Kenaikan tarif bus TransJakarta yang diwacanakan PT TransJakarta dinilai belum mendesak untuk dilakukan. Apalagi melihat kondisi pelayanan TransJakarta yang belum memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) sesuai Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 35/2014.



Demikian disampaikan Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Ellen Tangkudung dan Koordinator Komunitas Suara TransJakarta David Tjahjana kepada HARIAN NASIONAL dalam kesempatan terpisah, Senin (22/12).



Ellen mengutarakan, tidak ada alasan kuat bagi PT TransJakarta untuk menaikan tarif. Kenaikan tarif akan membebani masyarakat. Terlebih, kata dia, bahan bakar yang dipakai bus TransJakarta adalah bahan bakar gas (BBG) sehingga tak berpengaruh terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).



Ia mengatakan, sebelum menaikkan tarif, perlu ada peningkatan pelayanan baik armada maupun sarana pendukung. "Kalau tarif dinaikkan, tuntutannya adalah pelayanan," kata dia.



Sementara David menuturkan, wacana kenaikan pernah dilontarkan PT TransJakarta beberapa waktu lalu karena beban operasional per penumpang meningkat. "Katanya ongkos operasional naik dari Rp 8 ribu menjadi sekitar Rp 12 ribu. Pertanyaannya, angka tersebut didapat dari mana?" ujar David.



Sebab, kata dia, adanya kenaikan tarif, korelasinya harus diikuti dengan pemenuhan SPM, yaitu keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan. "Saat ini yang banyak dikeluhkan adalah waktu tunggu lama, bus-busnya tua, dan sterilisasi, karena jalur tidak lancar," ujarnya.



David memahami dengan pengelolaan TransJakarta di bahwa tata kelola perseroan terbatas (PT), ada keinginan dapat untung. "Namun, TransJakarta ini semata-mata bukan untung, tapi juga pelayanan," ujarnya. Dikhawatirkan dia, jika arahnya mencari untung, justru akan menjauhkan warga untuk berpindah dari kendaraan pribadi ke TransJakarta.

SUMBER


wahhhh gimana loe hokkk, main cengkreman rakyat aja loe