- Beranda
- The Lounge
Raja Gangster India Ditangkap Di Bali
...
TS
adi10
Raja Gangster India Ditangkap Di Bali
Quote:
New Delhi - Chhota Rajan 'Rajendra' yang dikenal sebagai salah satu buronan paling dicari di India, sudah lama melintang di dunia kriminal. Berbagai profesi yang bertentangan dengan hukum pernah dia jalani, yang diawali dengan menjadi penjual tiket bioskop secara ilegal di Mumbai.
Seperti dilansir media setempat, The Indian Express, Rabu (28/10/2015), pria dengan nama asli Rajendra Sadashiv Nikhaljee (55) ini ditangkap di Bali, Indonesia setelah menjadi buronan otoritas India maupun Interpol selama 20 tahun.
Rajan disebut mengawali 'karier' kriminalnya dengan menjual tiket ilegal di Bioskop Sahakar di Tilak Nagar, pada tahun 1970-an hingga 1980-an silam. Dia dimentori oleh Rajan Mahadev Nair alias Bada Rajan yang saat itu memimpin geng kecil setempat.
Rajan lahir di Tilak Nagar, wilayah di mana hingga kini keluarganya masih tinggal, yang dikenal sebagai area miskin dan kondisi ini memaksa Rajan untuk menekuni dunia hitam. Rajan yang ambisius berkembang dari pelaku kriminal remeh-temeh menjadi tangan kanan Bada Rajan.
Tahun 1983, Bada ditembak mati oleh dua anggota geng musuh dan pembunuhan ini membuat Rajan marah. Dia memberitahu polisi keberadaan dua anggota geng musuh yang menembak mentornya. Salah satu dari mereka pun ditembak mati polisi.
Kematian dua anggota geng musuh untuk mengangkat nama Rajan dalam dunia kriminal, hingga dia bertemu dengan Dawood, seorang penyelundup emas ternama, pada awal tahun 1980-an. Rajan ditunjuk menjadi pengawas aktivitas geng kriminal di Mumbai.
Karena tekanan polisi dan operasi polisi, Dawood dan Rajan kabur keluar dari India pada akhir tahun 1980-an. Hingga tahun 1993, Rajan-Dawood menjadi kombinasi mematikan di dunia hitam Mumbai.
Seperti dilansir media setempat, The Indian Express, Rabu (28/10/2015), pria dengan nama asli Rajendra Sadashiv Nikhaljee (55) ini ditangkap di Bali, Indonesia setelah menjadi buronan otoritas India maupun Interpol selama 20 tahun.
Rajan disebut mengawali 'karier' kriminalnya dengan menjual tiket ilegal di Bioskop Sahakar di Tilak Nagar, pada tahun 1970-an hingga 1980-an silam. Dia dimentori oleh Rajan Mahadev Nair alias Bada Rajan yang saat itu memimpin geng kecil setempat.
Rajan lahir di Tilak Nagar, wilayah di mana hingga kini keluarganya masih tinggal, yang dikenal sebagai area miskin dan kondisi ini memaksa Rajan untuk menekuni dunia hitam. Rajan yang ambisius berkembang dari pelaku kriminal remeh-temeh menjadi tangan kanan Bada Rajan.
Tahun 1983, Bada ditembak mati oleh dua anggota geng musuh dan pembunuhan ini membuat Rajan marah. Dia memberitahu polisi keberadaan dua anggota geng musuh yang menembak mentornya. Salah satu dari mereka pun ditembak mati polisi.
Kematian dua anggota geng musuh untuk mengangkat nama Rajan dalam dunia kriminal, hingga dia bertemu dengan Dawood, seorang penyelundup emas ternama, pada awal tahun 1980-an. Rajan ditunjuk menjadi pengawas aktivitas geng kriminal di Mumbai.
Karena tekanan polisi dan operasi polisi, Dawood dan Rajan kabur keluar dari India pada akhir tahun 1980-an. Hingga tahun 1993, Rajan-Dawood menjadi kombinasi mematikan di dunia hitam Mumbai.
Quote:
Pelarian buronan asal India, Chhota Rajan alias Rajendra Sadashiv Nikalje (56), berakhir di Denpasar, Bali. Pria yang merupakan salah satu gangster di India ini dibekuk di Bandara Ngurah Rai.
"Berdasarkan data keimigrasian, dia berencana di Bali selama 15 hari," kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Hery Wiyanto saat dihubungi detikcom, Selasa (27/10/2015).
Rajendra tiba di Bandara Ngurah Rai Denpasar, Minggu (25/10) pukul 13.15 WIT. Sebelum itu, Polda Bali menerima notice (peringatan) dari Interpol yang menyebutkan buronan India masuk Indonesia lewat Denpasar. Selanjutnya, mereka berkoordinasi dengan imigrasi dan langsung bergerak.
"Yang bersangkutan tidak melawan saat diamankan satu regu anggota Polrestabes Denpasar," jelas Hery.
Di dokumen paspor, Chhota alias Rajendra bernama Kumar Mohan. Namun berdasarkan data sidik jari, nama itu merujuk ke satu orang. Chhota alias Rajendra pun digiring ke Mapolda Bali. Hingga hari ini, pria yang dicari sejak 1994 itu belum dikembalikan ke negara asalnya.
"Kami masih menunggu komunikasi dengan kepolisian India dan Interpol untuk mendeportasi yang bersangkutan," kata perwira polisi dengan 3 melati di pundak ini.
Chhota alias Rajendra dikenal sebagai pelaku kriminal top di India. Dia terlibat dalam kasus pembunuhan sadis, penyelundupan dan perdagangan narkoba, dan kepemilikan senjata api. Namanya masuk dalam daftar buronan Interpol pada tahun 1995.
"Berdasarkan data keimigrasian, dia berencana di Bali selama 15 hari," kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Hery Wiyanto saat dihubungi detikcom, Selasa (27/10/2015).
Rajendra tiba di Bandara Ngurah Rai Denpasar, Minggu (25/10) pukul 13.15 WIT. Sebelum itu, Polda Bali menerima notice (peringatan) dari Interpol yang menyebutkan buronan India masuk Indonesia lewat Denpasar. Selanjutnya, mereka berkoordinasi dengan imigrasi dan langsung bergerak.
"Yang bersangkutan tidak melawan saat diamankan satu regu anggota Polrestabes Denpasar," jelas Hery.
Di dokumen paspor, Chhota alias Rajendra bernama Kumar Mohan. Namun berdasarkan data sidik jari, nama itu merujuk ke satu orang. Chhota alias Rajendra pun digiring ke Mapolda Bali. Hingga hari ini, pria yang dicari sejak 1994 itu belum dikembalikan ke negara asalnya.
"Kami masih menunggu komunikasi dengan kepolisian India dan Interpol untuk mendeportasi yang bersangkutan," kata perwira polisi dengan 3 melati di pundak ini.
Chhota alias Rajendra dikenal sebagai pelaku kriminal top di India. Dia terlibat dalam kasus pembunuhan sadis, penyelundupan dan perdagangan narkoba, dan kepemilikan senjata api. Namanya masuk dalam daftar buronan Interpol pada tahun 1995.
Quote:
Rajendra Sadashiv Nikhalje (55) atau lebih dikenal dengan nama Chhota Rajan merupakan tokoh mafia besar di India. Polahnya jadi perhatian, kisah hidupnya jadi inspirasi sejumlah film Bollywood.
Film pertama yang terinsipirasi kehidupan Rajendra berjudul 'Vaastav: The Reality'. Film ini dirilis pada tahun 1999. Produsernya adalah saudara Rajendra sendiri, Deepak Nikalje.
Vaastav: The Reality bercerita tentang transformasi seorang bocah menjadi bos mafia yang sangat berpengaruh. Dari kejahatan kecil, ia berhasil menguasai senjata dan golongan preman. Di sela aksi tembak-tembakan dan pertarungan, juga ada cerita tentang cinta di film ini.
Pada tahun 2002 film 'Company' dirilis. Kali ini bukan kisah hidup Rajendra yang ditonjolkan, tapi hubungan bisnis ilegalnya dengan Dawood Ibrahim. Dua orang ini merupakan penguasa D-Company. Dawood yang dikenal sebagai penyelundup emas ilegal dan teroris ini belum tertangkap hingga saat ini.
Film 'Satya 2' yang dirilis pada tahun 2013, dinilai juga terinspirasi tingkah Rajendra. Namun si pembuat, Ram Gopal Varma, membantah. Film tersebut memang bercerita tentang dunia kriminal, tapi tak ada hubungan sama sekali dengan kisah Rajendra.
Selain itu, ada banyak film yang isinya dinilai tak jauh dari kisah hidup Rajendra seperti 'Parinda', 'D, 'Gangster', 'Shootout at Lokhandwala', 'Once Upon a Time in Mumbaai', Once Upon ay Time in Mumbai Dobaara!, dan 'Shootout at Wadala'.
Kisah hidup Rajendra memang menarik. Ia lahir dari keluarga petani padi di Mumbai dan mengawali aksi kriminal dengan menjual tiket film gelap. Nama Rajendra mulai kesohor di dunia hitam setelah memegang kendali geng Rajan. Ia menggantikan pimpinan sebelumnya, Rajan Mahadev Nair alias Bada Rajan, yang tewas ditembak pada tahun 1970-an. Sejak itu, Rajendra menyandang nama baru: Chhota Rajan.
Keterkenalan Rajendra membawanya dekat dengan Dawood Ibrahim, bos geng yang dikenal sebagai penyelundup emas ilegal. Bertahun-tahun keduanya bekerja sama. Pada tahun 1993, hubungan keduanya hancur gara-gara aksi bom yang menewasakan 200-an orang di Mumbai dan diduga diotaki Dawood. Disebut-sebut, Rajendra tidak sepakat dengan aksi itu.
Rajendra menghilang dan diburu polisi sejak tahun 1994. Setahun kemudian, ia ditetapkan sebagai buronan. Minggu (25/10/2015), pria yang dijuluki Gangster Mumbai ini ditangkap polisi di Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bali. Ia terbang dari Sydney Australia. Beberapa media asing menulis, Rajendra berada di Australia selama setahun terakhir. Ada juga yang menyebut ia baru sebulan di sana.
Dalam pelarian, Rajendra mengganti namanya menjadi Mohan Kumar. Nama itu juga yang tertulis di paspornya. Namun Interpol yakin Mohan Kumar adalah Rajendra Sadashiv Nikhalje, gangster yang kisah hidupnya menjadi inspirasi film Bollywood dan buronan dalam kasus pembunuhan, perdagangan narkoba, dan kepemilikan senjata api.
Film pertama yang terinsipirasi kehidupan Rajendra berjudul 'Vaastav: The Reality'. Film ini dirilis pada tahun 1999. Produsernya adalah saudara Rajendra sendiri, Deepak Nikalje.
Vaastav: The Reality bercerita tentang transformasi seorang bocah menjadi bos mafia yang sangat berpengaruh. Dari kejahatan kecil, ia berhasil menguasai senjata dan golongan preman. Di sela aksi tembak-tembakan dan pertarungan, juga ada cerita tentang cinta di film ini.
Pada tahun 2002 film 'Company' dirilis. Kali ini bukan kisah hidup Rajendra yang ditonjolkan, tapi hubungan bisnis ilegalnya dengan Dawood Ibrahim. Dua orang ini merupakan penguasa D-Company. Dawood yang dikenal sebagai penyelundup emas ilegal dan teroris ini belum tertangkap hingga saat ini.
Film 'Satya 2' yang dirilis pada tahun 2013, dinilai juga terinspirasi tingkah Rajendra. Namun si pembuat, Ram Gopal Varma, membantah. Film tersebut memang bercerita tentang dunia kriminal, tapi tak ada hubungan sama sekali dengan kisah Rajendra.
Selain itu, ada banyak film yang isinya dinilai tak jauh dari kisah hidup Rajendra seperti 'Parinda', 'D, 'Gangster', 'Shootout at Lokhandwala', 'Once Upon a Time in Mumbaai', Once Upon ay Time in Mumbai Dobaara!, dan 'Shootout at Wadala'.
Kisah hidup Rajendra memang menarik. Ia lahir dari keluarga petani padi di Mumbai dan mengawali aksi kriminal dengan menjual tiket film gelap. Nama Rajendra mulai kesohor di dunia hitam setelah memegang kendali geng Rajan. Ia menggantikan pimpinan sebelumnya, Rajan Mahadev Nair alias Bada Rajan, yang tewas ditembak pada tahun 1970-an. Sejak itu, Rajendra menyandang nama baru: Chhota Rajan.
Keterkenalan Rajendra membawanya dekat dengan Dawood Ibrahim, bos geng yang dikenal sebagai penyelundup emas ilegal. Bertahun-tahun keduanya bekerja sama. Pada tahun 1993, hubungan keduanya hancur gara-gara aksi bom yang menewasakan 200-an orang di Mumbai dan diduga diotaki Dawood. Disebut-sebut, Rajendra tidak sepakat dengan aksi itu.
Rajendra menghilang dan diburu polisi sejak tahun 1994. Setahun kemudian, ia ditetapkan sebagai buronan. Minggu (25/10/2015), pria yang dijuluki Gangster Mumbai ini ditangkap polisi di Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bali. Ia terbang dari Sydney Australia. Beberapa media asing menulis, Rajendra berada di Australia selama setahun terakhir. Ada juga yang menyebut ia baru sebulan di sana.
Dalam pelarian, Rajendra mengganti namanya menjadi Mohan Kumar. Nama itu juga yang tertulis di paspornya. Namun Interpol yakin Mohan Kumar adalah Rajendra Sadashiv Nikhalje, gangster yang kisah hidupnya menjadi inspirasi film Bollywood dan buronan dalam kasus pembunuhan, perdagangan narkoba, dan kepemilikan senjata api.
Quote:
Anggota geng musuh Rajendra Sadashiv Nikhaljee alias Chhota Rajan merasa tidak senang dengan penangkapan buronan paling dicari di India itu. Namun mereka mengklaim turut berperan dalam penangkapan Rajendra di Bali.
Shakeel Shaikh alias Chhota Shakeel dikenal sebagai tangan kanan Dawood Ibrahim, mantan bos Rajendra, yang kini menjadi musuhnya. Berbicara kepada media setempat, The Times of India, Rabu (28/10/2015), Shakeel tidak senang Rajendra tertangkap karena dia ingin menghabisinya dengan tangannya sendiri.
Shakeel sempat mengejar Rajendra hingga ke Bangkok pada September 2000 lalu. Pengejaran ini berujung baku tembak di salah satu hotel di Bangkok saat itu. Rajendra terkena tembakan Shakeel dan anak buahnya, namun dia berhasil lolos.
"Anak buah saya bertugas di Fiji pekan lalu dan kami menyudutkan dia di tempat persembunyiannya (Rajendra-red). Dia terpaksa kabur ke Indonesia, yang berujung penangkapannya. D Company (merujuk pada geng Dawood) tidak senang dengan penangkapannya dan permusuhan kami tidak berakhir di sini. Saya ingin menghabisinya dan saya tidak akan berhenti. Bahkan setelah dia dideportasi, operasi saya terhadapnya akan berlanjut," tutur Shakeel.
Saat ditanya The Times of India mengenai rencana pemulangan Rajendra ke India, Shakeel mengatakan: "Kami tidak percaya pemerintah India yang memanjakannya dan menerima bantuannya dalam melawan kami. Apa jaminannya bahwa dia akan diadili dan divonis? Penahanan atau penangkapannya bukan fokus kami. Moto kami jelas: Dushman khatam ho (menghabisi musuh-red). Saya tidak akan mengampuninya, di mana pun dia berada."
Rajendra diburu atas keterlibatannya dalam 68 kasus kriminal di Mumbai dan wilayah lain, termasuk 20 kasus pembunuhan dan sejumlah pelanggaran hukum serius lainnya. Menteri Dalam Negeri India, Rajnath Singh, berterima kasih pada Interpol dan pemerintah Indonesia atas penangkapan Rajendra.
Rajendra ditangkap di Bandara Ngurah Rai, Bali pada Minggu (25/10), usai mendarat dari Sydney, Australia. Penangkapan dilakukan setelah Polda Bali menerima notice (peringatan) dari Interpol yang menyebutkan buronan India masuk Indonesia lewat Denpasar.
Shakeel Shaikh alias Chhota Shakeel dikenal sebagai tangan kanan Dawood Ibrahim, mantan bos Rajendra, yang kini menjadi musuhnya. Berbicara kepada media setempat, The Times of India, Rabu (28/10/2015), Shakeel tidak senang Rajendra tertangkap karena dia ingin menghabisinya dengan tangannya sendiri.
Shakeel sempat mengejar Rajendra hingga ke Bangkok pada September 2000 lalu. Pengejaran ini berujung baku tembak di salah satu hotel di Bangkok saat itu. Rajendra terkena tembakan Shakeel dan anak buahnya, namun dia berhasil lolos.
"Anak buah saya bertugas di Fiji pekan lalu dan kami menyudutkan dia di tempat persembunyiannya (Rajendra-red). Dia terpaksa kabur ke Indonesia, yang berujung penangkapannya. D Company (merujuk pada geng Dawood) tidak senang dengan penangkapannya dan permusuhan kami tidak berakhir di sini. Saya ingin menghabisinya dan saya tidak akan berhenti. Bahkan setelah dia dideportasi, operasi saya terhadapnya akan berlanjut," tutur Shakeel.
Saat ditanya The Times of India mengenai rencana pemulangan Rajendra ke India, Shakeel mengatakan: "Kami tidak percaya pemerintah India yang memanjakannya dan menerima bantuannya dalam melawan kami. Apa jaminannya bahwa dia akan diadili dan divonis? Penahanan atau penangkapannya bukan fokus kami. Moto kami jelas: Dushman khatam ho (menghabisi musuh-red). Saya tidak akan mengampuninya, di mana pun dia berada."
Rajendra diburu atas keterlibatannya dalam 68 kasus kriminal di Mumbai dan wilayah lain, termasuk 20 kasus pembunuhan dan sejumlah pelanggaran hukum serius lainnya. Menteri Dalam Negeri India, Rajnath Singh, berterima kasih pada Interpol dan pemerintah Indonesia atas penangkapan Rajendra.
Rajendra ditangkap di Bandara Ngurah Rai, Bali pada Minggu (25/10), usai mendarat dari Sydney, Australia. Penangkapan dilakukan setelah Polda Bali menerima notice (peringatan) dari Interpol yang menyebutkan buronan India masuk Indonesia lewat Denpasar.
Quote:
Gangster India Rajendra Sadashiv Nikhaljee diklaim merencanakan sendiri penangkapannya di Bali. Hal ini disebut-sebut demi menghindari musuhnya, Dawood Ibrahim, yang mengerahkan anak buah untuk membunuhnya.
Seperti dilansir media setempat, NDTV, Rabu (28/10/2015), selama dua dekade terakhir, Rajendra alias Chhota Rajan (55) melarikan diri dari otoritas berwenang dan juga musuhnya Dawood Ibrahim yang mengerahkan anak buah untuk membuntuti dan membunuhnya. Dawood awalnya merupakan bos Rajendra, namun mereka bertikai dan menjadi musuh abadi.
Dalam pernyataan resmi, Kementerian Dalam Negeri India menyebut Rajendra ditangkap di bandara Bali oleh Kepolisian Indonesia, setelah mendapat red notice dari Interpol. Disebut juga penangkapan ini dibantu Australia yang memberi informasi soal posisi Rajendra.
Namun seorang pejabat kepolisian divisi kriminal pada Kepolisian Mumbai menyatakan, Rajendra sendiri yang merencanakan penangkapannya dan dia dengan sadar meninggalkan jejak agar bisa dilacak pihak berwenang. Informasi senada juga disampaikan seorang sumber yang mengklaim dekat dengan Rajendra atau yang akrab dipanggil Seth ini.
"Seth (Rajendra-red) merencanakan penangkapannya. Dia menyebarkan jadwal perjalanannya kepada agen-agen (intelijen) India, yang kemudian menyerahkan informasi itu dengan Red Corner Notice pada intelijen Australia yang selanjutnya memperingatkan tim Interpol Indonesia," tutur sumber yang enggan disebut namanya itu kepada NDTV.
Menurut sumber ini, Rajendra yang tinggal di Newcastle, New South Wales, Australia ini sebenarnya cukup rutin terbang ke Bali untuk mengunjungi hotel milik anak buah kepercayaannya, Anil Chandra. Tidak diketahui sudah berapa lama Rajendra tinggal di Australia.
Rajendra memiliki sejumlah alasan untuk merencanakan penangkapannya ini. Selain karena sudah memasuki usia paruh baya 55 tahun, Rajendra menderita gangguan ginjal dan juga masalah kesehatan lainnya sebagai dampak luka tembak yang dideritanya saat dikejar anak buah Dawood di Bangkok tahun 2000 lalu. Namun masalah lebih besarnya ialah Rajendra mulai ketakutan.
"Anak buah kepercayaan Rajan (Rajendra-red) seperti Santosh Shetty, Anil Chandra dan Bunty Pandey semuanya dideportasi dari negara lain. Rajan rentan menjadi target karena tinggal sendirian. Anak buah Dawood, Chhota Shakeel, bahkan berusaha membunuhnya di Australia pada Juli lalu, tapi agen intelijen India memberi isyarat padanya soal serangan itu setelah menyadap telepon Shakeel," terang sumber kepolisian Mumbai yang enggan disebut namanya.
Saat menginterogasi anak buah Rajendra, polisi India menyadari betapa rapuhnya Rajendra yang selalu merasa terancam di mana pun dia berada. "Rajan sungguh paranoid. Dia membunuh J Dey (wartawan kriminal) karena mencurigainya membantu Shakeel. Rajan membunuh Farid Tanasha, anak buahnya sendiri, atas kecurigaan yang sama," imbuh sumber itu.
"Hidup seperti ini membuatnya kesulitan, kami menyadari hal ini saat menginterogasi anak buahnya. Opsi terbaik untuknya adalah menyerahkan diri dan hidup di dalam penjara di India dan menjalankan aktivitasnya dari dalam," sebut sumber itu
Seperti dilansir media setempat, NDTV, Rabu (28/10/2015), selama dua dekade terakhir, Rajendra alias Chhota Rajan (55) melarikan diri dari otoritas berwenang dan juga musuhnya Dawood Ibrahim yang mengerahkan anak buah untuk membuntuti dan membunuhnya. Dawood awalnya merupakan bos Rajendra, namun mereka bertikai dan menjadi musuh abadi.
Dalam pernyataan resmi, Kementerian Dalam Negeri India menyebut Rajendra ditangkap di bandara Bali oleh Kepolisian Indonesia, setelah mendapat red notice dari Interpol. Disebut juga penangkapan ini dibantu Australia yang memberi informasi soal posisi Rajendra.
Namun seorang pejabat kepolisian divisi kriminal pada Kepolisian Mumbai menyatakan, Rajendra sendiri yang merencanakan penangkapannya dan dia dengan sadar meninggalkan jejak agar bisa dilacak pihak berwenang. Informasi senada juga disampaikan seorang sumber yang mengklaim dekat dengan Rajendra atau yang akrab dipanggil Seth ini.
"Seth (Rajendra-red) merencanakan penangkapannya. Dia menyebarkan jadwal perjalanannya kepada agen-agen (intelijen) India, yang kemudian menyerahkan informasi itu dengan Red Corner Notice pada intelijen Australia yang selanjutnya memperingatkan tim Interpol Indonesia," tutur sumber yang enggan disebut namanya itu kepada NDTV.
Menurut sumber ini, Rajendra yang tinggal di Newcastle, New South Wales, Australia ini sebenarnya cukup rutin terbang ke Bali untuk mengunjungi hotel milik anak buah kepercayaannya, Anil Chandra. Tidak diketahui sudah berapa lama Rajendra tinggal di Australia.
Rajendra memiliki sejumlah alasan untuk merencanakan penangkapannya ini. Selain karena sudah memasuki usia paruh baya 55 tahun, Rajendra menderita gangguan ginjal dan juga masalah kesehatan lainnya sebagai dampak luka tembak yang dideritanya saat dikejar anak buah Dawood di Bangkok tahun 2000 lalu. Namun masalah lebih besarnya ialah Rajendra mulai ketakutan.
"Anak buah kepercayaan Rajan (Rajendra-red) seperti Santosh Shetty, Anil Chandra dan Bunty Pandey semuanya dideportasi dari negara lain. Rajan rentan menjadi target karena tinggal sendirian. Anak buah Dawood, Chhota Shakeel, bahkan berusaha membunuhnya di Australia pada Juli lalu, tapi agen intelijen India memberi isyarat padanya soal serangan itu setelah menyadap telepon Shakeel," terang sumber kepolisian Mumbai yang enggan disebut namanya.
Saat menginterogasi anak buah Rajendra, polisi India menyadari betapa rapuhnya Rajendra yang selalu merasa terancam di mana pun dia berada. "Rajan sungguh paranoid. Dia membunuh J Dey (wartawan kriminal) karena mencurigainya membantu Shakeel. Rajan membunuh Farid Tanasha, anak buahnya sendiri, atas kecurigaan yang sama," imbuh sumber itu.
"Hidup seperti ini membuatnya kesulitan, kami menyadari hal ini saat menginterogasi anak buahnya. Opsi terbaik untuknya adalah menyerahkan diri dan hidup di dalam penjara di India dan menjalankan aktivitasnya dari dalam," sebut sumber itu
Sumber Berita
Diubah oleh adi10 28-10-2015 06:02
0
5.2K
Kutip
35
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
923KThread•83.1KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru