- Beranda
- Berita dan Politik
Bekukan PSSI, Menpora Dipuji Sekaligus Dicaci
...
TS
tukangkomen123
Bekukan PSSI, Menpora Dipuji Sekaligus Dicaci
Quote:
Jakarta - Langkah berani diambil Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, tahun ini yakni membekukan PSSI. Langkah yang mana membuatnya disorot tajam, menerima pujian sekaligus caci-maki.
Pada tanggal 18 April 2015, Imam mengeluarkan keputusan yang mengejutkan publik ketika dia meneken surat yang membekukan seluruh aktivitas PSSI. Keputusan ini dikeluarkan karena Imam menganggap PSSI tidak mematuhi dan mengabaikan kebijakan Pemerintah.
Saat itu Imam hanya meminta Liga Indonesia (QNB League) untuk tidak mengikutsertakan dua klub, yakni Persebaya Surabaya dan Arema Cronus FC, yang masih bermasalah dalam hal administrasi. Namun, PSSI tidak mengindahkannya dan tetap mengikutkan kedua klub itu.
Surat pembekuan itu keluar tak lama setelah PSSI mengadakan Kongres Luar Biasa (PSSI) yang memilih La Nyalla Mattalitti sebagai ketua umum baru menggantikan Djohar Arifin.
Pembekuan itu membuat PSSI murka dan merasa tidak terima di mana mereka lantas mengajukan banding ke beberapa tingkat pengadilan, sampai akhirnya di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN). Sampai saat ini belum ada keputusan akhir meskipun PTUN sudah memenangkan gugatan PSSI, karena pihak Kemenpora mengajukan banding lagi dan sudah masuk tingkat kasasi.
Guna mengisi kekosongan organisasi persepakbolaa nasional, Pemerintah kemudian membentuk Tim Transisi Reformasi Sepakbola Nasional yang beranggotan 17 orang dan diumumkan pada 8 Mei 2015 dan kemudian memilih mantan pimpinan KPK, Bibit Samad Riyanto sebagai Ketua.
Langkah pemerintah tersebut dianggap intervensi yang terlalu jauh oleh FIFA sehingga otoritas sepakbola internasional tersebut memberikan sanksi kepada Indonesia. Namun, Imam tidak bergeming karena upaya mereformasi persepakbolaan nasional tersebut mendapat dukungan penuh dari Presiden Joko Widodo.
Pemerintah juga seolah mendapat angin segar pembenaran setelah aparat keamanan Amerika Serikat menangkap sejumlah pucuk pimpinan FIFA atas dugaan penyuapan saat hendak menggikuti Kongres FIFA di Swiss.
Meski demikian, di balik pujian atas langkah Imam untuk mereformasi sepakbola dengan membekukan PSSI, ada juga kritik sekaligus caci maki. Pasalnya dengan PSSI dibekukan, maka otomatis kompetisi pun tidak bisa berjalan.
Tak ada kompetisi, berarti tidak pemasukan untuk para pesepakbola yang selama ini menggantungkan hidupnya dari olahraga itu. Banyak pesepakbola yang mengalami kesulitan keuangan dan mau tak mau Imam jadi sasaran tembak.
Di tahun 2016 yang sebentar lagi akan datang, Imam pun dituntut untuk segera menuntaskan persoalan sepakbola nasional jika tak ingin dicap sebagai "penutup rezeki" para pesepakbola.
Selain itu, PR yang harus diselesaikan Imam adalah membuat Tim Transisi "menyalak" mengingat sejak dibentuk Mei lalu, tidak ada kerja nyata dari tim yang diketuai Bibit Samad Rianto itu sejauh ini.
Bisakah, Imam?
Pada tanggal 18 April 2015, Imam mengeluarkan keputusan yang mengejutkan publik ketika dia meneken surat yang membekukan seluruh aktivitas PSSI. Keputusan ini dikeluarkan karena Imam menganggap PSSI tidak mematuhi dan mengabaikan kebijakan Pemerintah.
Saat itu Imam hanya meminta Liga Indonesia (QNB League) untuk tidak mengikutsertakan dua klub, yakni Persebaya Surabaya dan Arema Cronus FC, yang masih bermasalah dalam hal administrasi. Namun, PSSI tidak mengindahkannya dan tetap mengikutkan kedua klub itu.
Surat pembekuan itu keluar tak lama setelah PSSI mengadakan Kongres Luar Biasa (PSSI) yang memilih La Nyalla Mattalitti sebagai ketua umum baru menggantikan Djohar Arifin.
Pembekuan itu membuat PSSI murka dan merasa tidak terima di mana mereka lantas mengajukan banding ke beberapa tingkat pengadilan, sampai akhirnya di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN). Sampai saat ini belum ada keputusan akhir meskipun PTUN sudah memenangkan gugatan PSSI, karena pihak Kemenpora mengajukan banding lagi dan sudah masuk tingkat kasasi.
Guna mengisi kekosongan organisasi persepakbolaa nasional, Pemerintah kemudian membentuk Tim Transisi Reformasi Sepakbola Nasional yang beranggotan 17 orang dan diumumkan pada 8 Mei 2015 dan kemudian memilih mantan pimpinan KPK, Bibit Samad Riyanto sebagai Ketua.
Langkah pemerintah tersebut dianggap intervensi yang terlalu jauh oleh FIFA sehingga otoritas sepakbola internasional tersebut memberikan sanksi kepada Indonesia. Namun, Imam tidak bergeming karena upaya mereformasi persepakbolaan nasional tersebut mendapat dukungan penuh dari Presiden Joko Widodo.
Pemerintah juga seolah mendapat angin segar pembenaran setelah aparat keamanan Amerika Serikat menangkap sejumlah pucuk pimpinan FIFA atas dugaan penyuapan saat hendak menggikuti Kongres FIFA di Swiss.
Meski demikian, di balik pujian atas langkah Imam untuk mereformasi sepakbola dengan membekukan PSSI, ada juga kritik sekaligus caci maki. Pasalnya dengan PSSI dibekukan, maka otomatis kompetisi pun tidak bisa berjalan.
Tak ada kompetisi, berarti tidak pemasukan untuk para pesepakbola yang selama ini menggantungkan hidupnya dari olahraga itu. Banyak pesepakbola yang mengalami kesulitan keuangan dan mau tak mau Imam jadi sasaran tembak.
Di tahun 2016 yang sebentar lagi akan datang, Imam pun dituntut untuk segera menuntaskan persoalan sepakbola nasional jika tak ingin dicap sebagai "penutup rezeki" para pesepakbola.
Selain itu, PR yang harus diselesaikan Imam adalah membuat Tim Transisi "menyalak" mengingat sejak dibentuk Mei lalu, tidak ada kerja nyata dari tim yang diketuai Bibit Samad Rianto itu sejauh ini.
Bisakah, Imam?
http://sport.detik.com/sepakbola/rea...kaligus-dicaci
Olahraga paling gaduh tapi prestasi melempem
0
975
Kutip
6
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
672.1KThread•41.8KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya