saya yg hampir sama dengan teman saya yg pintar kok disalahkan… apa yang guru saya katakan sangat mengejutkan saya…

dia bilang karena teman saya yg pintar itu sudah ter’mindset diotaknya kalau dia itu pintar dan selalu benar…..padahal kalau dilihat dari jawabannya yang saya samakan dan saya suruh untuk mengoreksi guru lain yang mengajar mapel yang sama, dia mencoba mengoreksi dengan analisisnya, dan dia menjawab kalau jawaban saya tidak terlalu jauh dari jawaban teman saya satunya, dan kalau di beri nilai katanya nilainya tidak jauh-jauh amat dari teman saya yg pintar itu. nah kalau hal yang begini di teruskan di sistim pendidikan indonesia, jadinya apa coba? pasti banyak pengangguran….

ya guru diatas sudah sangat yakin kalau orang pintar itu akan selalu benar, dan kejadian seperti harus saya alami kedua kalinya di saat saya SMK, bukannya saya tidak terima dengan keadaan ya, namun saya menjadi prihatin, kalau teman-teman saya yang kurang pintar, malah menjadi malas belajar, ya karena kurang pemerataan dalam memberi materi dan juga masih adanya pilih kasih seperti itu.

apa sih yang harus dilakukan kalau sudah begini? seharusnya guru bisa sadar kalau dia mengajar tidak hanya 1 atau 2 orang, dia mengajar banyak siswa dengan latar pemikiran yang berbeda dan dengan daya ingat yang berbeda pula, para guru seharusnya lebih mengutamakan anak yang masih belum terlalu menguasai sebuah materi, hal ini yang tidak akan ada lagi kasus mencontek atau apapunlah. siswa yang kurang paham pasti akan bingung saat ulangan dan akhirnya ya memilih mencontek dengan cara instan agar nilai bisa baik.

hal ini yang mengakibatkan banyaknya kasus korupsi, karena dari kecil sudah memilih cara instan sampai besarnya pun mereka memilih banyak harta (kaya) lewat cara instan.

para guru harusnya tahu tugas mereka adalah mencerdaskan semua anak bangsa ini, ya sudahlah mereka lebih tahu dari pada saya, namun coba mulai sekarang untuk bisa menerima kekurangan dari muridnya tidak hanya kelebihan saja.

oke sedikit argumen yang bisa saya sampaikan, saya mohon maaf apabila tulisan saya ini menyinggung dari seseorang atau kelompok, tulisan ini didasari dari hati saya yang melihat kondisi pendidikan yang carut marut.

tidak semua guru itu seperti kasus diatas, banyak yang sangat baik menjunjung tinggi nilai demokratis tanpa ada pilih kasih, semoga di peringatan Hari pendidikan Naional tahun 2015, kita dan seluruh elemen pendidikan bisa menjunjung tinggi program pemerintah untuk pemberdayaan SDM. agar menjadikan indonesia lebih baik dan maju.

NB : INI TULISAN SAYA ASLI TANPA ADA COPAS DARI SUMBER LAIN, JADI INI PEMIKIRAN, MUNGKIN PEMIKIRAN SAYA DAN PEMIKIRAN ANDA BERBEDA.
0
1.8K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
EducationKASKUS Official
22.5KThread13.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.