- Beranda
- Berita dan Politik
[AKHIRNYA TERJAWAB] - Kronologi AirAsia QZ8501 Jatuh ke Laut
...
TS
baratayudha17
[AKHIRNYA TERJAWAB] - Kronologi AirAsia QZ8501 Jatuh ke Laut
Quote:
Original Posted By Baratayudha17...
Jakarta, CNN Indonesia -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi membeberkan kronologi kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata, dekat Kalimantan Tengah, pada 28 Desember 2014.
Berdasarkan hasil investigasi dari kotak hitam atau Flight Data Recorder QZ8501, terdapat sejumlah kondisi kerusakan yang diawali empat kali gangguan pada Rudder Travel Limiter Unit (RTLU).
Ketua Subkomite Kecelakaan Udara Kapten Nurcahyo Utomo menjelaskan, gangguan pertama pada RTLU dimulai pukul 06.01 WIB.
"Atas kerusakan ini, pilot melakukan tindakan sesuai prosedur Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM), kemudian problemnya hilang dan pilot melanjutkan penerbangan," ujar Nurcahyo dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Perhubungan, Selasa (1/12).
Lihat juga:
Hari Itu, Pesawat Belok ke Arah Laut Lalu Ditelan Kabut
Gangguan kedua pada RTLU muncul pada pukul 06.09 WIB, dan pilot kembali melakukan prosedur ECAM atas gangguan tersebut. Namun empat menit kemudian muncul gangguan ketiga pada RTLU, dan pilot masih melakukan prosedur ECAM atas gangguan itu.
Baru pada gangguan RTLU keempat, yakni pada pukul 06.15 WIB, terdapat indikasi yang berbeda dibandingkan dengan tiga gangguan pertama. Seluruhnya tercatat oleh Flight Data Recorder.
"Pada gangguan keempat, awak pesawat me-reset circuit breaker dari Flight Augmentation Computer. Tindakan awak pesawak setelah gangguan keempat mengaktifkan tanda peringatan kelima," kata Nurcahyo.
Peringatan muncul enam kali sebelum akhirnya sistem autopilot dan auto-thrust pesawat tidak aktif. Sistem kendali pesawat akhirnya berganti dari normal law ke alternate law di mana proteksi tidak aktif.
"Pengendalian secara manual ini yang menyebabkan kondisi pesawat masuk ke dalam upset condition dan stall hingga akhir rekaman FDR," ujar Nurcahyo.
Lihat juga:
KNKT: AirAsia QZ8501 Stall Berkepanjangan Lalu Jatuh ke Laut
Dalam kondisi stall itulah, pesawat berguling enam derajat per detik hingga 54 derajat ke kiri. Saat itu pesawat masih dapat dikendalikan, namun ada input yang kemudian membuat pesawat naik ke atas.
"Hidung pesawat naik ke atas dengan sudut tertinggi 40 derajat. Ini satu kondisi di luar batasan terbang dan masuklah pesawat ke kondisi kehilangan daya angkat atau stall. Kondisi ini sudah di luar kemampuan pilot untuk recover," katanya.
Selipan kronologis dari detik..
Kemudian selama 9 detik, ada kekosongan
input dari 2 kendali pesawat. Ini berarti tidak
ada kontrol dari pesawat. Diindikasikan ini
karena komunikasi yang tidak efektif. Di mana
ketika Kapten Pilot Iriyanto meminta push
(dorong), namun kopilot justru menarik kendali.
"Kami melihat ada komunikasi yang nggak
efektif, saat satu meminta pull down, yang
satu push down. Kendali pesawat tidak
saling terkait. Di mana kemudi 1 dan 2 tidak
terhubung, jadi pilot saling tidak tahu
melakukan apa," terang Cahyo.
"Kalau ada input pada kendali secara
bersmaaan maka akhirnya penjumlahan. Bila
ditarik 5 dan didorong 5 hasilnya jadi 0. Ini yang
menyebabkan kekosongan input dan
menyulitkan pilot karena tidak tahu sebelah
melakukan apa," sambungnya.
Setelah itu tiba-tiba ada input yang membuat
pesawat naik ke atas atau pitching up, hidung
pesawat berada di atas (menukik). Pesawat naik
ke ketinggian 38 ribu kaki dan sudah berada di
luar kemampuan pilot untuk recover dan
akhirnya miring hingga 104 derajat.
"Dalam catatan FDR, itu dalam kecepatan
terendah 57 knot dan ketinggian tertinggi 38
ribu kaki. Ini adalah kondisi puncak dan
menyalakan lampu peringatan baik di kopilot
maupun di pilot," ujar Cahyo.
Pesawat lantas stall (turun ke bawah) hingga
pada ketinggian 29 ribu kaki berada pada posisi
level (stabil) sampai akhirnya kemudian secara
perlahan jatuh ke laut. Menurut Cahyo, badan
pesawat saat jatuh dalam posisi sejajar.
"Itu turunnya 12 ribu feet per menit. Jadi waktu
dari 29 ribu kaki hingga sampai pesawat jatuh
waktunya sekitar 2,5 menit. Sampai akhir, dua-
duanya (kapten pilot dan kopilot) masih terus
berusaha mengontrol pesawat," paparnya.
06.20 WIB
Pesawat jatuh di perairan Selat Karimata.
Investigasi kemudian dilakukan pada catatan perawatan pesawat. Dalam 12 bulan terakhir, KNKT menemukan 23 gangguan terkait sistem RTLU di 2014.
"Hal ini diawali oleh retakan solder pada electronic module pada RTLU," ujar Nurcahyo.
KNKT menilai sistem perawatan pesawat tak menggunakan teknologi semestinya, sehingga perbaikan pada pesawat terbang menjadi tidak maksimal.
Puing-puing pesawat QZ8501 jenis Airbus 320 yang membawa 155 penumpang dan tujuh orang kru itu ditemukan dua hari kemudian tersebar di Laut Jawa.
Crottt dimarih...
Jakarta, CNN Indonesia -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi membeberkan kronologi kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata, dekat Kalimantan Tengah, pada 28 Desember 2014.
Berdasarkan hasil investigasi dari kotak hitam atau Flight Data Recorder QZ8501, terdapat sejumlah kondisi kerusakan yang diawali empat kali gangguan pada Rudder Travel Limiter Unit (RTLU).
Ketua Subkomite Kecelakaan Udara Kapten Nurcahyo Utomo menjelaskan, gangguan pertama pada RTLU dimulai pukul 06.01 WIB.
"Atas kerusakan ini, pilot melakukan tindakan sesuai prosedur Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM), kemudian problemnya hilang dan pilot melanjutkan penerbangan," ujar Nurcahyo dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Perhubungan, Selasa (1/12).
Lihat juga:
Hari Itu, Pesawat Belok ke Arah Laut Lalu Ditelan Kabut
Gangguan kedua pada RTLU muncul pada pukul 06.09 WIB, dan pilot kembali melakukan prosedur ECAM atas gangguan tersebut. Namun empat menit kemudian muncul gangguan ketiga pada RTLU, dan pilot masih melakukan prosedur ECAM atas gangguan itu.
Baru pada gangguan RTLU keempat, yakni pada pukul 06.15 WIB, terdapat indikasi yang berbeda dibandingkan dengan tiga gangguan pertama. Seluruhnya tercatat oleh Flight Data Recorder.
"Pada gangguan keempat, awak pesawat me-reset circuit breaker dari Flight Augmentation Computer. Tindakan awak pesawak setelah gangguan keempat mengaktifkan tanda peringatan kelima," kata Nurcahyo.
Peringatan muncul enam kali sebelum akhirnya sistem autopilot dan auto-thrust pesawat tidak aktif. Sistem kendali pesawat akhirnya berganti dari normal law ke alternate law di mana proteksi tidak aktif.
"Pengendalian secara manual ini yang menyebabkan kondisi pesawat masuk ke dalam upset condition dan stall hingga akhir rekaman FDR," ujar Nurcahyo.
Lihat juga:
KNKT: AirAsia QZ8501 Stall Berkepanjangan Lalu Jatuh ke Laut
Dalam kondisi stall itulah, pesawat berguling enam derajat per detik hingga 54 derajat ke kiri. Saat itu pesawat masih dapat dikendalikan, namun ada input yang kemudian membuat pesawat naik ke atas.
"Hidung pesawat naik ke atas dengan sudut tertinggi 40 derajat. Ini satu kondisi di luar batasan terbang dan masuklah pesawat ke kondisi kehilangan daya angkat atau stall. Kondisi ini sudah di luar kemampuan pilot untuk recover," katanya.
Selipan kronologis dari detik..
Kemudian selama 9 detik, ada kekosongan
input dari 2 kendali pesawat. Ini berarti tidak
ada kontrol dari pesawat. Diindikasikan ini
karena komunikasi yang tidak efektif. Di mana
ketika Kapten Pilot Iriyanto meminta push
(dorong), namun kopilot justru menarik kendali.
"Kami melihat ada komunikasi yang nggak
efektif, saat satu meminta pull down, yang
satu push down. Kendali pesawat tidak
saling terkait. Di mana kemudi 1 dan 2 tidak
terhubung, jadi pilot saling tidak tahu
melakukan apa," terang Cahyo.
"Kalau ada input pada kendali secara
bersmaaan maka akhirnya penjumlahan. Bila
ditarik 5 dan didorong 5 hasilnya jadi 0. Ini yang
menyebabkan kekosongan input dan
menyulitkan pilot karena tidak tahu sebelah
melakukan apa," sambungnya.
Setelah itu tiba-tiba ada input yang membuat
pesawat naik ke atas atau pitching up, hidung
pesawat berada di atas (menukik). Pesawat naik
ke ketinggian 38 ribu kaki dan sudah berada di
luar kemampuan pilot untuk recover dan
akhirnya miring hingga 104 derajat.
"Dalam catatan FDR, itu dalam kecepatan
terendah 57 knot dan ketinggian tertinggi 38
ribu kaki. Ini adalah kondisi puncak dan
menyalakan lampu peringatan baik di kopilot
maupun di pilot," ujar Cahyo.
Pesawat lantas stall (turun ke bawah) hingga
pada ketinggian 29 ribu kaki berada pada posisi
level (stabil) sampai akhirnya kemudian secara
perlahan jatuh ke laut. Menurut Cahyo, badan
pesawat saat jatuh dalam posisi sejajar.
"Itu turunnya 12 ribu feet per menit. Jadi waktu
dari 29 ribu kaki hingga sampai pesawat jatuh
waktunya sekitar 2,5 menit. Sampai akhir, dua-
duanya (kapten pilot dan kopilot) masih terus
berusaha mengontrol pesawat," paparnya.
06.20 WIB
Pesawat jatuh di perairan Selat Karimata.
Investigasi kemudian dilakukan pada catatan perawatan pesawat. Dalam 12 bulan terakhir, KNKT menemukan 23 gangguan terkait sistem RTLU di 2014.
"Hal ini diawali oleh retakan solder pada electronic module pada RTLU," ujar Nurcahyo.
KNKT menilai sistem perawatan pesawat tak menggunakan teknologi semestinya, sehingga perbaikan pada pesawat terbang menjadi tidak maksimal.
Puing-puing pesawat QZ8501 jenis Airbus 320 yang membawa 155 penumpang dan tujuh orang kru itu ditemukan dua hari kemudian tersebar di Laut Jawa.
Crottt dimarih...
Smg musibah ini jadi pelajaran buat semua maskapai
Diubah oleh baratayudha17 01-12-2015 13:51
0
8.4K
Kutip
68
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
671.1KThread•41KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru