http://bisniskeuangan.kompas.com/rea....Per.Penumpang



Anggap saja Walini sudah menjadi kota industri baru,
sehingga banyak pekerjanya yang menggunakan kereta cepat tsb.

Mari kita berhitung seberapa besar dana yg diperlukan untuk transportasi kereta cepat saja,
dan itu belum termasuk biaya2x kendaraan feeder ke halim atau di lainnya.

Sebulan ada 4 minggu,
Seminggu 5 hari kerja
Jadi sebulan ada 20 hari kerja rata - bisa lebih sampai 23 tapi bisa kurang karena tanggalan merah.
Maka taksiran ongkos kereta cepat perbulan adalah:
20 x 225.000 x 2 (Pergi - Pulang) = 9.000.000 ( 9 Juta Rupiah) per bulannya .....

Itu belum ongkos angkot lainnya.

Jika dia harus menyisihkan dana 9 juta perbulannya,
berapa minimal gaji yang harus diperolehnya perbulan?

Anggap saja 3x lipat atau sekitar 30 juta/bulan.

Jka ada pegawai dengan gaji 30 juta/bulan,
apakah dia masih mau repot2x untuk pulang pergi jakarta bandung tiap harinya ... ???

Mungkin ada satu dua,
tapi untuk mengejar target 44.000 penumpang RUTIN / hari di tahun pertama,
hingga 86.000 penumpang RUTIN/ hari di tahun2x berikut?


FYI.
Pengamat menghitung jumlah orang yg lalu lalang JKT BDG hanya berdasarkan per kepala saja.
Misal 1 mobil avanza yg dipaksa memuat keluarga dengan anggota 8 hingga 10 orang pergi pulang ke bandung,
dianggap potensial PINDAH KE KERETA CEPAT.

Jika memang 10 kepala dari jakarta tadi menggunakan kereta cepat ke bandung pergi pulang,
maka ongkos yg diperlukan hanya untuk membayar kereta cepatnya saja - belum dengan jalan2xnya di bandung,
10 x 225.000 x 2 = 4.500.000 (4,5 juta ... !!!)

Masih percaya jumlah penumpang kereta cepat akan mencapati target sesuai ketentuan pemerntahan Jokowi JK?