Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Gratifikasi dokter dan perusahaan farmasi menurut medical representatif

echovAvatar border
TS
echov
Gratifikasi dokter dan perusahaan farmasi menurut medical representatif
Sebelumnya ane minta maaf apabila tulisan ini membuat agan agan yang berprofesi di bidang farmasi dan kesehatan rawan tersinggung, tidak ada niat bagi ane untuk menjelek jelek kan atau membuka aib di bidang yang juga ane geluti yaitu sebagai Medical representatif ( medrep ).
Ane menjadi Medrep di sebuah perusahaan farmasi asing, profesi ini ane geluti sudah jalan 4 tahun. Sebenarnya ada kebanggaan tersendiri terhadap profesi ini karena bisa berhubungan dengan para user yang merupakan orang orang berjidat alias pintar seperti dokter, walaupun sekarang ane agak malu dengan maraknya pemberitaan tentang gratifikasi perusahaan farmasi dengan dokter dan Medrep di sebut sebagai mediator alias penghubung kongkalikong antara perusahaan farmasi dengan user di bidang kesehatan.

Oh ya untuk agan yang belum tau apa sih Medical representatif, ane jelasin dikit
Medical representatif itu adalah pekerja marketing farmasi, tugas nya memberikan info dan menjual obat keras yang harus menggunakan resep dokter kepada end user yang berhak meresepkan yaitu dokter itu sendiri.
Profesi ini pernah di filmkan di Amrik dengan pemeran Will Smith tapi ane lupa judulnya.

Pada pemberitaan di majalah tempo online baru baru ini tentang kongkalikong antara perusahaan farmasi dan dokter di mana di kupas abis dan terang gimana para dokter mendapat pembagian dari hasil resep tiap obat yang mereka tulis, di berita tersebut lengkap di sebutkan salah satu perusahaan, nama dokter sampai ke foto profilnya beserta kuitansi kuintasi bukti pembayaran sampai beratus ratus juta yang tertulis di kuintasi... Dan tentu saja yang terlibat dan diberitakan bakal mengelak dan beralasan menolak fakta tersebut.

Agan agan sekalian sekedar info Indonesia menurut survey tahun 2013 termasuk pengguna obat urutan No 5 di dunia? Bukan gan tapi di Asia tenggara.... Ya Asia tenggara, warga negara kita ini masih kalah penggunaan obat per kapita ( jumlah uang yang dikeluarkan orang dalam setahun utk beli obat ) dari orang vietnam tetapi jumlah farmasi nya ampun DEjeeeee banyak banget, hypercompetif kalo istilah kompeninya padahal yang di jual obatnya rata rata sejenis kandungannya cuma merk nya aja yang beda, apalagi untuk obat golongan anti biotik banyak banget yang sama. Sehingga persaingan persaingan di lapangan untuk memperebutkan user sangat ketat..ibarat bola persaingan antar farmasi di Indonesia mirip liga inggris lah. Itu yang menimbulkan 1000 cara untuk merebut hati customer.

Saya sendiri mengumpamakan profesi dokter adalah profesi setengah dewa, ya setengah dewa saya bilang karena apa yang dokter bilang dan dokter tulis pasti di percaya oleh pasien yang tak berdaya.

Dalam hubungan nya dokter dengan perusahaan farmasi sudah pasti akan sangat erat prinsip simbiosis mutualisme nya karena bisa apa dokter kalo gak ada obat, tapi sayangnya perusahaan Indonesia belum bisa menemukan obat yang ada menurut penelitian banyak perusahaan dalam negeri mengemas obat generik dan diberi merk lalu dijual dengan harga 10x lipat dari harga generik.
Wajar perusahaan kita belum bisa menemukan jenis obat atau mengadakan penelitian, karena biaya penelitiannya menurut data tahun 2008 bisa menghabiskan sekitar 800 juta dolar dan itu belum tentu sukses karena ada 4 fase yang harus di lewati.

Kenyataan itu menciptakan situasi yang terjadi saat ini suatu hubungan yang berprinsip kan ekonomi karena perusahaan dalam negeri menjual produk kadang bukan berdasarkan benefit untuk pasien, Perusahaan farmasi butuh sales dan dokter perlu obat serta uang setelah itu fasilitas dan jadilah mereka raja.

Ane percaya masih banyak dokter baik di negara kita, yang menolong umat Tuhan berdasarkan hati bukan duit semata, tatapi pada kenyataan yang ane temuan dan pengalaman dlapangan dokter yang awalnya idealis lambat laun akan tergoda dengan iming iming tiap perusahaan farmasi, ingat biaya jadi dokter di Indonesia itu kan mahal masa cuma di bayar setara PNS seharusnya Pemerintah juga ber Fikir menaikan gaji dokter di RS Pemerintah karena kasian gan kalo liat dokter UGD di RS banyak banget pasien yang ditanganin dari sekedar kasus mencret sampai organ tubuh putus.

Menjadi seorang Medrep perusahaan dalam negeri tu harus tahan banting gan kadang harga diri ikut ter injak, biasanya selain mendapat uang dari potongan diskon penggunaan obat dari suatu farmasi, dokter potensial juga mendapat pelayanan ekstra yang dilakukan oleh Medrep ataupun atasannya seperti antar jemput kalo dibutuhkan, kadang antar jemput anak istri juga, beli ini beli itu, pernah ketemu temen dari perusahaan lain yang di suruh dokter nyirem tanaman, bersihkan kulkas, bersihkan AC pokoknya banyak dah dan gak bisa nolak.
Kenapa semua itu bisa terjadi ?
Karena perusahaan farmasi kita gak punya kode etik yang mengatur tata cara yang halal dan haram untuk urusannya persaingan antar perusahaan farmasi
Beda dengan perusahaan farmasi asing, dimana terikat dengan kode etik dan peraturan yang di tetap kan oleh WHO dan ikatan seluruh perusahaan asing dunia.
Kaya perusahaan tempat ane kerja hanya boleh memberikan sponsorship untuk seminar dan workshop di bidang kesehatan itu pun aturan akan fasilitas yang diberikan ke dokter ketat banget, gimana kalo ketahuan melanggar ? Denda nya gila gan....sampai trilyunan, dan udah beberapa perusahaan farmasi besar dunia yang ke GAP serta di laporkan hingga kena hukuman serta denda trilyunan rupiah.

Jadi gak semua farmasi di Indonesia memberikan fulus dan pelayanan plus plus ke dokter melalui medrep nya ironisnya malah perusahaan asing yang memiliki kesadaran untuk mematuhi kode etik sambil menonton perusahaan dalam negeri memainkan permainan kotor.

Ane berharap menteri kesehatan dan Ikatan dokter Indonesia bener bener mau negakkan peraturan karena selama ini mereka bertindak pura pura gak tau, gak mungkin gak tau kan mereka juga dokter sedangkan kondisi ini berlangsung udah berpuluh-puluh tahun.

Jujur karena ane jadi Medrep malah kadang membuat ane sensitif liat resep kalo ada keluarga ane yang berobat, pernah istri ane hamil dan tiap chek Up harus nebus obat untuk perkembangan otak bayi, kebetulan temen ane istrinya juga hamil dan mau cek ke Singapura langsung ane titip pertanyaan untuk di tanyakan ke dokter di sana, kata dokternya itu obat gak wajib tiap bulan di tebus kalo kebanyakan meningkatkan risiko autis ke anak. Langsung ane temuan temen ane salah satu Medrep perusahaan farmasi yang bawa itu obat dan dia bilang udah deal ngasih 100 juta ke dokter spesialis kandungan tempat bini ane periksa, dimana pengembalian uangnya dalam bentuk penulisan resep sebanyak Rp 100 juta selama 6 bulan, ane minta mana penelitian ilmiahnya ko disuruh minum tiap hari sampai anak ane keluar..eh gak jelas study penelitian yang tercantum di brosur nya.

Sekali lagi ane cape cape nulis ini bukan karena mau jelek jelekin dan memojokkan suatu profesi atau institusi, tapi cuma pengen Share pengalaman dan pengetahuan ane aja yang menjalani profesi sebagai Medrep, karena apa yang terjadi di dunia kesehatan negara kita tersayang ini menurut ane akan makin bobrok kalo gak di benahi hubungan antara perusahaan farmasi dan para customer yaitu dokter,apoteker, kepala rumah sakit..karena seharusnya yang semua yang terlibat harus mengutamakan satu kepentingan yaitu kita sebagai pasien.Gratifikasi dokter dan perusahaan farmasi menurut medical representatif







Gratifikasi dokter dan perusahaan farmasi menurut medical representatif
Diubah oleh echov 10-11-2015 10:51
0
4.9K
18
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.3KThread84.3KAnggota
Urutkan
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.