16 Desember 2015 mungkin adalah hari yang tidak akan dilupakan oleh politisi sebuah parpol gaek berinisial SN. Setelah sekian lama malang melintang di dunia perpolitikan dan berulang kali lolos dari lubang jarum, pada akhirnya si tupai terperosok juga.

Suasana mencekam menghiasi langit Senayan. Jakarta yang sejak pagi dirundung awan hitam seolah semakin membuat suasana Gedung DPR/MPR kian nyenyet dan menegangkan. Ya, nasib seorang SN tengah ditentukan oleh 17 anggota dewan yang juga merupakan anggota Mahkamah Kehormatan lembaga yang menaungi SN—atas dugaan pelanggaran etika persoalan #papamintasaham.

Menjelang maghrib, nasib SN kian mengerucut di ujung tanduk. Dari 17 anggota mahkamah, 8 orang anggota telah menyampaikan pendapatnya, dan ke-8 nya memandang ada unsur pelanggaran etika dalam perbuatan SN bersama MR dan MS di Ritz Carlton. Lucunya, masih saja ada beberapa “pelawak” itu yang berakrobat, awalnya mendukung mentah mentah SN, lalu pas hari H paling lantang meneriakan “pelanggaran berat” atas perbuatan SN. Sekilas, orang itu pasti dikeploki karena terkesan membela kebenaran. Tapi ternyata memang benar, oknum itu memang sedang ndagel, karena ternyata jika SN didakwa mahkamah telah melakukan “pelanggaran berat” tahapan politik selanjutnya sesuai Undang Undang adalah pembentukan panel yang selain melibatkan internal dewan juga publik—-tapi selain proses ini makan waktu, jebul panel ini juga bisa “membebaskan” SN dari segala dakwaan.

Nasib SN kian jelas—-menjelang pukul 19:00 WIB; sudah 15 anggota dewan menyatakan sikapnya, dan semuanya mendakwa SN telah melakukan pelanggaran dimana 9 dari 15 anggota mahkamah mengatakan SN melakukan “pelanggaran sedang”. Itu artinya, SN bisa langsung dipecat dengan tanpa pembentukan panel. Dus, 9 dari 17 sudah menjatuhkan talak kepada SN, tinggal 2 anggota lagi yang belum, satu dari parpol SN sendiri dan satu lagi dari partai yang dikenal paling suci sak jabalekat. Tapi ya apapun ocehan 2 yang belum itu, ya ndak ngaruh, wong sudah 9 orang yang mendukung “pemecatan langsung” SN tanpa melalui sidang panel hehehe.

Sekitar 8 kilometer dari gedung kura kura Senayan di saat yang sama Presiden Jokowi tengah menjamu 17 komedian ternama nusantara, diantaranya ada Butet Kartarejasa, Sule, Aziz Gagap, Cak Lontong dan masih banyak lagi. Nahh… uniknya, kok ya komedian yang diundang beliau itu jumlahnya 17 orang gitu lho—-sama kaya jumlah anggota mahkamah yang mengadili SN hahaha






Raut wajah Pak Jokowi nampak sumringah berada diantara para komedian yang beliau undang. Sesekali mengalir jokes lucu dari Sule, Andre Taulany ataupun Tarzan dan Jarwo Kuat–dan itu membuat beliau tertawa terbahak-bahak.

Ketika jurnalis Singindo menghubungi pakar psikologi politik ternama yang enggan disebutkan namanya (wakakakakak), oknum pakar itu berpendapat: “Presiden Jokowi tengah menyampaikan sebuah pesan kepada para anggota mahkamah kehormatan di Senayan bahwa kalo kalian mau ngelawak sebaiknya harus lebih lucu dari orang orang yang saya undang ini”. Hahahaha.
sumber: Setkab RI


Komentar pasti beragam, apalagi dari golongan haters yang memang selalu merasa sedih kalo melihat Jokowi senang, apalagi tertawa terbahak bahak kaya pas ketemu 17 komedian diatas hahahaha. Namun apapun beragam komentar yang muncul, fakta menarik yang bisa publik simpulkan adalah: selera humor Pak Jokowi memang oke punya hehehe.

Sebaliknya, di saat yang hampir bersamaan, seorang anggota mahkamah kehormatan dewan baru saja membacakan surat pengunduran SN dari posisinya sebagai Ketua Dewan. Ini jelas mengagetkan semua pihak termasuk anggota anggota mahkamah yang sedari awal menunjukan “solidaritas” kepada SN.

Ternyata, 17 oknum pelawak itu memang ndak lucu hehehe, belum lagi mereka selesai melawak eh Pak SN sudah keburu sadar diri, sehingga resign dari kursi empuknya. Tadinya sudah banyak pengamat politik karbitan mau ancang ancang diundang untuk berkomentar, ehh ternyata antiklimaks.

Jujur, ada sedikit (sedikit aja lho ya hehe) poin plus untuk Pak SN. Ditengah semakin merosotnya krisis moral, doi “rela” lengser untuk mengurangi kegaduhan serta keresahan publik. Ya itu patut diapresiasi juga…, tapi ya ini baru ending dalam proses sidang etik nya, ndak tau itu proses hukum di Kejaksaan sana nanti akhirnya bagaimana hehehe. Ya gitu tunggu saja gimana nanti dongeng ini berakhir.

Source: http://singindo.com/2015/12/17/dan-j...erbahak-bahak/
===

Pak Jokowi sedang ingin tertawa dan mentertawakan suatu peristiwa wkwkwkwkk