Mulai 5 Januari mendatang, pembeli BBM bakal terkena dana ketahanan energi sebanyak Rp 200/liter untuk premium dan Rp 300/liter untuk solar. Ternyata di tengah masyarakat banyak juga lelaki yang sudah lama memanfaatkan dana ketahanan syahwat dari WIL-nya. Maksudnya, karena dia mampu memuaskan nafsu gendakannya di atas ranjang, jaminan ekonomi selalu tersedia.

Rosid warga Semanding, Kabupaten Tuban, selama ini dikenal sebagai keluarga golekmah (golongan ekonomi lemah). Sumber penghasilannya sangat mengandalkan kekuatan tenaganya sebagai buruh. Bila bekerja dengan getol, akan memperoleh uang banyak. Tapi jia kerjanya males-malesan, uang yang dibawa pulang juga tidak banyak.

Ini sangat berkebalikan dengan tetangga dekatnya, keluarga Bahrun, 45. Sejak suami jadi TKI ke Timur Tengah, ekonomi keluarga itu mulai terjamin. Setiap bulan Ny. Ratih selalu terima kiriman real dari Arab Saudi. Maka rumahnya cukup mentereng, koleksi sawahnya juga makin luas. Belum lagi kendaraan roda dua, di rumah itu juga lebih dari satu.

Tapi kebutuhan manusia sudah berkeluarga kan bukan hanya itu. Secara materil Ny. Ratih sudah tercukupi. Tapi soal onderdil, ini yang payah. Sejak suami jadi TKI setahun lalu, tak ada lagi pasokan. Ny. Bahrun sudah punya HP canggih yang bisa BBM dan WhatsApp segala, tapi tak bisa juga menghapus rindunya pada suami.

Untung dia punya tetangga yang punya kepedulian “sosial”. Melihat Ny. Ratih yang cantik, Rosid dengan cepat melakukan tanggap darurat syahwat. Apakah dia main tubruk saja? Tentu saja tidak, karena Ny. Ratih yang selalu memberikan sinyal-sinyal asmara padanya. Nah, sebagai lelaki normal, mana mungkin nampik rejeki nomplok.

Maka sekali waktu Rosid berhasil memuaskan dahaga syahwat Ratih yang selama ini tak terpenuhi. Buruh angkat junjung ini ternyata juga mampu ngangkat Ratih ke atas ranjang. Dan karena istri Bahrun ini merasa puas atas permainan Rosid, saat pulang dia diberinya uang dana ketahanan syawat Rp 100.000,- Ini sungguh luar biasa. Dana ketahanan energi hanya Rp 200-300,- perliter, sedangkan Ratih berani memberi Rp 100.000,- untuk sekian Cc.

Sungguh berbahagialah Rosid. Sudah berhasil mengencani bini tetangga putih pulen kayak beras Cianjur, masih juga dapat imbalan uang cukup lumayan. Maka itu artinya, jika seminggu dia 3 kali melayani Ratih, maka sebulan akan menerima Rp 1,2 juta tanpa dipotong pajak penghasilan. Tapi ya itu tadi, ketahanan syahwat harus selalu dijaga agar tetap prima.

Enak bagi Rosid-Ratih, tapi eneg bagi warga sekitarnya. Sudah lama mereka mendengar isyu bahwa antara Rosid – Ratih ada “permufakatan jahat” yang bukan jangkauan KPK dan Kejaksaan Agung. Masalahnya, itu semua baru sebatas isyu. Jangankan bukti perselingkuhan itu sendiri, lha wong rekamannya saja tidak ada.

Beberapa hari lalu, hal yang selama ini baru isyu, ada warga yang memergoki bagaimana Rosid membuktikan ketahanan syahwatnya atas Ny. Ratih. Maka penggerebekan segera dilakukan, dan kemudian keduanya diarah ke kantor Kades. Dalam pemeriksaan dia mengakui soal dana ketahanan syahwat itu.

Rosid benar-benar enak di kantong, nyaman pula bagi “si entong”.

Sumber

asik nih dana ketahanan syahwat