Senin, 16 November 2015, 16:07 WIB
Serangan Teror Paris
Red: Ani Nursalikah
!['Kadang, Lebih Baik Disangka Yahudi daripada Muslim'](https://dl.kaskus.id/static.republika.co.id/uploads/images/headline_slide/ratusan-orang-menghadiri-do-a-bersama-untuk-menghormati-korban-_151115172929-123.jpg)
.
Ratusan orang menghadiri do'a bersama untuk menghormati korban serangan teroris di Paris di Martin Place Sydney.
REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Malika Chafi yang bekerja untuk sebuah LSM marah ketika ditanya apa yang dirasakannya sebagai seorang Muslim terkait serangan teror Paris.
"Bagi saya, sangat tidak masuk akal mengatakan 'sebagai seorang Muslim'. Saya juga seseorang yang memberikan suaranya, konsumen, ibu, dan seseorang yang mencintai musik klasik. Saya terkejut bukan karena seorang Muslim, melainkan sebagai seorang warga negara," katanya di halaman Masjid Agung, Ahad (15/11).
"Ini bukan masalah Muslim, ini masalah polisi dan terorisme," Chafi menambahkan.
Nabil, staf di stadion Stade de France, tempat dua pelaku meledakkan bom bunuh diri menolak menyebut para penyerang itu 'jihadis' atau 'Islamis'.
"Mereka teroris. Saya hanya berjarak 100 meter dari ledakan pertama dan sebuah bom tidak akan membuat perbedaan antara Muslim dan Buddha. Itu tetap kejahatan," katanya.
Muslim di Prancis juga warga negara, sama seperti orang lain, kata dia, dan tidak harus memberikan pembenaran atas diri sendiri ketika serangan seperti itu terjadi.
Ia juga mengkritik politikus Prancis.
"Para politikus punya banyak pekerjaan rumah dengan masyarakat Muslim. Islamofobia muncul dan harus ditangani secara institusional oleh para politikus," ujar Nabil.
"Ketika Anda terlihat seperti Muslim, itu sulit. Cara orang-orang memandang kami akan berubah dan tidak lebih baik.
Kadang-kadang, lebih baik disangka sebagai Yahudi dan bukan Muslimkarena akan mengurangi masalah," kata Marjan Fouladvind, seorang mahasiswa program doktor di Paris.
Jamaah yang meninggalkan Masjid Agung Paris setelah shalat Dzuhur juga khawatir kalangan Muslim di Prancis akan disalahkan atas konflik yang berakar di Timur Tengah itu.
"Cerita ini mengotori Islam dan mencemari Muslim. Banyak masalah di sana yang seharusnya tidak mereka bawa ke sini," kata seorang pria bernama Soufiane.