- Beranda
- The Lounge
Demi Senyuman di Wajahmu(Sebuah Kisah Fiksi)
...
TS
yatamirror
Demi Senyuman di Wajahmu(Sebuah Kisah Fiksi)
Salam kenal agan dan sista sekalian
Begini akhir-akhir ini ane hobi nonton film2 asia(korea,jepang,thailand) dan sebagian besar genrenya drama romance.
Jadi muncul lah ide-ide cerita dan karakter2 di kepala ane. daripada cuma ngendap mending ane tuangkan dalam cerita pendek. Mohon dimaklumi kalo critanya kurang mendetail namanya juga masih nubie
Robbi adalah cowok serius yang tidak punya hobi khusus. Antusiasmenya hanya untuk belajar. Ia sangat terobsesi untuk meraih peringkat atas dan masuk ke perguruan tinggi negeri unggulan. Ia pun berhasil selalu berada di peringkat tiga besar sekolah. Robbi punya teman akrab sejak kecil bernama Venna. Mereka tinggal dalam komplek yang sama. Ia adalah cewek brambut pendek,berwajah manis dan bersifat tomboy. Hobinya adalah bermain musik. Ia juga jago dalam berolahraga. Venna sangat mudah bergaul dengan siapa saja, berbeda dengan Robbi yang canggung dalam berteman. Sejak kecil mereka sering bermain bersama dan selalu masuk sekolah yang sama. Venna lah yang memberikan nama panggilan kepada Robbi, yaitu Obbie. Hingga kini saat keduanya sudah kelas tiga SMA, Cuma Venna yang masih memanggil Obbie.
Sebenarnya Obbie tidak suka dipanggil dengan Obbie, tapi karena Venna teman sejak kecilnya apa boleh buat dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Sehari-hari kegiatan Obbie hanya belajar dan membaca. Sesekali dia jalan keluar itu pun setelah diajak gabung oleh Venna dan teman-temannya. Meski begitu tidak ada satu pun dari mereka yang bisa dekat dengan Obbie. Berbeda dengan Venna yang sering jalan dengan beberapa cowo yang tergolong ngetop di sekolah. Namun tidak ada yang dianggap Venna sebagai pacarnya. Beredar kabar Venna menolak cowo-cowo itu meski kenyataannya ia tidak pernah benar-benar dekat dengan mereka. Cuma sekali dua kali ia jalan dengan mereka. Bagi Venna yang jago berolah raga dan bermain musik, Obbie lah teman yang selalu siap membantunya dalam pelajaran sekolah dan mengerjakan tugas. Itu adalah kekurangan Venna yang peringkat sekolahnya cenderung rendah. Meski begitu ia tidak lah bodoh karena terbukti ia selalu masuk sekolah unggulan yang sama dengan Obbie. Hanya antusiasmenya pada pelajaran sekolah tidaklah sebebesar antusiasmenya dalam bermusik. Obbie pun sering menasehati Venna yang tidak pernah serius dalam belajar, namun Venna membela diri dengan mengatakan untuk masuk jurusan musik tidak perlu pintar-pintar amat. Meski sering ngomel, Obbie tetap saja membantu Venna dalam pelajaran dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Hanya Venna saja yang dia bantu meski di sekolah Obbie terkenal pelit membantu dalam hal pelajaran. Dia tidak mau memberikan contekan apapun baik PR ataupun ujian.
Sebagai balas budi Obbie yang telah membantunya dalam pelajaran, Venna menyanyi sambil bermain gitar di saat Obbie belajar. Venna berbakat dalam bermain musik dan suaranya merdu. Jadi Obbie tidak keberatan kalau Venna bernyanyi di saat ia belajar atau mengerjakan tugas. Venna pun merekam lagu-lagu coveran dan lagu ciptaannya meski dengan kualitas seadanya. Diberikannya rekaman itu kepada Obbie sebagai hadiah telah membantunya menyelesaikan tugas-tugasnya. Obbie pun sering mendengarkan untuk menemaninya belajar. Obbie paling senang mendengar cover lagu-lagu terkenal yang dinyanyikan Venna, namun dia tidak bisa menikmati lagu ciptaan Venna sendiri. Hal itu sering dia jadikan bahan lelucon untuk menggoda Venna. Dia mengatakan kalau Venna tidak bakal ngetop dengan lagu ciptaan sendiri. Meski begitu Obbie mengatakannya dengan bercanda dan tetap berharap Venna suatu hari terkenal dengan lagunya sendiri.
Hari-hari terus berlalu sekarang Obbie dan Venna sudah lulus sekolah. Keduanya pun berhasil masuk perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Obbie berhasil masuk jurusan akuntansi dan Venna masuk ke jurusan seni musik. Proses orientasi mahasiswa baru dilewati dengan lancar. Pada akhirnya tibalah acara pentas bagi mahasiswa baru. Acara yang disediakan panitia untuk mahasiswa baru sebagai pengisi acaranya. Tidak diragukan lagi Venna manjadi salah satu pengisi acara. Saat tiba waktunya Venna bernyanyi semua penonton berdecak kagum. Suara merdu Venna mampu memikat para penonton. Wajahnya yang manis semakin membuat para mahasiswa terpesona dan para mahasiswi iri. Venna dari jurusan seni musik dengan cepat terkenal dan menjadi idola baru kampus. Tanpa terasa dua lagu sudah dia nyanyikan. Saat masuk lagu ketiga sekaligus lagu terakhir dengan spontan Venna turun dan menarik Obbie naik panggung untuk berduet. Tentu saja Obbie menolak namun dia tidak kuasa menghadapi panitia yang memaksanya untuk naik. Mereka pun berduet. Obbie dengan suara pas-pasannya dan gaya yang canggung di atas panggung. Bisa ditebak penonton, terutama para mahasiswa menyoraki setiap bagian dia bernyanyi dan menyuruhnya untuk turun. Begitulah akhirnya Obbie pun ikut terkenal dengan si culun temannya Venna.
Hari-hari sebagai mahasiswa dilewati Obbie dengan lancar. Meski begitu tetap saja Obbie masih canggung dengan orang lain. Dia hanya sekedar kenal dengan teman kampusnya dan tidak ada yang benar-benar dekat. Juga tidak ada satupun kegiatan di kampus yang menarik minatnya. Obbie seringkali bertandang ke fakultas Venna. Sedikit aneh karena dia lebih sering menghabiskan waktu di kantin tempat Venna kuliah dibanding kantin fakultasnya sendiri. Suatu hari Obbie seperti biasa main ke tempat Venna. Saat dia sedang menunggu Venna, pandangan matanya mengarah pada sosok cewe yang duduk sendirian di bawah pohon. Cewe berambut panjang dan berwajah sendu. Meski jauh Obbie dapat melihat kecantikannya. Mata cewe itu hanya tertuju pada kertas yang dipegangnya. Sepertinya dia sedang menggambar sesuatu sambil sesekali melihat kedepan. Venna pun datang dan mereka berdua beranjak pergi.
Hari berikutnya Obbie mendapati cewek itu masih ditempat yang sama. Semakin membuat Obbie penasaran. Obbie bertanya kepada Venna namun ia juga tidak mengenalnya. Cewek berwajah sendu itu terus terbayang dalam pikiran Obbie. Keesokan harinya seperti biasa Obbie main ke kampus Venna. Setelah selesai makan dia memberitahu Venna bahwa ia akan melakukan hal gila yang tidak pernah ada dalam pikiran seorang Obbie yang cuma serius belajar. Obbie pun beranjak, berjalan menuju tempat cewe berwajah sendu itu. Dengan mantap ia duduk di samping cewe itu. Obbie melirik si Cewe tidak bergeming dan masih melanjutkan menggambar. Diintipnya gambar cewe itu sangat bagus, gambar pemandangan kampus dan orang-orang yang lalu lalang.
Dengan tenang Obbie mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah buku berjudul kumpulan cerita lucu dan materi-materi komedi. Dibukanya buku itu di salah satu halaman yang sudah ia tandai. Ia pun menarik napas dalam-dalam dan membacanya dengan keras. Obbie membaca materi komedi dengan intonasi dan ekspresi seakaan-akan dia sedang melakukan perform di depan banyak orang. Dibacanya bit per bit, punchline per punchline dengan intonasi dan gaya Obbie. Dia pun mengakhirinya dengan ucapan nama saya Robbie dari jurusan akuntansi, terima kasih. Diliriknya cewe itu ternyata ia tersenyum simpul. Hal itu tidak diduga oleh Obbie yang akhirnya tersenyum lega karena usahanya yang butuh keberanian ekstra tidak sia-sia. Cewe itu dengan lembut berkata sama-sama nama saya Liana dari jurusan seni rupa. Obbie dan Liana akhirnya tertawa berdua.
Liana mengatakan pada Obbie sebenarnya materi yang dibawakannya garing namun karena cara pembawaan Obbie yang unik membuatnya jadi lucu. Obbie pun tersipu malu. Tiba-tiba Venna datang menghampiri mereka sambil berteriak Obbie gimana hasilnya lancar ngga? Obbie tersenyum kecut karena Venna memanggilnya dengan nama kecilnya. Padahal sudah berkali-kali diingatkan untuk memanggilnya dengan Robbi di kampus. Liana pun menjawab Obbie hebat karena membuatnya bisa tertawa. Senyum Obbie tambah kecut karena kini Liana ikut-ikutan memanggil Obbie. Venna yang supel lalu memperkenalkan dirinya dan ia pun cepat akrab dengan Liana. Liana bercerita tentang dirinya yang kurang bisa bergaul dengan orang lain. Sejak kecil ia sering berpindah tempat tinggal karena pekerjaan ayahnya sehingga ia menjadi susah untuk benar-benar mendapat teman dekat. Selain itu orang tuanya yang overprotektif membuatnya tidak bisa leluasa. Menggambar menjadi hal yang menghibur Liana walaupun sendirian. Menggambar dapat membuat pikirannya ringan dan tentram.
Bersambung di bawah:
Terimakasih sudah mampir dan membaca
ditunggu rate dan yang seger2
Begini akhir-akhir ini ane hobi nonton film2 asia(korea,jepang,thailand) dan sebagian besar genrenya drama romance.
Jadi muncul lah ide-ide cerita dan karakter2 di kepala ane. daripada cuma ngendap mending ane tuangkan dalam cerita pendek. Mohon dimaklumi kalo critanya kurang mendetail namanya juga masih nubie
Demi Senyuman di Wajahmu
Quote:
Robbi adalah cowok serius yang tidak punya hobi khusus. Antusiasmenya hanya untuk belajar. Ia sangat terobsesi untuk meraih peringkat atas dan masuk ke perguruan tinggi negeri unggulan. Ia pun berhasil selalu berada di peringkat tiga besar sekolah. Robbi punya teman akrab sejak kecil bernama Venna. Mereka tinggal dalam komplek yang sama. Ia adalah cewek brambut pendek,berwajah manis dan bersifat tomboy. Hobinya adalah bermain musik. Ia juga jago dalam berolahraga. Venna sangat mudah bergaul dengan siapa saja, berbeda dengan Robbi yang canggung dalam berteman. Sejak kecil mereka sering bermain bersama dan selalu masuk sekolah yang sama. Venna lah yang memberikan nama panggilan kepada Robbi, yaitu Obbie. Hingga kini saat keduanya sudah kelas tiga SMA, Cuma Venna yang masih memanggil Obbie.
Sebenarnya Obbie tidak suka dipanggil dengan Obbie, tapi karena Venna teman sejak kecilnya apa boleh buat dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Sehari-hari kegiatan Obbie hanya belajar dan membaca. Sesekali dia jalan keluar itu pun setelah diajak gabung oleh Venna dan teman-temannya. Meski begitu tidak ada satu pun dari mereka yang bisa dekat dengan Obbie. Berbeda dengan Venna yang sering jalan dengan beberapa cowo yang tergolong ngetop di sekolah. Namun tidak ada yang dianggap Venna sebagai pacarnya. Beredar kabar Venna menolak cowo-cowo itu meski kenyataannya ia tidak pernah benar-benar dekat dengan mereka. Cuma sekali dua kali ia jalan dengan mereka. Bagi Venna yang jago berolah raga dan bermain musik, Obbie lah teman yang selalu siap membantunya dalam pelajaran sekolah dan mengerjakan tugas. Itu adalah kekurangan Venna yang peringkat sekolahnya cenderung rendah. Meski begitu ia tidak lah bodoh karena terbukti ia selalu masuk sekolah unggulan yang sama dengan Obbie. Hanya antusiasmenya pada pelajaran sekolah tidaklah sebebesar antusiasmenya dalam bermusik. Obbie pun sering menasehati Venna yang tidak pernah serius dalam belajar, namun Venna membela diri dengan mengatakan untuk masuk jurusan musik tidak perlu pintar-pintar amat. Meski sering ngomel, Obbie tetap saja membantu Venna dalam pelajaran dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Hanya Venna saja yang dia bantu meski di sekolah Obbie terkenal pelit membantu dalam hal pelajaran. Dia tidak mau memberikan contekan apapun baik PR ataupun ujian.
Sebagai balas budi Obbie yang telah membantunya dalam pelajaran, Venna menyanyi sambil bermain gitar di saat Obbie belajar. Venna berbakat dalam bermain musik dan suaranya merdu. Jadi Obbie tidak keberatan kalau Venna bernyanyi di saat ia belajar atau mengerjakan tugas. Venna pun merekam lagu-lagu coveran dan lagu ciptaannya meski dengan kualitas seadanya. Diberikannya rekaman itu kepada Obbie sebagai hadiah telah membantunya menyelesaikan tugas-tugasnya. Obbie pun sering mendengarkan untuk menemaninya belajar. Obbie paling senang mendengar cover lagu-lagu terkenal yang dinyanyikan Venna, namun dia tidak bisa menikmati lagu ciptaan Venna sendiri. Hal itu sering dia jadikan bahan lelucon untuk menggoda Venna. Dia mengatakan kalau Venna tidak bakal ngetop dengan lagu ciptaan sendiri. Meski begitu Obbie mengatakannya dengan bercanda dan tetap berharap Venna suatu hari terkenal dengan lagunya sendiri.
Hari-hari terus berlalu sekarang Obbie dan Venna sudah lulus sekolah. Keduanya pun berhasil masuk perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Obbie berhasil masuk jurusan akuntansi dan Venna masuk ke jurusan seni musik. Proses orientasi mahasiswa baru dilewati dengan lancar. Pada akhirnya tibalah acara pentas bagi mahasiswa baru. Acara yang disediakan panitia untuk mahasiswa baru sebagai pengisi acaranya. Tidak diragukan lagi Venna manjadi salah satu pengisi acara. Saat tiba waktunya Venna bernyanyi semua penonton berdecak kagum. Suara merdu Venna mampu memikat para penonton. Wajahnya yang manis semakin membuat para mahasiswa terpesona dan para mahasiswi iri. Venna dari jurusan seni musik dengan cepat terkenal dan menjadi idola baru kampus. Tanpa terasa dua lagu sudah dia nyanyikan. Saat masuk lagu ketiga sekaligus lagu terakhir dengan spontan Venna turun dan menarik Obbie naik panggung untuk berduet. Tentu saja Obbie menolak namun dia tidak kuasa menghadapi panitia yang memaksanya untuk naik. Mereka pun berduet. Obbie dengan suara pas-pasannya dan gaya yang canggung di atas panggung. Bisa ditebak penonton, terutama para mahasiswa menyoraki setiap bagian dia bernyanyi dan menyuruhnya untuk turun. Begitulah akhirnya Obbie pun ikut terkenal dengan si culun temannya Venna.
Hari-hari sebagai mahasiswa dilewati Obbie dengan lancar. Meski begitu tetap saja Obbie masih canggung dengan orang lain. Dia hanya sekedar kenal dengan teman kampusnya dan tidak ada yang benar-benar dekat. Juga tidak ada satupun kegiatan di kampus yang menarik minatnya. Obbie seringkali bertandang ke fakultas Venna. Sedikit aneh karena dia lebih sering menghabiskan waktu di kantin tempat Venna kuliah dibanding kantin fakultasnya sendiri. Suatu hari Obbie seperti biasa main ke tempat Venna. Saat dia sedang menunggu Venna, pandangan matanya mengarah pada sosok cewe yang duduk sendirian di bawah pohon. Cewe berambut panjang dan berwajah sendu. Meski jauh Obbie dapat melihat kecantikannya. Mata cewe itu hanya tertuju pada kertas yang dipegangnya. Sepertinya dia sedang menggambar sesuatu sambil sesekali melihat kedepan. Venna pun datang dan mereka berdua beranjak pergi.
Hari berikutnya Obbie mendapati cewek itu masih ditempat yang sama. Semakin membuat Obbie penasaran. Obbie bertanya kepada Venna namun ia juga tidak mengenalnya. Cewek berwajah sendu itu terus terbayang dalam pikiran Obbie. Keesokan harinya seperti biasa Obbie main ke kampus Venna. Setelah selesai makan dia memberitahu Venna bahwa ia akan melakukan hal gila yang tidak pernah ada dalam pikiran seorang Obbie yang cuma serius belajar. Obbie pun beranjak, berjalan menuju tempat cewe berwajah sendu itu. Dengan mantap ia duduk di samping cewe itu. Obbie melirik si Cewe tidak bergeming dan masih melanjutkan menggambar. Diintipnya gambar cewe itu sangat bagus, gambar pemandangan kampus dan orang-orang yang lalu lalang.
Dengan tenang Obbie mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah buku berjudul kumpulan cerita lucu dan materi-materi komedi. Dibukanya buku itu di salah satu halaman yang sudah ia tandai. Ia pun menarik napas dalam-dalam dan membacanya dengan keras. Obbie membaca materi komedi dengan intonasi dan ekspresi seakaan-akan dia sedang melakukan perform di depan banyak orang. Dibacanya bit per bit, punchline per punchline dengan intonasi dan gaya Obbie. Dia pun mengakhirinya dengan ucapan nama saya Robbie dari jurusan akuntansi, terima kasih. Diliriknya cewe itu ternyata ia tersenyum simpul. Hal itu tidak diduga oleh Obbie yang akhirnya tersenyum lega karena usahanya yang butuh keberanian ekstra tidak sia-sia. Cewe itu dengan lembut berkata sama-sama nama saya Liana dari jurusan seni rupa. Obbie dan Liana akhirnya tertawa berdua.
Liana mengatakan pada Obbie sebenarnya materi yang dibawakannya garing namun karena cara pembawaan Obbie yang unik membuatnya jadi lucu. Obbie pun tersipu malu. Tiba-tiba Venna datang menghampiri mereka sambil berteriak Obbie gimana hasilnya lancar ngga? Obbie tersenyum kecut karena Venna memanggilnya dengan nama kecilnya. Padahal sudah berkali-kali diingatkan untuk memanggilnya dengan Robbi di kampus. Liana pun menjawab Obbie hebat karena membuatnya bisa tertawa. Senyum Obbie tambah kecut karena kini Liana ikut-ikutan memanggil Obbie. Venna yang supel lalu memperkenalkan dirinya dan ia pun cepat akrab dengan Liana. Liana bercerita tentang dirinya yang kurang bisa bergaul dengan orang lain. Sejak kecil ia sering berpindah tempat tinggal karena pekerjaan ayahnya sehingga ia menjadi susah untuk benar-benar mendapat teman dekat. Selain itu orang tuanya yang overprotektif membuatnya tidak bisa leluasa. Menggambar menjadi hal yang menghibur Liana walaupun sendirian. Menggambar dapat membuat pikirannya ringan dan tentram.
Bersambung di bawah:
Terimakasih sudah mampir dan membaca
ditunggu rate dan yang seger2
Bagi agan ato sista yang bisa nulis cerita ato novel klo berkenan ngembangin cerita ini dengan senang hati ane persilakan
Polling
0 suara
Tokoh Wanita Favorit
Diubah oleh yatamirror 15-11-2015 05:27
0
3.8K
Kutip
39
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923.4KThread•84.5KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya