Thread ini sejatinya hanyalah mengumpulkan topic yang pernah di bahas dari agan kaskuser lain untuk sebuah tema yang menjadi harapan TS semoga bisa cepat menjadi kenyataan di negara kita tercinta untuk menggantikan sumber energi konvensional yang mahal & tidak ramah lingkungan.
Saat ini kita hidup di era modern dimana kebutuhan akan listrik adalah suatu hal yang nyaris absolut di hampir setiap lini kehidupan, namun ironinya justru harga yang harus di bayar semakin tidak murah dan cenderung membahayakan alam sekitar. Sebagai contoh harga kenaikkan tarif listrik tidak jarang di pengaruhi oleh naik turunnya harga minyak sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik tenaga diesel, namun ada kalanya juga kemampuan distribusi listrik tersebut tidak cukup memadai untuk mensupply pengguna listrik yang semakin banyak sebagai akibat dari perkembangan industri & budaya yang semakin maju. Bahkan ada kemungkinan untuk mencukupi kebutuhan akan listrik tersebut Indonesia ke depannya juga akan mulai mengaplikasikan pembangkit listrik tenaga nuklir, terlepas dari pro & kontra terhadap pemanfaatan nuklir untuk kebutuhan listrik mari kita tengok sejenak alternatif sumber energi lain yang ramah lingkungan dan beberapa bahkan sudah mulai di realisasikan oleh pemerintah.
1. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
Spoiler for Sampah:
KULONPROGO-PT Pertamina akan membangun pembangkit listrik tenaga sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Bantargebang, Bekasi, dengan kapasistas 120 megawatt yang ditargetkan beroperasi pada awal 2016.
Direktur Gas PT Pertamina (Persero) Hari Karyuliarto di Kulon Progo, Senin (20/5), mengatakan Pertamina sedang menyusun studi kelayakan yang ditargetkan selesai dalam waktu satu tahun atau akhir 2013.
“Akhir tahun ini studi kelayakan PLTSa sudah selesai. Kemudian, kami akan langsung membangun atau merealisasikan rencana pembanguan PLTSa sebab proyek ini bagus untuk dikembangkan,” kata Hari usai menjadi motivator di SMK BOPKRI Wates dalam program Direksi Mengajar dari Kementerian BUMN.
Ia mengatakan konsep dalam pengembangan PLTSa ini yakni pengelolaan sampah yang saat ini menjadi sumber polusi udara menjadi sesuatu yang berguna, sekaligus menggantikan sumber energi yang tidak terbarukan.
Menurut dia, konsep pembangunan PLTSa merupakan kegiatan Pertamina dalam rangka melakukan diversifikasi sumber energi untuk menggantikan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui sekaligus menghilangkan bau tidak sedap akibat polusi yang disebabkan sampah.
“Ini membuktikan bahwa Pertamina tidak hanya fokus pada pengelolaan bisnis migas, melainkan sebagai perusahaan energi terintegrasi juga mengelola sumber-sumber energi baru dan terbarukan,” kata dia.
Pada tahap awal, kata dia, PLTSa ini akan memanfaatkan feedstock sebanyak 2.000 ton sampah per hari untuk menghasilkan pasokan listrik dengan kapasitas listrik terpasang sekitar 120 MW. Padahal, volume sampah di Bantargebang mencapai 6.000 ton per hari.
Ia mengatakan, proyek ini akan menggunakan teknologi pengolahan biomass municipal solid waste to power yang modern, efisien, dan ramah lingkungan.
Pertamina rencananya menyeleksi sejumlah penyedia teknologi yang sudah terbukti (proven) dan memenuhi karakteristik sampah di Bantargebang dengan tingkat pemanfaatan sampah secara maksimal hingga mencapai zero waste.
“Kami menargetkan pada awal 2016, PLTSa ini dapat beroperasi dan memenuhi kebutuhan listrik masyarakat,” katanya.
Sebuah ide yang baru-baru ini di cetuskan oleh putera indonesia, bayangkan jika ini di terapkan secara massive Gan
-listrik-tanah-merah.html
3. Listrik dari Urine
Spoiler for Urine:
Bayangkan berapa banyak urine yang terbuang sia-sia
4. Baterai Kulit Pisang
Spoiler for Pisang:
Ada yang tertarik menjadi pengepul kulit pisang? bisa jadi prospek bisnis energi lho
5. Tenaga Air
Spoiler for Air:
Sudah umum sih Gan, tapi coba liat liputan dari salah 1 TV Swasta berikut yang menurut ane sangat kreatif.
6. Tenaga Angin
Spoiler for Angin:
[youtube]img]
Potens[/youtube]i energi angin di Indonesia mencapai 9,4 Gigawatt per Hour (Gwh). Boleh dibilang cukup besar. Namun, pemanfaatannya belum maksimal dan kebijakan pemerintah belum mendukung penggunaan energi angin sebagai sumber energi terbarukan.
Untuk mengembangkan energi angin, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) bekerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP) membangun proyek Wind Hybrid Power Generation (WhyPGen) Market Development Intiatives.
Proyek yang didanai oleh Global Environment Facility (GEF) ini bertujuan mendorong komersialisasi pembangkit listrik hibrid berbasis energi angin di Indonesia. Targetnya menghasilkan sebesar 18,115 GWh, dan dapat mengurangi emisi CO2 sebanyak 16.050 metric ton.
Namun, dalam pengembanan energi angin di Indonesia masih terkendala masalah kebijakan dari pemerintah. Perusahaan-perusahaan di bidang energi mendesak pemerintah agar cepat menetapkan tarif dasar penjualan energi angin.
"Agar para perusahaan mau berinvestasi, pemerintah harus menetapkan harga dari energi angin. Jika tidak ada harga, bagaimana perusahaan mau menjualnya?" ujar Poempida Hidayahtullah, CEO PT Viron Energy, di BPPT, Jakarta, 14 Mei 2013.
Penyesuaian Tarif
Menanggapi kendala dalam penciptaan pasar energi angin, Kepala B2TE BPPT, Sony Sulistiawan mengatakan, proyek WHyPGen merencanakan fitting tarif dari energi angin. Ini bertujuan untuk menarik para investor agar mau bergabung dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB).
"Memang kendala dari pembangunan PLTB adalah masalah tarifnya yang belum jelas. Ketidakjelasan ini yang menyebabkan PLTB tidak maju-maju," kata Sony.
Dia menambahkan, WHyPGen mengusulkan fitting tarif untuk energi angin kepada pemerintah, yakni antara Rp1.250 sampai Rp1.750 per Kilowatt per hour.
"Selain harga, proyek WHyPGen juga telah membuat peta potensi energi angin di Indonesia. Saat ini, sudah ada delapan titik lokasi potensi energi angin di Indonesia, yang tersebar di Nusa Tenggara Timur, Banten, Yogyakarta, Jawa Barat, dan Bali," ujar Sony. (sj)
7. Pembangkit Listrik Energi Matahari
Spoiler for Matahari:
Indonesia akan memiliki pabrik modul tenaga surya skala besar. Proyek ini melibatkan perusahaan modul surya asal Indonesia, PT. Swadaya Prima Utama (SPU), dengan perusahaan Kanada, Canadian Solar Inc.
Pabrik yang akan dibangun kedua perusahaan diklaim merupakan pabrik modul surya terbesar di Indonesia. "Kapasitas produksi sebesar 60 megawatt [MW]. Pabrik dibangun di Cikampek. Operasional segera jalan antara Febuari-Maret 2014," ujar M. Syafrie Syarief, Direktur Utama Swadaya.
Syarief menambahkan produksi modul akan memprioritaskan kepentingan nasional, terutama kebutuhan listrik di kawasan Indonesia timur. "Produksi lebih ke Indonesia. Di satu sisi pemerintah punya perencanaan yang bagus soal energi terbarukan listrik. Kalau nggak sekarang dikembangkan, bisa diserbu pemain asing," kata dia.
Soal komponen pendukung pembangunan modul surya ini, Syarief memang mengakui industri ini masih tergantung pada rantai pasokan dari China. Ia mengatakan industri modul tenaga surya hampir sepenuhnya mengandalkan pasokan dari negeri Tirai Bambu itu.
Namun demikian, pihaknya secara bertahap akan mengurangi ketergantungan itu. "Anggota asosiasi modul solar di sini sudah komitmen kandungan lokal 40 persen. Kami upayakan peningkatan volume kandungan lokalnya, biar ada efisiensi," jelas dia.
PT. SPU sebelumnya telah memiliki fasilitas modul surya dengan kapasitas produksi 25 MW. Namun perusahaan itu berinisiatif memperbesar kapasitas produksi untuk menyesuaikan kebutuhan pasar di masa mendatang. Dengan kapasitas produksi 60 MW itu membuka peluang Indonesia dalam mendominasi pasaer modul surya di Asia Tenggara.
"Kita hanya di bawah Thailand saja. Kami bisa saja suplai modul surya ke Vietnam maupun Thailand. Tapi tetap prioritaskan kepentingan nasional dulu," ujar Syarief.
Modul surya yang diproduksi pabrik itu juga nantinya telah bersertifikat Eropa, AS dan Indonesia (SNI).
8. Lumpur Lapindo
Spoiler for Matahari:
Walaupun sangat jelas tidak ramah lingkungan, namun daripada mubazir Gan. Lumpur lapindo yang menjadi masalah berkepanjangan ini sebenarnya mengandung banyak bahan kimia alami yang bukan tidak mungkin bisa di konversi menjadi energi listrik.
Sebenarnya masih banyak pilihan sumber energi lain yang ramah lingkungan dan semoga dapat cepat terealisasi di Indonesia Gan
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 0 suara
Apakah artikel ini bermanfaat?
Ya
0%
Tidak
0%
Diubah oleh hemu2. 30-09-2015 08:11
0
2.2K
Kutip
7
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!