- Beranda
- Berita dan Politik
[RAMPOK..!] Freeport Minta Gali Emas di Papua Hingga 2041, ESDM: Smelternya Mana?
...
TS
capcaygosong
[RAMPOK..!] Freeport Minta Gali Emas di Papua Hingga 2041, ESDM: Smelternya Mana?
Quote:
Jakarta - PT Freeport Indonesia meminta pemerintah secepatnya memastikan perpanjangan kontrak penambangannya di Papua hingga 2041. Namun, pemerintah mempertanyakan komitmen perusahaan Amerika Serikat tersebut membangun pabrik smelter.
"Memang ada dua hal yang diminta Freeport, satu soal smelter, kedua kaitannya dengan kepastian perpanjangan operasi (perpanjangan kontrak)," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM R Sukhyar ditemui di kantornya, Tebet, Jaksel, Selasa (6/1/2015).
Sukhyar mengatakan, Freeport mendesak pemerintah memberikan kepastian perpanjangan kontrak secepatnya. "Itu dia (Freeport) minta keputusan perpanjangan kontrak sekarang juga," ucap Sukhyar.
Namun, kata Sukhyar, pemerintah bisa memberikan kepastian perpanjangan kontrak secepatnya bila Freeport bisa membuktikan kesungguhannya membangun pabrik smelter.
"Di penandatanganan nota kesepahaman kita (MoU), kita katakan bahwa pemerintah itu akan memperpanjangan operasi mereka bahkan tidak akan memperlambat menunda-menunda perpanjangan, manakala Freeport membangun smelter dan membayar kewajiban negara (royalti), kemudian lingkungan dan sebagainya," ungkapnya.
Tetapi pada kenyataannya, hingga saat ini, Freeport tidak menunjukkan komitmennya membangun pabrik smelter.
"Lokasi dan lahan smelternya tidak ada kejelasan sampai saat ini, mana smelternya?" tutup Sukhyar.
http://m.detik.com/finance/read/2015/01/06/155340/2795426/1034/freeport-minta-gali-emas-di-papua-hingga-2041-esdm-smelternya-mana
Quote:
Bakrie Pernah Untung Besar di PTFI (Menyorot Freeport 4)
PetaPolitik.Com – Dalam laman situs Freeport-McMoRan Copper & Gold (FCX) di bagian Operations, Indonesia, Grasberg, Ownership, tertulis bahwa FCX menguasai 90,64% saham PT Freeport Indonesia (PTFI).
Di situ FCX mengklaim telah menguasai 9.36% saham yang tadinya dimiliki oleh PT Indocopper Investama. Sedangkan Pemerintah Indonesia mendpatkan jatah 9,36% saham PTFI sesuai dengan hasil kesepakatan pada tahun 2004 lalu dengan pihak FCX.
PT Indocopper Investama (PTII) tadinya adalah perusahaan investasi yang merupakan salah anak perusahaan milik Aburizal Bakrie. PT Indocopper Investama sempat listing di bursa saham Indonesia dengan kode IICO. Sayangnya perusahaan itu sekarang delisting dan menjadi tertutup.
Konon pada saat perubahaan kontrak karya PT Freeport-McMoRan pada tahun 1991, Aburizal Bakrie melalui PTII itu berhasil menguasai saham Freeport sebesar 9,36% dengan nilai transaksi sebesar US$ 213 juta. Kemudian pada tahun 1992, Freeport katanya membeli kembali saham yang ada di PTII sebesar 51% dari total yang 9,36% itu dengan harga US$ 212 juta.
Selanjutnya pada tahun 1997, Aburizal Bakrie menjual 49% saham miliknya di PTII dengan harga US$ 302,7 juta kepada PT Nusamba Mineral Industri salah satu perusahaan pertambangan punyanya Bob Hasan. Dan kemudian Bob Hasan menjual semua saham miliknya di PTII kepada Freeport pada tahun 2002 tapi tidak diketahui berapa nilai jualnya.
Namun dari data di atas bisa dipastikan bahwa Aburizal Bakrie mendapatkan keuntungan yang luar biasa dari transaksi penjualan saham Freeport miliknya.
Bayangkan saja, ketika membeli 9,36% saham freeport dengan harga US$ 213 juta, lalu tidak sampai setahun freeport harus menebus kembali separuhnya dengan harga US$ 212 juta. Freeport harus membeli sahamnya kembali yang jumlahnya 4,68% dengan harga 200% lebih mahal. Dengan kata lain, Aburizal Bakrie sudah mengantungi untung 2 kali lipat dari harga belinya. Padahal jumlah saham yang dijual hanya berjumlahnya separoh lebih dari total yang dibelinya dalam kurun waktu setahun.
Itu belum ditambah dengan penjualan sisa sahamnya yang dilego ke pada Bob Hasan di harga US$ 302,7 juta. Bob Hasan harus membeli 300% lebih mahal dari harga awalnya dan dengan jumlah yang tidak sampai separaoh dari total 9,36% itu. Mungkin ini yang membuat Bob Hasan kecewa dan kemudian menjualnya kembali ke Freeport.
Dengan modal awal US 213 juta, Aburizal Bakrie mendapatkan keuntungan berlipat dari jumlah saham Freeport yang hanya 9,36%. Paling tidak Aburizal Bakrie telah mengantongi 514,7 juta. Modalnya telah naik hampir 250% dari hanya jualan saham Freeport yang dimilkinya. Itu belum kalau dolar Amerikanya ditukar dengan kurs rupiah. Mengingat sejak tahun 1997, nilai mata uang rupiah merosot jauh dibandingkan dolar Amerika Serikat.
Bila Aburizal Bakrie saja bisa menangguk untung dari Freeport maka sudah semestinya Pemerintah Indonesia yang memiliki saham 9,36% PTFI harus bisa mengambil keuntungan. Tentunya bukan dengan menjualbelikan saham, tapi bagaimana mengefektifkan perannya dalam tubuh perusahaan PTFI itu sendiri. Ingat dengan jumlah saham sebesar itu, pemerintah bisa mendudukkan seseorang menjadi komisaris PTFI agar mampu memantau sepakterjangnya langsung dari dapur perusahaan.
http://petapolitik.com/analisaopini/bakrie-pernah-untung-besar-di-ptfi-menyorot-freeport-4/
Quote:
Papua Naksir Saham Bakrie di Freeport
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah Provinsi Papua berminat membeli saham tambang emas dan tembaga milik PT Freeport Indonesia. "Saat ini masih dalam tahap negosiasi," ujar juru bicara Freeport Indonesia Mindo Pangaribuan dalam pesan singkatnya, Kamis (3/12). "Saya belum bisa memberikan komentar lebih jauh."
Pemegang saham Freeport saat ini 90,64 persen dikuasai oleh Freeport-McMoran Copper & Gold Inc dan 9,36 persen dipegang Pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah Papua tertarik membeli 9,36 persen saham Freeport yang pada 1991 dimiliki PT Indocopper Investama, perusahaan tambang milik Group Bakrie.
Staf Ahli Ekonomi Gubernur Papua Agus Sumule membenarkan keinginan pemerintah provinsi itu. Namun, ia enggan mengatakan berapa dana yang telah disiapkan dan nilai sahamnya. "Kedua pihak masih dalam penjajakan," kata Agus.
Pada 1991 Freeport menjual 9,36 persen sahamnya ke Indocopper Investama senilai US$ 213 juta. Tahun berikutnya, Indocopper Investama menjual kembali sebagian saham (51 persen) yang telah dibelinya kepada Freeport sebesar US$ 212 juta.
Sisa saham yang dimiliki oleh Group Bakrie itu (49 persen dari 9,36 persen) dijual kepada perusahaan tambang milik Bob Hasan, PT Nusamba Mineral Industri, senilai US$ 302 juta pada 1997. Kemudian, pada 2002 Bob Hasan menjual seluruh sahamnya kepada Freeport.
Dalam jawaban tertulis yang disampaikan Freeport pada rapat dengar pendapat dengan Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (2/12), target pengolahan bijih di pabrik Freeport tahun depan mencapai 235 ribu ton per hari. Tahun ini target pengolahannya 233 ribu ton per hari.
Pengolahan bijih tahun depan akan mengandung 0,9 persen kadar tembaga dan 0,9 gram per ton kadar emas. Bijih yang diproses akan berasal dari tambang terbuka Grasberg sebanyak 155 ribu ton per hari dan tambang bawah tanah 80 ribu ton per hari.
Hasil pengolahan bijih dari tambang emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di dunia itu akan menghasilkan konsentrat dengan kadar tembaga rata-rata 26,5 persen dan emas 24,7 gram per tahun.
http://m.tempo.co/read/news/2009/12/03/090211751/Papua-Naksir-Saham-Bakrie-di-Freeport
Saudara2 kita di Papua pengin pisah dari NKRI krn sdh hampir setengah abad kekayaan alam mereka dirampok oleh asing dan antek2nya di dlm negeri..
Dari lumpur, pajak, sampai separatisme Papua ternyata ada DAGUMEN...
0
5.2K
Kutip
55
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
670.7KThread•40.8KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru