- Beranda
- The Lounge
[SUDDEN DEATH GOAL] Tiga Momen Golden Goal di Sepakbola
...
TS
cel10.maldini
[SUDDEN DEATH GOAL] Tiga Momen Golden Goal di Sepakbola
Spoiler for semoga tak Repost:
Quote:
Istilah Golden Goal pertama kali diperkenalkan oleh FIFA pada tahun 1993. Golden Goal yang juga dikenal dengan istilah “sudden death”, adalah metode yang digunakan untuk menentukan pemenang dalam satu pertandingan.
Aturannya sederhana, jika terjadi perpanjangan waktu dalam suatu pertandingan, tim pertama yang mencetak gol, langsung keluar sebagai pemenang. Tetapi, pada Februari 2004, International Football Association Board (IFAB) memutuskan untuk menghapus aturan golden goal dari Laws of he Game.
Sampai saat ini, keputusan IFAB itu masih mengundang kontroversi. Ada pihak yang setuju aturan ini dihapus, sebagian lagi menginginkan aturan ini diberlakukan kembali.
Berikut ini tiga momen golden goal yang patut dikenang dalam sejarah sepakbola.
Quote:
Quote:
1. Final EURO1996, Jerman vs Rep.Ceko
Oliver Bierhoff, tercatat dalam sejarah sebagai pencetak golden goal pertama di kompetisi Eropa. Golnya ke gawang Ceko pada masa perpanjangan waktu, menjadikan Jerman sebagai Juara Euro 1996.
Tahun 1996 bisa jadi tahun yang teramat suram bagi Inggris. Bagaimana tidak, di tanah mereka sendiri, publik Britannia harus rela melihat Jerman mengangkat tinggi-tinggi trofi Henry Delaunay.
Setelah berhasil mengalahkan Inggris lewat drama adu penalti di babak semi final, Jerman akhirnya berhak melaju ke final Euro 1996. Di partai pamungkas, Der Panzer sudah ditunggu oleh Republik Ceko, yang berhasil melaju, setelah membekuk Perancis di semifinal, juga lewat babak adu penalti.
Memang, pertandingan final yang digelar di stadion Wembley pada 30 Juni 1996 itu, kedua tim bermain sama-sama tampil menyerang. Tapi, hingga jeda turun minum, keduanya belum ada yang mampu mencetak gol.
Gol yang dinanti-nanti itu baru lahir pada menit 59. Manakala kiper Jerman, Andreas Kopke tak mampu membendung tendangan penalti Patrick Berger.
Tertinggal satu angka, membuat pelatih Jerman, Berti Vogts, harus sedikit tampil menyerang. Karenanya, pada menit 69, Vogts memilih menarik keluar Mehmet Scholl dan memasukkan Oliver Bierhoff.
Tak butuh waktu lama bagi Bierhoff untuk menjawab kepercayaan sang pelatih kepala. Mantan pemain AC Milan itu hanya butuh waktu empat menit untuk mencetak gol penyeimbang kedudukan. Sundulan jarak dekatnya pada menit 73 tak mampu dihalau kiper Ceko, Petr Kouba. Jerman 1-1 Ceko.
Namun, setelah gol Bierhoff itu, hingga waktu normal berakhir, tak ada lagi gol tercipta di Wembley. Praktis, karena pada tahun itu golden goal diberlakukan untuk pertama kali, maka pertandingan pun dilanjutkan. Siapa yang mencetak gol lebih dulu di masa perpanjangan waktu, dia-lah pemenangnya.
Dan disitulah, sekali lagi, Bierhoff menunjukkan kejeniusannya. Pada menit ke-5 masa perpanjangan waktu, ia berhasil mencetak gol. Dengan tekhnik memutar badan, pamain kelahiran Karlsruhe itu berhasil menceplokan bola ke gawang Ceko dengan tendangan kaki kirinya.
Gol teramat spesial, mengingat selama ini kita mengenal Bierhoff hanya piawai dalam duel-duel udara. Sebuah gol yang tentunya teramat spesial juga bagi Die Nationalmannschaft, pasalnya, berkat gol itu, Jerman berhasil menjadi juara Euro untuk ketiga kalinya.
Tahun 1996 bisa jadi tahun yang teramat suram bagi Inggris. Bagaimana tidak, di tanah mereka sendiri, publik Britannia harus rela melihat Jerman mengangkat tinggi-tinggi trofi Henry Delaunay.
Setelah berhasil mengalahkan Inggris lewat drama adu penalti di babak semi final, Jerman akhirnya berhak melaju ke final Euro 1996. Di partai pamungkas, Der Panzer sudah ditunggu oleh Republik Ceko, yang berhasil melaju, setelah membekuk Perancis di semifinal, juga lewat babak adu penalti.
Memang, pertandingan final yang digelar di stadion Wembley pada 30 Juni 1996 itu, kedua tim bermain sama-sama tampil menyerang. Tapi, hingga jeda turun minum, keduanya belum ada yang mampu mencetak gol.
Gol yang dinanti-nanti itu baru lahir pada menit 59. Manakala kiper Jerman, Andreas Kopke tak mampu membendung tendangan penalti Patrick Berger.
Tertinggal satu angka, membuat pelatih Jerman, Berti Vogts, harus sedikit tampil menyerang. Karenanya, pada menit 69, Vogts memilih menarik keluar Mehmet Scholl dan memasukkan Oliver Bierhoff.
Tak butuh waktu lama bagi Bierhoff untuk menjawab kepercayaan sang pelatih kepala. Mantan pemain AC Milan itu hanya butuh waktu empat menit untuk mencetak gol penyeimbang kedudukan. Sundulan jarak dekatnya pada menit 73 tak mampu dihalau kiper Ceko, Petr Kouba. Jerman 1-1 Ceko.
Namun, setelah gol Bierhoff itu, hingga waktu normal berakhir, tak ada lagi gol tercipta di Wembley. Praktis, karena pada tahun itu golden goal diberlakukan untuk pertama kali, maka pertandingan pun dilanjutkan. Siapa yang mencetak gol lebih dulu di masa perpanjangan waktu, dia-lah pemenangnya.
Dan disitulah, sekali lagi, Bierhoff menunjukkan kejeniusannya. Pada menit ke-5 masa perpanjangan waktu, ia berhasil mencetak gol. Dengan tekhnik memutar badan, pamain kelahiran Karlsruhe itu berhasil menceplokan bola ke gawang Ceko dengan tendangan kaki kirinya.
Gol teramat spesial, mengingat selama ini kita mengenal Bierhoff hanya piawai dalam duel-duel udara. Sebuah gol yang tentunya teramat spesial juga bagi Die Nationalmannschaft, pasalnya, berkat gol itu, Jerman berhasil menjadi juara Euro untuk ketiga kalinya.
Quote:
2. Final EURO2000, Italia vs Perancis
Hasil imbang 1-1 hingga akhir babak kedua, memaksa pertandingan dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu. Adalah David Trezeguet yang menjadi penentu kemenangan les Bleus atas Italia, setelah berhasil menjebol gawang Toldo pada menit 103.
Italia hampir saja meraih gelar juara, tetapi genggaman itu lepas berkat gol menit terakhir Prancis. Pada babak perpanjangan waktu, Prancis berhasil menang dramatis sehingga merebut gelar Euro untuk kali kedua sepanjang sejarah.
Roger Lemerre dan Dino Zoff mengubah susunan tim inti mereka untuk final. Youri Djorkaeff dan Christophe Dugarry dipasang sejak awal, sementara Marco Delvecchio mengisi posisi Filippo Inzaghi.
Menit 55, Italia memimpin setelah umpan silang Gianluca Pessotto disambar Delvecchio dari sudut sempit. Alessandro del Piero hampir menambah keunggulan beberapa menit kemudian, sementara Toldo berhasil membendung setiap gempuran Prancis.
Lemerre kemudian memasukkan David Trezeguet untuk menambah daya gedor Prancis. Saat Italia sudah bersiap merayakan kemenangan di pinggir lapangan, Sylvain Wiltord membuyarkan keunggulan dengan hitungan detik sebelum waktu normal berakhir.
Memasuki perpanjangan waktu, perjuangan Prancis membuahkan hasil pada menit ke-103. Umpan silang Robert Pires dituntaskan tendangan keras Trezeguet untuk menghasilkan gol emas yang membuahkan gelar juara bagi Les Bleus.
Italia hampir saja meraih gelar juara, tetapi genggaman itu lepas berkat gol menit terakhir Prancis. Pada babak perpanjangan waktu, Prancis berhasil menang dramatis sehingga merebut gelar Euro untuk kali kedua sepanjang sejarah.
Roger Lemerre dan Dino Zoff mengubah susunan tim inti mereka untuk final. Youri Djorkaeff dan Christophe Dugarry dipasang sejak awal, sementara Marco Delvecchio mengisi posisi Filippo Inzaghi.
Menit 55, Italia memimpin setelah umpan silang Gianluca Pessotto disambar Delvecchio dari sudut sempit. Alessandro del Piero hampir menambah keunggulan beberapa menit kemudian, sementara Toldo berhasil membendung setiap gempuran Prancis.
Lemerre kemudian memasukkan David Trezeguet untuk menambah daya gedor Prancis. Saat Italia sudah bersiap merayakan kemenangan di pinggir lapangan, Sylvain Wiltord membuyarkan keunggulan dengan hitungan detik sebelum waktu normal berakhir.
Memasuki perpanjangan waktu, perjuangan Prancis membuahkan hasil pada menit ke-103. Umpan silang Robert Pires dituntaskan tendangan keras Trezeguet untuk menghasilkan gol emas yang membuahkan gelar juara bagi Les Bleus.
Quote:
3. Piala Dunia 2002, Korea Selatan vs Italia
Golden goal Ahn Jung-Hwan membuat Korea Selatan unggul 2-1 atas Italia, sekaligus membawa tim asuhan Guus Hiddink lolos ke babak 8 besar Piala Dunia Korea-Jepang.
Tanggal 18 Juni 2002 adalah hari yang sangat menyesakkan bagi Italia. Pada babak 16 besar Piala Dunia, Francesco Totti dkk. secara mengejutkan harus takluk dari Korea Selatan, sang tuan rumah kala itu. Gol Ahn Jung Hwan pada tambahan waktu babak kedua menggagalkan langkah Italia untuk melaju ke babak perempat final.
Ketika itu mereka menuding wasit Byron Moreno-lah yang menjadi biang kekalahan Italia kala itu. Tudingan itu memang beralasan mengingat pada laga itu, Moreno memberikan kartu merah Francesco Totti yang dianggap diving dan menganulir gol Damiano Tommasi tiga menit sebelum terciptanya gol kemenangan yang diciptakan Korsel.
Ditambah lagi pada babak pertama Korsel mendapat hadiah penalti setelah Christian Panucci menarik baju Seol Ki Hyeon. Namun tendangan penalti Ahn Jung Hwan berhasil digagalkan Gianluigi Buffon.
Amukan fans Italia sempat terjadi di kota Roma. Apalagi saat golden goal Ahn Jung Hwan tercipta. Para penggemar Italia yang kala itu melakukan nonton bersama di salah satu taman ibu kota Italia tersebut menendangi botol-botol yang berserakan sambil meneriakkan “death for the referee!”.
Italia pada turnamen empat tahunan kala itu memang seolah selalu dicurangi wasit. Dari empat pertandingan yang dijalani, lima gol telah dianulir oleh wasit. Ketika kalah 1-2 melawan Kroasia pada laga perdana, dua gol dianulir oleh wasit. Padahal dari tayangan ulang jelas terlihat bahwa dua gol tersebut sebenarnya layak diberikan untuk Italia.
Di lain pihak, Korea Selatan menyambut kemenangan ini dengan suka cita. Setelah gol Ahn Jung Hwan, semua pemain Korsel melakukan victory lap mengelingi stadion Daejeon World Cup Stadium. Di sudut-sudut kota, publik Korsel merayakannya dengan kembang api yang menghiasi langit sambil menggemakan teriakan yel-yel dukungan terhadap “Dae Han Min Guk” dan “Republic of Korea”.
Menjadi tuan rumah memang memberikan kekuatan tersendiri bagi Korea Selatan yang saat itu dilatih pelatih asal Belanda, Guus Hiddink. Setelah mengalahkan Italia, Korsel mengalahkan Spanyol lewat adu penalti.
Namun Jerman-lah yang kemudian menghentikan langkah Park Ji Sung cs di semi final. Gol tunggal Michael Ballack pada menit ke-75 menghapuskan mimpi Korsel untuk berlaga di final. Sedangkan pada perebutan ketiga, Korsel kembali menelan kekalahan setelah ditaklukkan Turki dengan skor 3-2.
Tanggal 18 Juni 2002 adalah hari yang sangat menyesakkan bagi Italia. Pada babak 16 besar Piala Dunia, Francesco Totti dkk. secara mengejutkan harus takluk dari Korea Selatan, sang tuan rumah kala itu. Gol Ahn Jung Hwan pada tambahan waktu babak kedua menggagalkan langkah Italia untuk melaju ke babak perempat final.
Ketika itu mereka menuding wasit Byron Moreno-lah yang menjadi biang kekalahan Italia kala itu. Tudingan itu memang beralasan mengingat pada laga itu, Moreno memberikan kartu merah Francesco Totti yang dianggap diving dan menganulir gol Damiano Tommasi tiga menit sebelum terciptanya gol kemenangan yang diciptakan Korsel.
Ditambah lagi pada babak pertama Korsel mendapat hadiah penalti setelah Christian Panucci menarik baju Seol Ki Hyeon. Namun tendangan penalti Ahn Jung Hwan berhasil digagalkan Gianluigi Buffon.
Amukan fans Italia sempat terjadi di kota Roma. Apalagi saat golden goal Ahn Jung Hwan tercipta. Para penggemar Italia yang kala itu melakukan nonton bersama di salah satu taman ibu kota Italia tersebut menendangi botol-botol yang berserakan sambil meneriakkan “death for the referee!”.
Italia pada turnamen empat tahunan kala itu memang seolah selalu dicurangi wasit. Dari empat pertandingan yang dijalani, lima gol telah dianulir oleh wasit. Ketika kalah 1-2 melawan Kroasia pada laga perdana, dua gol dianulir oleh wasit. Padahal dari tayangan ulang jelas terlihat bahwa dua gol tersebut sebenarnya layak diberikan untuk Italia.
Di lain pihak, Korea Selatan menyambut kemenangan ini dengan suka cita. Setelah gol Ahn Jung Hwan, semua pemain Korsel melakukan victory lap mengelingi stadion Daejeon World Cup Stadium. Di sudut-sudut kota, publik Korsel merayakannya dengan kembang api yang menghiasi langit sambil menggemakan teriakan yel-yel dukungan terhadap “Dae Han Min Guk” dan “Republic of Korea”.
Menjadi tuan rumah memang memberikan kekuatan tersendiri bagi Korea Selatan yang saat itu dilatih pelatih asal Belanda, Guus Hiddink. Setelah mengalahkan Italia, Korsel mengalahkan Spanyol lewat adu penalti.
Namun Jerman-lah yang kemudian menghentikan langkah Park Ji Sung cs di semi final. Gol tunggal Michael Ballack pada menit ke-75 menghapuskan mimpi Korsel untuk berlaga di final. Sedangkan pada perebutan ketiga, Korsel kembali menelan kekalahan setelah ditaklukkan Turki dengan skor 3-2.
Spoiler for sumber:
Diubah oleh cel10.maldini 15-11-2015 02:35
0
5.7K
Kutip
20
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
922.7KThread•82.2KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru