Penjaga Perlintasan Ini Cerita, Detik-detik Metromini Terobos KRL: Allahu Akbar
MINGGU, 06 DESEMBER 2015 | 17:11 WIB
Petugas mengevakuasi bus metro mini usai kecelakaan maut antara kereta rel listrik (KRL) yang bertabrakan dengan sebuah bus Metro Mini di perlintasan Angke, Jakarta Barat, 6 Desember 2015. Metro mini 80 jurusan Kota-Kalideres menerobos masuk palang pintu yang masih berfungsi dan menabrak KRL jurusan Angke-Jatinegara yang sedang melaju, setidaknya 17 orang tewas akibat kecelakaan ini. TEMPO/Iqbal Ichsan
TEMPO.CO, Jakarta - Endang Supriyadi, petugas pintu perlintasan Kereta menjadi saksi bagaimana kecelakaan tragis itu terjadi di Angke, Jakarta Barat. Endang, mengaku sudah mematuhi prosedur, menutup perlintasan dengan palang ketika kereta masih berjarak 700 meter dari perlintasan.
Bahkan Endang, sesuai prosedur yang disebutnya, harus berdiri di depan posnya, menunggu kereta lewat sambil memantau lalu lintas dan kadang memberi hormat kepada masinis. Tapi toh, kecelakaan antara Metromini 80 dengan Commuter Line di Angke, Jakarta Barat tetap terjadi.
Endang lalu menceritakan detik-detik kecelakaan tragis itu. Menurut Endang, saat kejadian, di tengah suara peringatan kereta, ia sudah berteriak ke supir metromini. "Tapi masih nerobos," kata dia saat ditemui di lokasi kejadian, Minggu, 6 Desember 2015.
Meski sudah ditutup dan diberi peringatan, namun agaknya sopir metromini tetap saja membandel. Metromini itu tetap memaksa masuk meski palang hanya menutup 2/3 jalan. Bus kota warna jingga itu lalu terperangkap di tengah-tengah perlintasan. Kondisi perlintasan saat itu ramai seperti biasa dengan motor dan mobil lain yang taat menunggu kereta.
"Dia masuk dari celah di kanan. Kalau dia berhenti di rel jalur satu, Insya Allah dia masih selamat, tetapi dia sudah di jalur dua kereta," ujarnya.
"Saat ketabrak saya cuma bisa Allahu Akbar."
Prosedur menyebutkan Endang tak boleh meninggalkan posnya apapun yang terjadi. Karena itu, ia langsung menelepon atasannya di PT Kereta Api Indonesia. "Abis kejadian langsung yang di jalan pada nolongin, dari stasiuj juga keluar nolongin. Karena kondisi ramai, saya engga bisa lihat. Saya di pos saja," katanya.
Endang sudah setahun bekerja sebagai penjaga pintu perlintasan. Hari kejadian, pria 48 tahun ini masuk kerja sejak pukul 05.00 WIB. "Ini kejadian luar biasa saya yang pertama," katanya. Ia berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi seluruh warga Jakarta agar taat berlalu lintas.
INDRI MAULIDAR