Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rodojrAvatar border
TS
rodojr
"Sekarang Gaji Guru Tidak Bisa untuk Beli Emas 10 Gram Kayak Dulu"
TANGERANG, KOMPAS.com - Peringatan Hari Guru Nasional 2015 yang jatuh pada hari ini, Rabu (25/11/2015), bisa jadi yang terakhir kalinya diikuti Surnaya.

Guru asal Yogyakarta berusia 60 tahun ini akan pensiun lima hari lagi, tepatnya pada 1 Desember mendatang.

Dalam perjalanannya mengajar sejak 1976, Surnaya menghadapi perubahan situasi dan kondisi yang dinilainya signifikan.

Baik perubahan terhadap anak didiknya, lingkungan sekolah, dan hal-hal di luar sekolah yang masih berhubungan dengan tugasnya sebagai guru serta kepala sekolah belakangan ini.

Surnaya bersama 175 guru asal Yogyakarta lainnya ditugaskan mengajar di sekolah-sekolah negeri di Tangerang.

Masih lekat di ingatannya ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di Tangerang, tepatnya di wilayah Jatake.

Lingkungan Tangerang ketika itu masih asri dan lekat dengan kesan pedesaan. Murid yang diajar pun tergolong banyak. Dalam satu kelas, Surnaya bisa mengajar hingga 40 murid.

"Banyak sekali muridnya, berbeda sama sekarang, satu kelas paling hanya 15 sampai 20-an murid," kata Surnaya saat ditemui Kompas.com di SD Negeri Cijantra II, Desa Cijantra, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (25/11/2015).

Kesejahteraan guru saat ini

Pria yang kental dengan logat Yogyakarta itu lantas mengenang pengalaman mengajarnya di masa lalu.

Menurut dia, Tangerang waktu itu lebih baik dibandingkan dengan Tangerang saat ini. Misalnya saja tempat bermain anak-anak yang kini semakin terbatas di Tangerang.

Senada dengan Surnaya, guru lainnya, yakni Panut Sukowati (59) menilai kesejahteraan guru tidak lebih baik dibandingkan dengan masa lalu.

Panut masih ingat, pada 1980-an, gaji yang diterimanya kurang lebih Rp 16.000. Dengan gaji Rp 16.000, saat itu Panut masih bisa berinvestasi dengan membeli emas 10 gram.

"Sekarang gaji saya tidak bisa untuk beli emas sampai sepuluh gram kayak dulu. Guru itu gajinya memang berkecukupan, tetapi sering keduluan sama harga barang yang tiba-tiba naik. Jadi, waktu guru mau mengajukan kenaikan gaji, harga-harga barang sudah naik duluan," tutur Panut.

Baik Surnaya maupun Panut kini sama-sama bertugas di SD Negeri Cijantra II, sebuah sekolah yang keberadaannya terhimpit pembangunan di sekitarnya.

Sekolah yang terhimpit pembangunan

Lokasi SD Negeri Cijantra berada persis di belakang cluster Greenwich Park, BSD City.

Jika menuju SD Negeri Cijantra II, akan terlihat pembangunan rumah di sebelah kiri dan kanan jalan. (Baca: Akali Gaji Rp 150.000, Guru Harpin Berjualan Tahu dalam Perjalanan ke Sekolah)
Di ujungnya, ada lahan kosong yang dulunya sawah namun kini sudah diuruk dan disiapkan untuk pembangunan perumahan.

Bangunan SD Negeri Cijantra II berbatasan langsung dengan lahan yang sedang diuruk oleh pengembang itu.

Di sekeliling bangunan sekolah, diberi semacam turap oleh pengembang perumahan. Lahan sekolah tampak lebih tinggi karena tanah di sekelilingnya diuruk alat-alat berat pengembang.

Bangunan yang berada di sekitar sekolah pun tinggal beberapa. Jumlah murid yang menuntut ilmu di SD itu juga semakin sedikit.

Hal ini dikarenakan banyaknya penduduk asli daerah tersebut yang pindah rumah setelah terkena pembebasan lahan.

"Murid yang sekolah di sini kan rata-rata sekolahnya di sini, tetapi banyak yang tidak bisa bertahan, akhirnya pindah. Tanah punya pengembang ini kan besar sekali, ya. Orang yang enggak bisa bertahan pasti pada ke tempat lain saja," ujar Surnaya sambil tersenyum.

Sekarang, hanya ada 96 murid di SD Negeri Cijantra II yang duduk di bangku kelas satu hingga enam SD. Satu kelas paling sedikit diisi 15 murid.

Sementara tenaga pengajar di sekolah tersebut kini tinggal tujuh orang. Atas dasar itu, Surnaya mengharapkan perhatian lebih dari pemerintah atas kondisi sekolah tempatnya mengajar tersebut.

Fasilitas sekolah terbatas

Meskipun jumlah kelasnya mencukupi, fasilitas belajar mengajar di sana masih terbatas. Misalnya saja meja dan kursi sekolah yang dinilainya perlu diganti.

Sebelum meninggalkan tugasnya sebagai kepala sekolah SD Negeri Cijantra II ini, Surnaya berharap, keberadaan sekolah tersebut bisa dipertahankan.

Ia juga berharap pihak pengembang maupun Pemerintah Kabupaten Tangerang membantu mendukung operasional sekolah agar murid di sana bisa belajar dan berkembang selayaknya murid sekolah lain.

"Harapan saya cuma satu, sekolah jangan dibebaskan, biarkan sekolah tetap ada. Di sini, jarak satu sekolah ke sekolah lain agak jauh, dua kilometer lebih. Walaupun sudah banyak sekolah elit, sekolah negeri seperti ini harus tetap eksis," ucap Surnaya.

megapolitan.kompas.com/read/2015/11/25/14302421/.Sekarang.Gaji.Guru.Tidak.Bisa.untuk.Beli.Emas.10.Gram.Kayak.Dulu.

tapi guru guru sekarang pada makmur kok.
0
5K
71
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
672KThread41.7KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.