zitizen4rAvatar border
TS
zitizen4r
Setahun Berkuasa, Rezim Jokowi Bikin Utang Hingga 563 Triliun, Ngalah2in Eyang Dulu!
Utang Hingga 563 Triliun, Jokowi Presiden Pemberani
December 16th, 2015

SICOM ‎”Dalam setahun nambah utang hingga Rp. 563 triliun lebih” tulis Pengamat Ekonomi, Salamuddin Daeng di pesannya.

‎Melihat sepak terjang Pemerintahan Jokowi dalam satu tahun pemerintahannya, Daeng mengatakan pantas lah Presiden Jokowi mendapatkan julukan Presiden Pemberani.

“Kebernaian luar biasa Jokowi ditunjukkan oleh kebijakan nya yang menimbun utang. Nilai penimbunan utang negara belum pernah diraih oleh Pemerintahan manapun sepanjang sejarah Republik Indonesia,” jelasnya, Rabu (16/12).

Dalam ukuran prilaku sebagian besar rakyat Indonesia utang yang benar adalah hal yang menakutkan. Mengapa? Karena bisa menjadi bahan pergunjingan tetangga dan kerabat, selain ketakutan didatangi tulang tagih atau debt collector.

“Namun cara berfikir kebanyakan rakyat ini tidak berlaku bagi Presiden Jokowi. Satu tahun Pemerintahannya digunakan dengan sangat efektif dalam menumpuk utang,” tambah dia.

“Dalam laporan bank dunia Desember 2015 disebutkan utang pemerintah berdenominasi valuta asing mengalami peningkatan sebesar 80 persen. Disebutkan tanggal 2 Desember, pemerintah telah menerima Rp.510,4 triliun dari penerbitan sekuritas dan 3,89 miliar dolar AS (sekitar 53 triliun rupiah) dari pinjaman resmi luar negeri,” sambung Daeng.

Melihat besaran utang dalam Setahun tersebut, patut dinilai sebagai kebernaian yang besar dan mental baja.

“Tidak hanya kebernaian dalam menghadapi dan menanggung tagihan, namun lebih jauh lagi Presiden Jokowi dengan sangat berani mencatut Tri Sakti Bung Karno‎ untuk dijadikan barang dagangan mendapatkan utang,” tukas dia.
http://www.siagaindonesia.com/2015/1...iden-pemberani


Duh, Utang Jokowi Lebih Besar daripada 30 Tahun Soeharto Berkuasa
Sabtu (28/2/2015).



intelijen – Antara tahun 1967 sampai dengan tahun 1997 Soeharto hanya menciptakan utang pemerintah sebesar USD 53,864 miliar.

Dalam periode tersebut Soeharto mempertahankan nilai tukar rupiah terhadap USD rata rata Rp 1.692. Dengan demikian Soeharto hanya menciptakan utang sebesar Rp 91 triliun.

Demikian dikatakan peneliti dari Indonesia For Global Justice (IGJ) Salamuddin Daeng kepada intelijen, Sabtu (28/2).

Menurut Salamuddin, Jokowi tahun 2015 ini akan menciptakan utang sebesar Rp. 451,8 triliun yang bersumber dari SBN dan sebesar Rp. 48,6 Triliun yang bersumber dari luar negeri.

“Secara keseluruhan Jokowi tahun ini akan menciptakan utang sebesar Rp 500,4 triliun,” paparnya.

Padahal dikatakan bahwa Jokowi effect akan mampu memperkasakan rupiah. Namun yang terjadi sebaliknya, rupiah makin terpuruk. BI telah melakukan strest test antisipsi rupiah pada nilai Rp. 16.000/USD. Jokowi sejauh ini belum melakukan apa apa dalam menjaga stabilitas moneter.

Jokowi dalam setahun saja akan menciptakan utang sebanyak 5,5 kali utang Soeharto selama periode 1967 – 1997 (30 tahun).

“Bagaimana jika Jokowi berkuasa lima tahun ? maka utang yang akan dia ciptakan utang Rp. 2500 triliun,” pungkas Salamuddin.
http://www.intelijen.co.id/duh-utang...arto-berkuasa/


Satu Tahun Jokowi-JK, Tahun Kemalangan
Senin, 19 Oktober 2015 - 11:21 wib

JAKARTA - Kinerja satu tahun pemerintahan Jokowi-JK dinilai oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sebagai tahun Kemalangan. Hal itu disebabkan kinerja pemerintahan Jokowi-JK masih jauh dari Nawacita yang dijanjikan. Di sisi lain, rakyat Indonesia justru dibuat semakin menderita dan tertekan.

KAMMI mencatat ada 12 kemalangan rakyat Indonesia dalam satu tahun pemerintahan Jokowi-JK. Salah satu kemalangan terbesar itu adalah janji Nawacita yang diingkari dan dilupakan oleh pemerintahan Jokowi-JK.

“Sebutan Jokowi Pembohong, Presiden Pinokio, dan lain sebagainya adalah bentuk hilangnya kepercayaan masyarakat yang disebabkan Jokowi yang ingkar pada Nawacita dan seluruh janji politiknya,” ujar Ketua Umum Pengurus Pusat KAMMI Kartika Nur Rakhman, Senin (19/10/2015).

Kemalangan lain rakyat Indonesia adalah utang yang kian menumpuk dan berpotensi membuat BUMN dikuasai Asing. Utang atas nama Infrastruktur seperti mengulang kesalahan sejarah yang dibongkar John Perkins dalam Economic Hitman.

“Ini adalah ancaman serius bagi kedaulatan ekonomi, politik, dan ketahanan nasional bila utang rezim Jokowi yang kian menggunung membuat bangsa Indonesia tersandera,” paparnya.

Berikut 12 kemalangan yang dialami rakyat Indonesia dalam #TahunKemalangan setahun pemerintahan Jokowi-JK:

Pertama, janji Nawacita yang ternyata diingkari dan diabaikan sendiri oleh Jokowi-JK, sehingga rakyat tidak lagi bisa berharap pada janji manis Jokowi-JK; Kedua, utang yang kian menumpuk dan mengancam kepemilikan BUMN dan kedaulatan bangsa; Ketiga, politik pencitraan dan propaganda yang dijadikan solusi penderitaan rakyat. Jokowi menganggap selesai masalah hanya dengan pencirtraan, sehingga penderitaan rakyat tak kunjung mendapat solusi; Keempat, rupiah melemah dan kini stabil di nilai lemah yang menghantam daya beli masyarakat dan Industri; Kelima, buruh/ pekerja pribumi yang terabaikan dengan PHK, impor tenaga kerja Tiongkok dan RPP Pengupahan yang memiskinkan buruh/ pekerja pribumi.

Kemalangan keenam, korupsi kian marak terutama di barisan pendukung Jokowi dan upaya pelemahan KPK sebagai upaya Jokowi-JK dan pendukungnya menghindari hukuman atas korupsi yang dilakukan; Ketujuh, harga BBM yang mahal dan inkonsistensi pemerintah dalam menurunkan harga BBM; Kedelapan, insiden yang mencederai kerukunan umat beragama disertai sikap pemerintah yang tidak berimbang terhadap persoalan yang mencederai umat Islam; Kesembilan, bencana asap akibat pembakaran hutan yang menyiksa jutaan rakyat di Sumatera dan Kalimantan yang tidak ditanggapi serius dan cepat oleh Pemerintahan Jokowi-JK.

Kemalangan kesepuluh, Jokowi-JK sibuk memuaskan partai dan pendukung dengan obral jabatan; Kesebelas, buramnya identitas dan latar belakang Jokowi terus menjadi polemik dan tidak segera dijawab dengan tuntas oleh Jokowi. Padahal, kejujuran identitas diri adalah pangkal kepercayaan; dan kemalangan kedua belas adalah terbungkamnya aktivis pro-demokrasi dan pejuang penderitaan rakyat yang selama Orde Baru hingga era SBY lantang bersuara kini diam dan menjadi antek Jokowi dalam menindas rakyat.

Tahun kemalangan ini, lanjut Nur Rakhman, adalah bukti bahwa kepemimpinan Jokowi membawa kesengsaraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Sementara beberapa media massa baik cetak dan elektronik berupaya memanipulasi fakta, kebenaran, dan realitas sehingga membuat masyarakat tidak menyadari apa yang terjadi.

“Maka, tahun kedua pemerintahan Jokowi-JK adalah Tahun Kebangkitan gerakan rakyat dan mahasiswa untuk mengawal hak dan cita-cita bangsa dan rakyat Indonesia. Pemerintahan Jokowi-JK harus diluruskan sehingga tidak ada lagi kemalangan. Bila ikhtiar meluruskan kandas, maka kita rakyat dan mahasiswa akan bersatu mengakhiri pemerintahan Jokowi-JK,” pungkasnya.
http://news.okezone.com/read/2015/10...hun-kemalangan


BI Peringatkan Posisi Utang Indonesia
21 September 2015 | 13:23

KATADATA – Bank Indonesia mengumumkan posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Juli lalu sebesar US$ 303,7 miliar. Dari jumlah tersebut, utang luar negeri sektor swasta paling banyak, yakni US$ 169,2 miliar atau 55,7 persen dari seluruh pinjaman. Adapun sisanya, US$ 134,5 miliar, merupakan pinjaman sektor publik.

Menurut bank sentral, utang pada bulan tersebut tumbuh 3,7 persen (yoy), lebih lambat dibandingkan posisi Juni 2015 sebesar 6,3 persen (yoy). Perlambatan pinjaman ini terjadi di sektor swasta maupun publik. Utang swasta yang bertambah 6,7 persen pada Juli lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 9,7 persen. Faktor utamanya dipengaruhi oleh turunnya utang dagang. Adapun pinjaman sektor publik hanya tumbuh 0,3 persen, melambat dibandingkan posisi Juni sebesar 2,2 persen.

Walau melambat, BI memperingatkan agar pemerintah tetap berhati-hati. "Bank Indonesia memandang perkembangan utang luar negeri Juli 2015 masih cukup sehat, namun perlu terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian," demikian pernyataan BI pada Jumat, akhir pekan lalu.

Karena itu, bank sentral akan tetap memantau perkembangan pinjaman ini, khususnya di sektor swasta. Tujuannya agar utang luar negeri berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang mempengaruhi stabilitas makroekonomi.

Penyebaran utang swasta pada akhir Juli 2015 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, listrik, gas, dan air bersih. Keempat sektor tersebut menyedot utang swasta 76,1 persen. "Pertumbuhan tahunan utang luar negeri sektor pertambangan masih mengalami kontraksi, meskipun tidak sedalam yang terjadi pada bulan sebelumnya."

Sementara itu, data Kementerian Keuangan menunjukkan porsi utang dalam menutup kebutuhan negara tahun ini cukup besar. Hingga akhir Agustus lalu, realisasi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015 telah mencapai 110,9 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya pada periode yang sama. Adapun total penarikan pinjaman luar negeri dalam pembiayaan ini sekitar 20,8 persen dari APBNP 2015.

Atas posisi utang tersebut, sejumlah ekonom pernah menghawatirkanya. Karena itu, pemerintah diminta mengendalikan pinjaman luar negeri yang terus meningkat. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Hendri Saparini, menyatakan meski ada prospek perbaikan ekonomi global, kinerja ekspor belum tentu bisa langsung membaik. “Prospek bayar utang yang mengkhawatirkan karena 70 persen penerimaan ekspor berasal dari komoditas primer. Beban pembayaran utang yang tinggi akan menggerus cadangan devisa,” kata dia.

Sebelumnya, lembaga pemeringkat Standard & Poor’s memang telah menaikkan outlook peringkat utang Indonesia ke dalam kategori “layak investasi” pada Mei lalu. Namun, hal itu tidak serta merta mendorong masuknya modal. Persoalannya, kata Hendri, investor asing masih mengkhawatirkan kondisi perekonomian dunia.

Sementara itu, ekonom Bank Central Asia, David Sumual, mengatakan investor mulai memperhatikan posisi utang luar negeri Indonesia. Di tengah pelemahan nilai tukar saat ini, kenaikan rasio pembayara utang dikhawatirkan menggerus cadangan devisa. “Dari 21 negara emerging market, Indonesia masih belum cukup baik. Yang baik Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina,” kata David kepada Katadata.
http://katadata.co.id/berita/2015/09....zldn09I2.dpbs

-----------------------------

Kalo Eyang Harto dulu bikin utang selama 32 tahun berkuasa, masih ada bukti fisiknya yang bisa dilihat mata dan dirasakan rakyat. Lhaaaa kalo yang sekarang ini, apa?


emoticon-Turut Berduka
0
23.2K
244
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.