MORAL-POLITIK.COM – Ternyata, postingan Jonru di fanpage miliknya tentang pelaku bom Sarinah ditanggapi oleh akun Krisna Murti. Sebagaimana diketahui, Komisaris Besar (Kombes) Pol Krishna Murti merupakan Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) di Polda Metro Jaya.

Lelaki berusia 45 tahun ini sontak jadi idola kaum hawa lantaran aksi heroiknya memimpin penyergapan teroris bom Sarinah, Kamis (14/1/2016). Dia selalu berada di depan dalam peristiwa bom Sarinah, memberi aba-aba pada anak buahnya untuk bisa menertibkan keadaan.

Namun, aksi heroik Kepolisian dalam penyergapan teroris bom Sarinah tersebut seakan pupus di mata Jonru. Di fanpage miliknya, Jonru menulis:

Pelaku Bom Sarinah Cuma Amatiran?

Berikut analisis yang ditulis oleh seorang netter bernama Denny Ajd. Dan terlepas dari analisis beliau, saya juga berpendapat bahwa aksi teroris kemarin itu memang sangat amatiran.

Memang kita sangat prihatin atas musibah tersebut. Kita ikut berduka-cita untuk para korban yang tewas maupun cedera. Namun melihat ledakan bomnya yang sangat kecil (bahkan mobil di dekatnya pun hanya ringsek sedikit, ledakan di pos polisi pun hanya merusak bangunan, tidak sampai ambruk atau hancur), pelaku yang narsis seperti bintang sinetron, dan sebagainya, jelas sekali terlihat bahwa itu memang amatiran.

Itu hanya teror kecil, tapi gaungnya skala internasional. Mungkin gaungnya itulah yang menjadi tujuan si teroris.

Dan karena amatiran, rasanya TIDAK MUNGKIN aksi teror seperti itu dilakukan oleh ISIS yang katanya ditakuti oleh Amerika.

Berikut analisis Denny Ajd yang saya copas dari statusnya:

=====

Gak usah spekulasi bawah pelaku teror adalah pro atau punya latar belakang militer.

Mereka cuma amatiran.

Ini analisa saya sbg ‘tukang nembak’

A. Kokang senjata (tarik slide) pake tangan kanan? Kenapa? Keras ya slidenya?

(Pro kalau nembak pake tangan kanan, kokang pake kiri)

B. Jari kok masuk trigger guard? Clumsy sekali?

(Pro jarinya lurus, posisi aman jauh dari picu)

Dan cuma amatiran yg kokang2 senjata ketika mau beraksi. Pro itu udah kokang dari awal.

Kenapa amatir gak kokang dari awal? Karena amatir takut dengan senjata yang posisi peluru sudah di kamar tembak (chamber) karena dia pikir bisa meleduk di celana.

C. Kok posisi jempol kiri menutupi jempol kanan? Gak bisa nahan recoil klo gini.

(Pro, jempol kiri berada dibawah jempol kanan dan sejajar. Kedua jempol mengarah sejajar dengan laras)

D. Kok sikutnya bengkok? Recoilnya (hentakan) gak terkontrol donk.

(Pro, tangan lurus. Recoil terkontrol, hasil bidik lebih akurat, fisir senjata tidak buram)

Kesimpulan:

Mereka MILITAN. Dilatih oleh militan pula, BUKAN standart militer.

Gak perlu ambil pusing…

Postingan di fanpage Jonru tersebut ditanggapi beragam oleh netizen, baik yang mendukung maupun yang menyayangkan analisa tersebut. Postingan tersebut juga dikomentari oleh akun facebook Krishna Murti. Ini komentarnya:

“Suatu hari; saya akan ajak Jonru kerja dg saya, merasakan desingan peluru dan dilempar bom.. Setelah itu silahkan menulis sesukanya; negara demokrasi.”

Komentar Kombes Pol Krishna Murti kontan mendapat dukungan dari netizen lainnya. Bahkan, mereka mentertawakan Jonru yang tidak berani muncul membalas komentar dari Kombes Pol Krishna Murti.

“Jangan kasus yang besar2 dulu ndan, ajak jonru nangkap begal bersenjata aja dulu, kita lihat ada nyalinya apa ga?” tulis Fery Aloysius Situmeang membalas komentar Kombes Pol Krishna Murti.

“Jiahhh diajak sm yg “berantas teroris” pura2 budeg…. cemen or pengecut???? Makanya mulut jgn jontor… apalagi lo bilang pengalihan issu #mikir,” tulis akun Rully Arie.

“Jonseee tuh lu diajak komandan Krishna Murti …muncul woyyyy ngumpet aje kaya banci diuber kantib,” komentar akun Kiki Flowy.

B&P.com

[img][/img]