Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dindadetozAvatar border
TS
dindadetoz
Tukang Cendol dengan Penghasilan Miliaran!
Gan mau sharing aja ini, sosok inspiratif! Baca dehemoticon-Jempol
Kalo bisa kasih cendol juga ganemoticon-Cendol (S)

Danu Sofwan, Dari Cendol Hasilkan Omset Miliaran

Tukang Cendol dengan Penghasilan Miliaran!

Terpuruknya keadaan ekonomi keluarga, tidak membuat Danu Sofwan larut dalam kesedihan dan hanya berpangku tangan, namun justru menjadi titik bangkitnya jiwa kewirausahaan dalam dirinya dengan mendirikan Radja Cendol beromset miliaran per tahun.

Dahulu Danu Sofwan menikmati segala yang ia inginkan dari orang tuanya. Namun semenjak tahun 2006, ketika ayahnya meninggal dunia, keadaan pun berubah. Dengan sendirinya, ia tertuntu untuk menjadi lebih mandiri, dan ia pun ingin mencoba mengembalikan segala yang ia punya. “Saya tidak mengerti teori bisnis, yang saya tahu dagang saja,” ucap Danu membuka obrolan dengan Hitsss.

Nama Danu kini dikenal sebagai tukang cendol, namun ia bukan tukang cendol biasa. Ia mendirikan sebuah bisnis franchise berbasis kuliner minuman, yaitu Radja Cendol “Pelopor Cendol Susu dan Cendol Variasi Topping”.

Tak butuh waktu terlalu lama sejak didirikan bulan Juni 2014 lalu, Radja Cendol (Randol) kini sudah memiliki 580 gerai tersebar di seluruh Indonesia. Tidak seperti franchise lainnya yang memerlukan modal ratusan juta, untuk membuka satu gerai Randol, mereka yang berminat hanya memerlukan biaya di bawah Rp 10 juta.

Danu, yang ditemui di salah satu gerai miliknya di Foodlab, kawasan Tendean, Jakarta Selatan, mengakui bahwa ia mempelajari berbagai macam ilmu yang mendukung pekerjaannya sebagai pebisnis dengan cara otodidak. Mulai dari pembentukan merek, perancangan model bisnis, analisis pasar, pembuatan menu, keuangan, dan pemasaran, ia pelajari sendiri guna diaplikasikan pada kegiatannya sehari-harinya dalam menjalankan Randol. Yuk, berkenalan lebih jauh dengan entrepreneur muda andal kelahiran 20 Agustus 1987 ini!

Hitsss (H): Bisa cerita bagaimana awal mula Danu terjun berbisnis?

Danu Sofwan (DS): Sejak dulu saya memang suka sekali berjualan macam-macam. Karena saya tidak punya banyak modal, saya sering sekali berjualan ide dan konsep, kepada teman-teman saya yang memiliki modal untuk mengeksekusinya.

Sejak ditinggal ayah saya, saya merasa harus mengembalikan kesejahteraan keluarga saya. Hidup kami saat itu morat-marit, kami sekeluarga harus menjual seisi rumah dan beberapa aset kami. Ketika itu ayah saya pergi dengan tidak meninggalkan sesuatu yang berlebih.

Tahun 2008, saya mencoba berbisnis jualan sepatu. Saya menemukan vendor yang tepat di Bandung. Dengan sampel yang sudah diuji di vendor tersebut, saya membuka pre-order, dan ternyata teman-teman saya banyak yang tertarik. Modalnya saya dapatkan dari uang peninggalan Ayah saya sebanyak Rp 20 juta.

Ketika itu saya ‘nafsu’ sekali dan saya memutuskan untuk produksi banyak. “Mas, supaya produksinya cepat, transfer saja semua uangnya,” begitu kata vendor. Satu hari setelah saya transfer uang Rp 20 juta tersebut, vendornya menghilang dan uang saya dibawa kabur. Saya ditipu!

Saya membuat hancur hati ibu dan keluarga saya. Namun saya tidak mau diam begitu saja, saya lakukan apapun untuk bisa mendapatkan penghasilan. Saya sempat mengamen di Roti Bakar Eddie, dan pekerjaan terakhir saya sebelum merintis Randol adalah menjadi kuli angkut pasir di Cianjur, dengan penghasilan Rp 50 ribu per minggu.

H: Lalu bagaimana akhirnya bertemu dengan konsep untuk merintis Radja Cendol?

DS: Suatu hari saya pergi ke sebuah bazar kuliner, saya melihat banyak sekali stan-stan kuliner milik anak muda. Namun menunya kebanyakan adaptasi dari kuliner luar negeri, seperti dari Amerika, Korea, Thailand, China, dan Jepang. Hampir tidak ada stan yang menyajikan menu tradisional Indonesia. Padahal di Indonesia banyak sekali ragam menu kuliner tradisional, yang dapat dimodernisasi dengan berbagai cara.

Saya berpikir, menu tradisional apa yang khas sekali dan banyak dicari orang. Saya pun melakukan riset, lalu saya menemukan bahwa cendol termasuk dalam 50 minuman terlezat sedunia versi CNN. CNN juga mengumumkan sebelumnya bahwa rendang adalah masakan terlezat nomor satu di dunia. Akhirnya saya pilih cendol untuk menjadi basis dari bisnis saya.

Saya pun berinovasi terhadap resep cendol dan varian topping-nya. Saya menghindari santan dan menggantinya dengan susu, agar saya dapat ikut berkampanye Indonesia Minum Susu. Saya juga berikan nama-nama yang unik di setiap varian menunya, seperti Sundel Bolong singkatan dari Tiramisu Pake Cendol Boleh Dong.

Tanggal 23 Juni 2014, di kawasan Pondok Kelapa, saya memulai hari pertama saya sebagai tukang cendol. Saya menerapkan banyak sekali strategi untuk menarik pelanggan. Pasar saya awalnya teman-teman saya, tapi saya ingin sekali masyarakat sekitar ‘ngeh’ sama Randol. Di hari pertama Randol, saya berhasil menjual lebih dari 200 cup. Antrean yang panjang saya manfaatkan, saya ambil foto orang-orang yang antre. Lalu saya jadikan foto profil di BBM saya, beserta status yang berbunyi “Pertama kali di Indonesia, peluang usaha terbaru franchise Radja Cendol, pelopor cendol susu dan cendol variasi topping di Indonesia”. Hari itu juga saya langsung membuka franchise, hanya saja belum pantas disebut franchise karena bisnis ini masih di bawah satu tahun dan belum mencapai 20 mitra. Jadi mereka yang membuka franchise Randol, kami sebut dengan mitra.

H: Pekerjaan Danu sebelumnya kuli angkut pasir, dari mana modal untuk membangun Randol?

DS: Saya diremehkan oleh banyak orang karena pekerjaan saya itu. Sedangkan saya banyak meminjam uang dari teman-teman saya, totalnya ada lebih dari 50 orang. Modal awalnya Rp 15 juta, dan sudah kembali di hari pertama saya membuka gerai Randol.

H: Bagaimana Danu mengembangkan mitra Randol sehingga menjadi sebuah franchise yang memiliki banyak sekali gerai?

DS: Di hari pertama, saya menyebarkan berita kemitraan Randol, saya sudah punya target calon mitra, yaitu tiga orang teman saya yang meminjamkan saya modal dan sudah mengetahui adanya Randol. Tiga orang tersebut yang saya tawarkan, dan mereka langsung tertarik. Bahkan proposal dan formulir pengisian sudah saya siapkan.

Randol adalah sebuah merek yang memiliki merek-merek lainnya di dalamnya. Untuk para mitra, mereka boleh membuat nama gerai mereka sendiri, misalnya seorang mitra namanya Bunga, kami sebut bunga sebagai Panglima. Panglima Bunga mempunyai gerai di Jalan Pramuka, ia beri nama gerainya Randol Pramuka. Dengan begitu, Panglima memiliki mereknya sendiri untuk dipasarkan sendiri. Sejak tiga mitra pertama kami, banyak sekali orang-orang yang telepon dan e-mail untuk menjadi mitra kami. Begitu selanjutnya hingga kini sampai ada 580, mulai dari Sabang hingga Ambon.

H: Apakah Danu melalukan strategi pemasaran tertentu untuk menambah jumlah franchise dan menyebarluaskan para mitra?

DS: Penggunaan nama merek tersendiri bagi para mitra adalah strategi terbesar kami. Jadi mitra dituntut untuk mengembangkan juga jiwa kewirausahaan mereka. Mitra diajarkan untuk berinteraksi dengan media sosial, sebagai media pemasaran yang mudah dan tidak perlu banyak biaya. Banyak sekali akun-akun Facebook, Twitter, dan Instagram dengan nama mitra-mitra kami.

Kami juga mengandalkan word of mouth. Kami memberikan penghargaan berupa fee suksesi sebesar Rp 250 ribu dan gratis bahan baku untuk 60 cup, kepada mereka yang mengajak orang lain untuk bergabung. Tidak perlu melakukan presentasi, karena nanti kami yang akan menjelaskan semuanya.

Kami mematok harga yang tidak mahal untuk satu gerainya, gerai indoor Rp 6,5 juta dan gerai outdoor Rp 7,75 juta. Gerai outdoor lebih mahal, karena kami sertakan tenda yang dapat disablon nama gerainya masing-masing. Hingga saat ini ratusan email masuk ke kami mengajukan permohonan franchise, baik dari dalam maupun luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, bahkan ada dari Spanyol juga. Hanya saja kami kini lebih selektif dan teliti untuk menerima mereka, agar terhindar dari kegagalan.

H: Bagaimana cara Danu menjaga kualitas rasa dari menu-menu Randol?

DS: Kami memiliki sendok takar untuk mengukur takaran masing-masing bahan baku, yaitu cendol, gula, susu, dan topping-nya. Seharusnya rasanya akan sama di semua gerai. Hanya saja terkadang mitra ‘curang’. Sempat ditemukan mitra membeli bahan baku bukan dari kami. Cendol kami dibuat tanpa bahan pengawet, jadi hanya dapat bertahan tiga hari. Atau pernah juga ditemui, mitra tidak memerhatikan penggunaan sendok takar, jadi rasanya bisa jadi berbeda.

Dari pihak kami, Quality Control (QC) adalah acuan utama untuk mengukur kesuksesan Randol. Kami memiliki controlling team yang bertugas untuk memantau kualitas masing-masing produksi gerai.

H: Apakah Danu sudah melihat adanya kompetisi terhadap sesama pebisnis cendol? Apa strategi untuk terus bertahan?

DS: Sejak adanya Randol, sudah ada sekitar 20 merek cendol susu baru yang muncul. Hal yang mengejutkan adalah mereka menggunakan merek susu yang juga kami gunakan. Padahal merek susu tersebut saya dapatkan dari pengetesan berbulan-bulan.

Sejak pertama kali saya merintis Randol, saya membentuk sebuah merek yang sangat kuat dengan menjadikannya pelopor cendol susu dan cendol variasi topping pertama di Indonesia. Jika muncul merek cendol susu lain, jelas mereka bukan pelopor dan konsumen dapat menilainya sendiri. Awalnya memang kompetisi tersebut sempat membuat ‘ciut’ hati para pegawai, namun saya berusaha membesarkan hati mereka. Bahwa dengan adanya kompetisi ini, kami harus terus bersemangat dalam menjaga kualitas Randol.

Setiap tiga bulan sekali, kami mengeluarkan varian baru sebanyak dua varian. Hingga lima tahun ke depan, saya sudah menyiapkan varian baru yang akan kami keluarkan. Yang terbaru adalah durian fussion, dengan nama yang inovatif yaitu Kece Parah, singkatan dari Keju Cendol Pake Duren Ahh. Nama-nama tersebut hanya kami yang mengeluarkannya. Saya sendiri membuatnya hingga bergadang semalam dan migrain, hahaha.

H: Bagaimana Danu memilih tim yang mendukung untuk pengembangan Randol?

DS: Saya tidak memiliki kriteria tertentu. Asalkan ia masih muda dan mau belajar, pasti saya rekrut. Anak-anak muda biasanya lebih dapat menerima pelajaran ini dan itu, guna mengembangkan kapasitas diri. Latar belakang pendidikan mereka pun beragam.

Salah satu pegawai kami adalah korban pengungsian Gunung Sinabung, saya bawa dia ke Jakarta untuk bekerja bersama Radja Cendol. Kebanyakan dari tim kami adalah tulang punggung keluarga, itu yang menyebabkan mereka sangat bekerja keras. Namun tidak dipungkiri, untuk urusan perkantoran, saya mencari orang-orang yang kompeten di bidangnya dan ingin belajar lebih banyak mengenai Randol. Tim kami kini sudah ada 40 orang, kebanyakan ada di tim produksi dan kurir, yang kami sebut adipati.

H: Bagaimana pendapatan Radja Cendol? Apakah sudah ada kerja sama dengan investor untuk keperluan ekspansi ke depannya?

DS: Sudah banyak sekali investor yang ingin bekerjasama dengan Randol, namun masih saya tolak. Karena saya merasa saya masih bisa mengelola pemasukan dan pengeluar segala keperluan Randol, termasuk soal ekspansi. Kami sekaligus ingin membuktikan, bahwa dengan bekerja keras, usaha kecil seperti cendol ini dapat menjadi besar dan inovatif.

Pendapatan dari masing-masing gerai berbeda-beda. Ada yang jelas untuk terus mendapatkan penghasilan, kuncinya hanya jualan, hehehe. Ada gerai yang 1 minggunya mendapatkan Rp 10 juta, ada pula yang 1 bulan mendapatkan Rp 30 juta, seperti di Randol Panglima Polim. Estimasinya adalah ia berhasil menjual minimal 300 cup dengan harga masing-masing Cendol Susu Original Rp 10 ribu. Jika ia menjual varian lain, dengan harga Rp 12-17 ribu, pendapatannya pasti lebih tinggi lagi. Bisa dihitung pendapatan kami salah satunya dari peningkatan jumlah franchise, kami berhasil mendapatkan sekitar Rp 4 miliar selama satu tahun Randol berjalan.

H: Selain menu baru, apalagi terobosan yang akan dikeluarkan Radja Cendol ke depannya?

DS: Saat ini kami bersiap-siap untuk meluncurkan Radja Cendol Foundation. Kantor kami akan pindah dari Tebet ke kawasan Pondok Kelapa. Di sana kami sudah menyiapkan sebuah rumah untuk kantor baru kami dan sebuah sekolah yang diperuntukkan bagi anak jalanan, pengamen, dan anak-anak kurang mampu. Kami akan mengajak mereka untuk menghabiskan hari-hari di sana, belajar berbagai macam hal, terutama kewirausahaan. Saat ini kami masih mengumpulkan pengajar dan donatur. Sekitar bulan Desember 2015 mendatang kami akan menjalankannya.

H: Apa pencapaian terbaik Danu sebagai pengusaha Radja Cendol?

DS: Setiap harinya adalah hari-hari terbaik. Tapi saya bersyukur karena dengan Randol, saya bisa membantu banyak orang untuk memiliki lahan usaha sendiri. Yang terpenting dalam hidup ini adalah menjadi berguna bagi orang lain.

H: Apa yang ingin Danu sampaikan kepada generasi muda Indonesia yang akan merintis bisnis?

DS: Bukan hanya bagi pebisnis, pekerjaan apapun yang kamu lakukan, yang kamu perlukan adalah berusaha selalu kerja keras. Terkadang dalam bekerja keras, kamu memerlukan pengorbanan. Namun di situlah mental diuji. Modal utama manusia itu bisa berpikir dan bergerak.

SUMBERemoticon-2 Jempol emoticon-Cendol (S) emoticon-Cendol (S)
grg.
grg. memberi reputasi
1
5.3K
37
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.4KThread84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.