POJOKSATU.id, SAMARINDA – Seorang guru menggunting rok siswinya di bagian belakang hingga kelihatan celana dalamnya. Siswi SMK Negeri 4 Kota Samarinda, berinisial DS (17) itu kemudian disuruh lari keliling lapangan.
Siswi berjilbab itu dihukum oleh oknum guru Bimbingan Konseling (BK) berinisial HP karena dianggap melanggar aturan karena tak mengenakan rok sampai mata kaki. DS hanya mengenakan rok di atas mata kaki, meski tetap di bawah lutut.
HP memanggil DS lalu membuat belahan rata di bagian belakang tengah rok yang dikenakan DS. Ia lalu disuruh lari keliling lapangan. Namun, karena malu celana dalamnya kelihatan dan menjadi bahan olok-olokan temannya, DS lari ke toilet.
Di dalam toilet, ia meminta bantuan temannya untuk mencarikan rok. Gadis yang duduk di bangku kelas IX (kelas III) itu akhirnya diberikan rok mukena oleh temannya.
Meski hanya mengenakan rok mukena, DS tetap mengikuti pelajaran sampai tuntas. Namun, DS tak pernah keluar dari dalam kelas karena risih.
Saat hendak pulang sekolah, DS kembali dilanda kebingungan karena dia tidak mungkin pulang ke rumahnya dalam kondisi mengenakan rok mukena. Akhirnya, teman kelas DS menolong dengan meminjamkan celana olahraga, sehingga DS akhirnya bisa pulang ke rumah.
Tagisan malu pun akhirnya pecah ketika DS tiba di rumah. Di depan Davisen, ayahnya, DS menceritakan kisah memalukan yang dialami di sekolah.
“Kejadiannya hari Senin (5/10/2015). Sebelum apel, saya dan tiga teman yang tak mengenakan jilbab berlogo sekolah dipisahkan dengan murid lainnya,” ujar DS, seperti dikutif dari prokal.co, Rabu (7/10/2015).
Usai apel pagi, DS dan tiga temannya dihukum lari mengelilingi lapangan sekolah. Tapi sebelum itu HP lebih dulu menggunting rok yang dikenakan DS.
“Setelah itu saya disuruh lari. Tapi saya malu, jadi saya lari ke toilet sekolah,” ucap DS.
Perbuatan HP tak dapat dimaafkan ayah DS, Davisen. Tak terima putrinya diperlakukan seperti itu, Davisen dan kerabatnya mendatangi sekolah dan bertemu dengan Kepala SMKN 4 Darmadi, pukul 10.00 Wita, Selasa (6/10/2015).
“Beliau meminta maaf mewakili guru kurang ajar itu (HP, Red). Saya tetap tak terima, karena guru itu tak langsung meminta maaf kepada saya. Sama saja tak ada niat baiknya mengakui kesalahannya,” ujar Davisen, yang ditemui bersama DS di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kaltim, Jalan Dewi Sartika.