Tentang Rumah Kerucut NTT Yang Masuk Nominasi Aga Khan Award Gan.
TS
balsempanas
Tentang Rumah Kerucut NTT Yang Masuk Nominasi Aga Khan Award Gan.
Selamat Sore penghuni kaskus.
mimin dan momod nubi mohon ijin sharing informasi.
Begini gan, barusan ane nemu berita kalo ada nominasi Aga Khan Award for Architecture tahun 2013 dan ternyata salah satu nominasinya itu adalah rumah adat salah satu daerah di Indonesia gan. Rumah Kerucut (Mbaru Niang). Apatuh?.
Ini sedikit informasi mengenai Mbaru Niang Gan.
Quote:
Wae rebo adalah sebuah kampung tradisional di dusun terpencil. Warga sekecamatan saja masih banyak yang belum mengenal kampung itu padahal pengunjung asing sudah banyak menghabiskan waktu liburannya di kampung terudik ini. Wae rebo boleh dibilang dusun internasional yang semakin banyak digemari oleh wisatawan asing.
Wae rebo terletak di desa satar lenda, kecamatan satarmese barat, kabupaten manggarai, propinsi nusa tenggara timur. Hawanya cukup dingin, berada di ketinggian 1100 m di atas permukaan air laut. Kampung wae rebo diapit oleh gunung, hutan lebat dan berada jauh dari kampung – kampung tetangga. Kampung wae rebo dikukuhkan oleh enklave sejak masa penjajahan belanda.
Pada awal mulanya Maro, secara turun – temurun nenek moyang orang Wae Rebo menuturkan bahwa, Maro adalah orang pertama yang tinggal dan menetap di Wae Rebo. Kampung Wae Rebo saat ini sudah memasuki generasi ke – 18. Satu generasi mencapai usia 60 tahun, sehingga usia kampung Wae Rebo saat ini ± 108 tahun. Jumlah kepala keluarga hingga tahun 2009 mencapai 88 kepala keluarga atau 1. 200 jiwa.
Salah satu hal yang menarik dari Desa Wae Rebo adalah rumah adatnya yang berbentuk kerucut dan atapnya terbuat dari daun lontar. Rumah adat yang disebut mbaru niang ini sepintas mirip dengan honai yang ada di Papua. Namun, yang membedakan adalah bentuk atap rumah Wae Rebo lebih kerucut dengan atap yang memanjang sampai menyentuh tanah.
Mbaru Niang adalah rumah adat yang terdiri dari 5 tingkat dengan atapnya kerucutnya yang khas. Tingkat pertama rumah ini disebut lutur atau tenda. Lantai pertama ini digunakan sebagai tempat tinggal sang penghuni. Di tingkat kedua atau lobo adalah tempat menyimpan bahan makanan dan barang.
Naik satu lantai, di lantai tiga atau lentar adalah lantai yang digunakan untuk menyimpan benih tanaman untuk bercocok tanam. Sama seperti tingkat 1, 2 dan 3, tingkat juga memiliki namanya sendiri, yaitu lempa rae. Lempa rae adalah tempat untuk menyimpan stok cadangan makanan yang berguna saat hasil panen kurang berhasil. Nah, jika masuk di lantai paling akhir atau yang hekang kode, Anda bisa melihat aneka sesajian yang disimpan pemilik rumah untuk para leluhur.
proses pembangunan rumah ini adalah tanpa menggunakan paku, melainkan dengan konsep pasak dan pen, dan diikat dengan rotan sebagai penguat setiap tulang fondasinya. Menurut cerita dari masyarakat ini, banyak sekali arsitek Indonesia dan luar negeri yang datang dan menginap untuk mempelajari konsep rumah adat Wae Rebo ini.