Saya yakin, ini bukan berita pertama, atau orang pertama yang berprofesi yang sama. Banyak orang2 di luar sana yang seperti cewek di bawah ini. Tapi, Saya juga yakin, lebih banyak orang2 di luar sana justru tidak seperti cewek ini. Mereka lebih menghabiskan kesehariannya shopping, jalan2 yang tak jelas, atau pun kegiatan lain yang menurut ane kurang pas. Mohon maaf bagi yang tersinggung, tapi tak bisa kita pungkiri, kehidupan anak-anak sekolahan, kuliahan sekarang. Banyak dari mereka yang meenurut ane membuat2 wantu yang tak penting. Tapi, Tak sedikit juga mereka yang memanfaatkan waktu-waktu luang sehabis jam sekolah, kuliah dengan hal-hal yang positif, seperti cewek ini.
NB: Ini cuma sekedar pembelajaran, masih ada yang lebih susah dari kita, so, manfaatin orang tua, waktu, kesempatan yang masih ada.
Spoiler for Ini dia si Leni:
Spoiler for Kutipan dari media lokal:
Primadaily.com, Medan– Seorang gadis cantik yang tak malu untuk melakoni pekerjaannya sebagai penjaga toilet umum di Taman Ahmad Yani, Medan. Bernama Leni Ardila, gadis kelahiran Medan 6 Agustus 1993 itu yang kini tercatat duduk di semester akhir Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) USU.
Yah, sudah empat tahun terakhir, Dila, begitu dia disapa, melakoni pekerjaan yang mungkin bagi sebagian orang seusianya adalah pekerjaan yang memalukan. Hebatnya, Dila bekerja sebagai penjaga toilet umum Taman Ahmad Yani, bukan di jam kerja biasa, tapi diatas jam 9 malam hingga menjelang subuh.
“Saya kuliahnya sore dari jam 5 sampai jam 9 malam. Setelah itu baru bekerja di sini, jaga toilet umum,” ungkap Dila tanpa sungkan.
Uang yang dia peroleh dari bekerja sebagai penjaga toilet umum bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan membayar kebutuhan kuliahnya. Ungkap Dila.
Dila sebenarnya juga tercatat sebagai atlet Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Sumatera Utara. Hobbynya bermain bulutangkis pula, yang membawa alumni SMAN 8 Medan mendapatkan beasiswa saat masih menjadi mahasiswa D3 Fisilkom USU.
Sebagai atlet yang mewakili USU, Dila pernah meraih juara II di ajang IMT-GT kategori beregu putri tahun 2013 lalu. Namun menurut Dila, menjadi atlet bulutangkis masih belum mendapat perhatian serius di daerah ini, itu sebabnya saat ditawari menjadi atlet profesional, Dila lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan.
Awal Jadi Penjaga Toilet
Sebagai penjaga toilet umum Taman Ahmad Yani, kata Dila, berawal dari menemani ibunya, Nurlela yang menjaga toilet itu. “Awalnya main-main saja, nemani Mama. Lama-lama jadi kebiasaan. Akhirnya, saya gantikan tugas Mama jaga toilet di sini,” ujar Dila.
Meski sempat dilarang, namun Dila coba meyakinkan sang ibu. Semua dilakoninya agar bisa mandiri, tidak lagi bergantung dan membebani sang ibu yang saat ini berstatus single parent.
“Kedua orangtua saya sudah berpisah sejak saya masih SMA. Karena itu saya bertekad untuk tidak menyusahkan mereka. Harus bisa mandiri. Mungkin dengan begini, saya bisa membahagiakan Mama. Agar Mama tidak merasa gagal membesarkan saya sebagai single parent,” tutur Dila perlahan.
Karena tekad yang kuat itu pula, Dila bisa menjaga diri dari orang-orang yang mengganggunya saat bertugas menjaga toilet. Dila punya trik khusus agar orang-orang yang menggodanya tidak sampai berniat jahat. “Saya tidak ladeni mereka. Pasang muka seram saja,” ucapnya sambil tertawa.
Menurutnya, dukungan orang-orang terdekat membuatnya tetap meneruskan pekerjaan itu. Bahkan sebagian teman kuliahnya, sering datang mengunjunginya saat bertugas malam hari. Termasuk lelaki yang kini menjadi temen dekatnya. “Dia tidak bisa melarang, atau malu, karena saya bekerja untuk kehidupan saya,” tegas Dila.
Tentu pekerjaan sebagai penjaga toilet umum hanya sementara. Karena Dila punya cita-cita untuk menjadi pramugari. Meski tingginya hanya 158 cm, Dila tetap optimis. “Mungkin jadi pramugari Garuda bisa. Kalau pun gak lolos jadi pramugari, saya bisa kerja di bank nanti,” tutup Dila soal masa depannya.