“Kenapa harus ada Ujian Nasional”
“Kenapa skripsi itu menyusahkan?”
Stress dan Proses pendidikan di Indonesia memang gak bersahabat baik. Meskipun pada hakikatnya, Pendidikan memang proses untuk mengembangkan diri sebagai manusia.
Padahal sebetulnya tekanan yang kita alami gak seberat pendidikan diluar negeri, Jepang misalnya.
Anak-anak dijepang tingkat stressnya lebih tinggi dari anak Indonesia, tapi mereka tumbuh lebih pintar dan gigih dari kita.
Pendidikan di Jepang memang diyakini sebagai salah satu bentuk pendidikan yang luar biasa. Gak hanya secara akademis, tapi juga soal cara mendidik emosional dan spiritualitas anak serta pengajarpun diperhatikan.
Quote:
Anak-anak Indonesia beruntung masih bisa bermain dengan leluasa. Untuk anak-anak di Jepang, sejak usia 3 tahun cram school sudah menunggu
Cram school atau yang biasa disebut‘juku’ merupakan kelas tambahan diluar dari jam sekolah untuk mempersiapkan anak-anak di Jepang sebelum menghadapi Ujian. Kalau di Indonesia sih kita bisa nyebutnya ‘bimbel’. Bedanya di Jepang cram school ini udah mulai diikuti anak-anak sejak usia 3 tahun.
Konon, masuk ke SD favorite akan menjamin anak-anak di Jepang masuk ke SMP dan SMA favorite juga. Dan hanya anak lulusan SMA favorite yang bisa diterima di universitas dengan peringkat terbaik di Jepang. Makanya orangtua disana berlomba-lomba mempersiapkan anak mereka untuk menghadapi ujian masuk sekolah favorite yang itupun harus bersaing dengan ribuan anak.
Di Jepang, membiarkan anak-anak ‘bermain’ tanpa mempersiapkan pendidikan sama aja kayak membuka pintu untuk menjadikan mereka warga negara kelas 2. Segitunya yah..
Quote:
Satu ujian di akhir SMA menentukkan semua masa depan mereka.
Di Indonesia, pelajar kita masih bisa mengambil ujian paket C kalau-kalau nggak lulus ujian, dan bahkan bisa daftar SNMPTN untuk masuk ke universitas manapun yang diinginkan.
Beda halnya di Jepang,
Di Jepang ada yang namanya ‘National Centre Test for University Admission’.Jadi tes untuk masuk ke Universitas. Nah untuk masuk ke universitas yang mereka inginkan, pelajar di Jepang harus berusaha mencapai passing grade yang ditentukan Universitas tersebut. Gak hanya itu, setelah lolos ujian tahap pertama, mereka akan dipanggil untuk melaksanakan tes kedua yang diadakan Universitas. Mereka yang gak lolos akan menjalani hari-hari sebagai ‘ronin’ sebutan untuk mereka yang belum memiliki universitas dan harus melakukan persiapan tes ditahun berikutnya.
Duh ribet ya?
Quote:
Meski menghadapi tingkat stress luar biasa, pelajar di Jepang masih bisa survive dan jadi panutan pendidikan dunia.
Pendidikan dijepang merupakan salah satu pendidikan terbaik di dunia. Meski dinilai pendidikan di jepang sudah dalam level sukses. Namun nyatanya kasus kematian (bunuh diri) cukup tinggi di Jepang. Gimana nggak, sejak balita sampai lulus universitas tahunya belajar belajar dan belajar..”
Hebatnya, kebanyakan yang juga bertahan dan bisa memberikan kinerja terbaik mereka. Etos kerja dan kualitas orang Jepang sudah diakui dunia sebagai salah satu yang terbaik yang pernah ada.
Mahasiswa di Jepang bahkan banyak membagi kesibukan dengan kuliah dengan kerja part time. Di Indonesia juga udah banyak sih pelajar yang kayak gitu. Salute deh!
Quote:
Peran Orangtua terutama Ibu menjadi semangat GANBARE!
Saat pendidikan dinegara lain (termasuk Indonesia) berusaha terus merombak sistem agar lebih menyenangkan untuk pelajar, Jepang tetap gak beranjak dengan sistem kerasnya.
Jadi wajar di Jepang jika ada wanita yang sudah menikah harus memilih meninggalkan karir atau hanya mengambil pekerjaan part time demi fokus mengurus anak. Kedekatan antara Ibu dan Anak ini berpengaruh pada daya tahan anak-anak di Jepang terhadap stress. Selain itu ada juga semangat ‘GANBARE!’ yang jadi bukti spirit pantang menyerah yang akrab dengan masyarakat Jepang.
Quote:
Pelajar di Jepang rajin membersihkan sekolah
Anak-anak di Jepang memiliki kebiasaan baik untuk membersihkan sekolah setiap hari bersama para Guru. Tapi kebiasaan ini dilakukan hanya selama seperempat jam sehingga kebiasaan tersebut menghasilkan pribadi yang mencintai kebersihan dan sederhana.
Kita memang bukan pengamat pendidikan yang bisa mengukur seberapa efektif hasil dari menciptakan sistem pendidikan yang minim tekanan. Tapi berkaca dari pengalaman Jepang, sebenarnya tingkat stres dan keberhasilan bisa berjalan bersisian. Bahkan terkadang stres dan tekanan dibutuhkan demi menghasilkan generasi yang tangguh dalam segala keadaan. Dan bukankah tantangan anak Indonesia jelas lebih banyak daripada anak-anak Jepang yang sudah tinggal dalam sistem yang nyaman?
Sumber : Mbah Google
Sekian Gan dari Ane,
Salam semangat!