act.idAvatar border
TS
act.id
Kabar dari Jerman (2): Kewalahan, Kenyamanan, Ancaman

JERMAN – Jerman telah membuka pintu lebar-lebar bagi pengungsi Suriah. Namun kebijakan ini membuat Pemerintah Jerman kewalahan. Nyaris setiap hari, pengungsi datang berbondong-bondong masuk Jerman. Media Jerman terus memberitakan soal pengungsi, warga Jerman mulai bosan dengan berita-berita soal pengungsi. Ribuan pengungsi yang terlanjur masuk Jerman, terancam dipulangkan atau diserahkan ke negara Eropa yang mau menerimanya.

Berikut catatan relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Hastrini Uni dari Jerman, yang diamanahi memantau penanganan ribuan pengungsi Suriah di Jerman. Hastrini telah berkeliling kota di Jerman dimana ada pengungsi ditampung, seperti di Kota Berlin, Koln, dan Munster.

Di Jerman, para pengungsi ditangani langsung oleh Pemerintah. Jerman mengeluarkan dana yang sangat besar untuk para pengungsi, terutama pengungsi Syria. Pengungsi yang diterima adalah pengungsi Syria, karena mereka mengungsi akibat perang. Di setiap wilayah, sudah ada jatah tempat penampungan masing-masing.

Di dalam pelaksanaannya, Pemerintah menunjuk beberapa organisasi, umumnya organisasi yang ditunjuk adalah organisasi berbasis gereja, seperti Caritas, Deutsches Rotez Kreuz, Evangelisc, dan lain-lain. Organisasi-organisasi ini sangat mudah aksesnya ke para pengungsi, dibandingkan organisasi yang berbasis non gereja.

Pemerintah saat ini mulai memperketat penerimaan pengungsi. Pasalnya, hampir setiap hari, ribuan hingga belasan ribu pengungsi Syria masuk Jerman. Pemerintah Jerman benar-benar kewalahan. Overload. Jerman pun sudah menutup perbatasannya.

Salah satu koran setempat, Sachen Anhalt, menyebutkan, akibat kewalahan menerima pengungsi, 190 ribu pengungsi Syria akan dikeluarkan dari Jerman. Baru sekitar 10 ribu yang didata. Namun, koran tersebut menulis, 596 tiket pesawat hangus karena pengungsi yang mau dipulangkan ke Syria, tidak datang ke bandara.

Arus pengungsi Syria besar-besaran sejak Jerman mengatakan bersedia menampung dan membuka perbatasannya, juga dimanfaatkan oleh pengungsi dari negara lain, yang datang bukan karena faktor perang tapi lebih ke faktor ekonomi seperti pengungsi dari negara-negara Balkan.

Sangat mudah bagi mereka untuk mendapat pass sebagai pengungsi Syria, cuma bayar beberapa puluh Euro saja. Padahal, bagi pengungsi Syria harus bayar sampai belasan ribu euro/dollar kepada para penyelundup untuk bisa ikut dalam boat, belum lagi perjuangan dalam perjalanan darat dari Yunani sampai ke Jerman, berminggu-minggu, hingga berbulan-bulan, dengan berjalan kaki, naik bis, atau menggunakan kereta.

Harus diakui, kondisi para pengungsi jika sudah berada di Jerman atau Swedia jauh lebih baik. Ini adalah dua negara tujuan utama para pengungsi. Disini mereka didata, dapat tempat tinggal, dapat uang rutin dari pemerintah, dan terjamin kebutuhan hidup lainnya termasuk layanan kesehatan dan pendidikan. Makanya para pengungsi tidak mau masuk dan diregistrasi di negara Eropa lainnya. Terlebih negara selain Jerman dan Swedia cenderung menolak pengungsi. Padahal aturan normalnya adalah para pencari suaka harus registrasi di negara pertama dia sampai.

Pengungsi yang datang akan ditempatkan di kamp atau barak terlebih dahulu sampai mereka selesai didata dan lengkap urusan administrasi (ini adalah salah satu tipikal Jerman, negara yang tertib admnistrasi). Jika sudah tuntas, baru diberikan apartemen unutk tinggal bersama anggota keluarganya.

Kondisi barak-baraknya pun juga lumayan nyaman lumayan. Fasilitasnya cukup memadai. Ada beberapa kamar tidur, ruang tamu, dapur, kulkas, almari, dan sebagainya. Namun dengan arus pengungsi yang terus menerus, Pemerintah Jerman kehabisan tempat untuk menampung mereka. Jerman juga tak mungkin bisa membangun penampungan sementara secara cepat untuk mereka. Terlebih, adanya reaksi masyarakat Jerman yang membakar sejumlah tempat penampungan sebagai protes pendemo yang menolak kebijakan Kanselir Jerman membuka keran pengungsi dari Syria.

Pemerintah Jerman meminta pengungsi untuk segera bisa berintegrasi dengan masyarakat Jerman. Pemerintah pun menyiapkan proses integrasi tersebut. Anak-anak Syria harus belajar bahasa Jerman dan ke sekolah. Demikian juga dengan orang dewasanya. Yang punya ketrampilan akan dipekerjakan sesuai ketrampilannya. Yang muda dikuliahkan. Percepatan penguasaan bahasa Jerman pun dilakukan oleh Pemetintah.

Cerita duka kebanyakan berasal dari perjalanan para pengungsi. Mereka yang berada di negara transisi, terbilang sangat menderita. Kebijakan yang kurang welcome terhadap pengungsi, seperti di Yunani, membuat perlakuan tak layak harus diterima para pengungsi. Hal itu menjadi berita yang menyakitkan hati bagi siapa pun yang mengetahui. Namun, karena berita ini terus-menerus terjadi, bisa jadi, orang-orang pun mulai tidak peduli atau bosan. (bersambung)

Sumber
0
2.7K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.