Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mbahthoglongAvatar border
TS
mbahthoglong
MAKAM KI BAHU LAWE KYAI MERTINGGI KULUR TEMON KULON PROGO YOGYAKARTA
Di desa Kulur Temon Kulon Progo tepatnya di belakang Masjid Kulur, ada salah satu makam yang menjadi perhatian saya, sebuah makam di batu nisannya tertulis KI AGENG BAHU LAWE alias KYAI MERTINGGI beliau adalah salah seorang prajurit majapahit yang melarikan diri, di nisan itu juga tertulis angka tahun 1480 M yang membuat penasaran siapa sebenarnya sosok beliau? Setelah mancari informasi saya memdapat cerita manarik dan mengungkap siapakah sebenarnya baliau, beliau adalah cikal bakal desa kulur, KULUR berarti KUWU dan LUHUR, sedangkan artinya saya sendiri tidak paham.
Dan darimana beliau berasal? Beliau berasal dari majapahit yang malarikan diri dari kejaran prajurit kerajaan demak. Kyai mertinggi bersama sahabatnya bernama glagah wiro dan ki gebang, melarikan diri dari majapahit dan tibalah di desa kulur tepatnya di gunung songgo, kenapa di namakan gunung songgo? Karena penyebutan ini konon kabarnya karena mereka selalu sangga wang (bertopang dagu) meratapi nasib yang tak tentu rimbanya. Setelah berhari-hari di tempat itu merasa aman, maka mereka memutuskan untuk tinggal di tempat itu. Pada suatu hari warga sekitar berkeluh kesah karena beberapa hari warga satu persatu raib dan hilang, setelah di teliti warga yang hilang itu di makan seekor ular besar yang bernama sarpa pangan angin, wujutnya seperti belut besar hitam (keling) dan terdapat batu mustika kecubung di keningnya.
Mendengar keluh kesah penduduk mereka bertiga berembug memutar otak mencari cara untuk membinasakan ular yang membuat penduduk mengalami depresi mental dan ketakutan. Setelah berhari-hari, akhirnya mereka memutuskan untuk berperang dengan sang ular. Sebagai tameng pertahanan dibuatlah sebuah bronjong besar dari bambu wulung. Dan suatu sore mereka di antar oleh warga ke tempat persembunyian ular raksasa tersebut, berbekal beronjong dan keris segoro muncar, kyai mertinggi mulai bertempur dengan ular itu, kyai mertinggi di gebas buntut ular tersebut sampai ke (sekarang pasar dekat teteg rel) pertempuran semakin sengit, lalu beliau membalas menjebak ular tersebut masuk ke bronjong dan beliau habisi ular tersebut dengan pusakanya.
Akhirnya sang ular dapat dibinasakan, setelah pusaka keris bertubi-tubi dihunjamkan dan mendarat di sekitar leher sang ular tempat nyawa berada batu kecubung pun terlempar, tempat jatuhnya batu tersebut kini ditandai sebuah sumur bernama sumur bandung. Peristiwa terbunuhnya sarpa pangan angin itu terjadi pada hari kamis kliwon menjelang senja hari. Oleh penduduk bangkai ular besar itu kemudian digunakan sebagai tanggul untuk membendung air. Tempat beradanya bangkai ular itu kemudian hari bernama gumuk tanggul angin. tanggul karena digunakan untuk menanggul dan angin karena namanya sarpa pangan angin. Menurut kepercayaan orang jawa meskipun wujud fisik ular tersebut sudah hancur bersatu dengan tanah, namun wujud metafisiknya dipercaya masih berada di tempat itu. Artinya pada saat tertentu akan nampak wujud metafisiknya. Dan tidak menutup kemungkinan akan berulah lagi.
Sekian cerita yang saya dapatkan semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
photo 1. makam kyai mertinggi
photo 2. sumur tempat dimana batu kecubung jatuh dari kening ular raksasa setelah di bantai kyai mertinggi.

cerita ini saya tulis beberapa waktu yang lalu dan oleh teman saya telah di tulis di http://cahpikiran.blogspot.com/2013/...ggi-kulur.html (Hendri Sulistya, Kulon Progo)
0
11.3K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Supranatural
SupranaturalKASKUS Official
15.6KThread10.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.